It supposed to be me : Part 2

Author: Okada Kana

Category: PG-15, Romance, Chapter, Family

Cast:

Cho Kyuhyun, Kwon Yunji (OC), Lee Donghae, Choi Minho

Kim Yura, Choi Sooyoung, Shim Changmin, Kim Suho, etc…

Disclaimer:

Beberapa nama lokasi, tempat, gedung, dan segala hal dalam FF ini berdasarkan fantasi atau khayalan semata. Jika ada kesamaan nama, tempat, lokasi, gedung, kejadian dalam FF ini, maaf yang sebesar-besarnya atas ketidaksengajaan itu. Aku meminta maaf sebelumnya atas semua typo yang mungkin akan kalian temukan dalam FF ini. Jadilah pembaca yang baik dan sopan. No bash, spam, mengejek, mengolok, menggunakan kata-kata yang tidak sepantasnya pada siapapun. Saran dan kritik membangun akan diterima dengan senang hati. Selamat membaca!!!

Jika ada hal pribadi yang ingin kalian sampaikan padaku, kalian bisa kirim email ke kadanao21@yahoo.com

.

.

Review Part 1

“Nuna, kau baru saja kembali darimana?”

“Memberikan tutor pada anak sepertimu”.

“Kapan nuna akan tidur? Apa kau tidak mengantuk?”

“Aku sudah tidur selama beberapa jam”

“Kau melewatkan sarapanmu? Lagi?”

“Aku sibuk. Melewatkan satu kali jam makan dalam sehari tidak akan melemahkanku”.

————————-

“Kwon Yunji. English Literature tingkat 2”.

“Kau bukan satu-satunya laki-laki yang memberikan tatapan memuja padanya”.

“Wajahnya sangat familiar. Sepertinya aku pernah bertemu dengannya”.

“Di luar kampus tidak pernah ada yang bertemu dengannya selain teman-teman dekatnya”

“Dimana kau bertemu dengannya?”

“Di sebuah café. Lalu di sebuah minimarket dan kedai tteokpokki. Masih dengan penampilan sederhananya. Sangat cantik”.

————————-

“Cho Kyuhyun?”

“Kau mengenalku?”

“Kau pindah saat kenaikan kelas”.

“Kita pernah bertemu sebelum ini. Lebih tepatnya aku yang melihatmu”.

“Kapan kau kembali ke Seoul?”

“Satu bulan yang lalu”.

“Dan kabar kedua orang tuamu?”

“Mereka baik-baik saja. Kebetulan yang menyenangkan”.

————————-

.

.

It supposed to be me : Part 2

Let’s not worry about something we shouldn’t

.

.

Author’s POV

Tiga hari kemudian

At Y University

.

Ujian Tengah Semester telah usai. Ekspresi lelah begitu terlihat diwajah para mahasiswa Fakultas Sastra. Bagaimana tidak? Mereka harus menghadapi begitu banyak paragraf untuk dibaca, berlembar-lembar esai untuk ditulis, dan beberapa puisi untuk diartikan. Ungkapan rasa muak mereka pada deretan kata dalam kertas ujian terucap dari tatapan mata lelah mereka. Ekspresi itu juga terlihat di wajah tenang Yunji. Wajah tanpa ekspresinya menunjukkan ungkapan lelah yang serupa. Hanya saja lebih teredam dari yang lainnya karena sikap tenang yang ia tunjukkan. Yunji melangkah keluar dari kelas, tanpa tujuan apapun dalam pikirannya, membawa serta sebuah buku sastra Inggris ditangan kirinya. Ia sudah lelah untuk berpikir. Rasa penat dan lelah dikepalanya membuat sekujur tubuhnya merasakan kelelahan yang sama, hingga ia tidak berniat untuk memasukkan buku itu ke dalam tasnya. Yunji mengeluarkan ponsel dari saku celananya, memeriksa kemungkinan adanya pesan atau panggilan yang tidak terjawab. Namun tidak ada apapun yang muncul di layar ponselnya. Yunji menghela napas pelan sambil memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku. Ia benar-benar tidak memiliki apapun untuk dilakukan kali ini.

.

Yunji memilih tangga sebagai caranya sampai ke lantai dasar. Ia tidak ingin hanya berdiam diri di dalam lift tanpa melakukan gerakan apapun. Karena Yunji tidak ingin pikirannya dipenuhi dengan hal yang tidak ingin dipikirkannya saat berdiam diri. Setidaknya menuruni tangga membuatnya tetap disibukkan oleh kegiatan. Langkah Yunji akhirnya sampai di lantai paling dasar gedung fakultas. Ia menatap ke depan dengan tatapan kosong, tidak menghiraukan keramaian yang ada disekitarnya. Hingga suara bisikan pelan yang menyebutkan namanya menyadarkannya. Yunji menoleh ke sumber suara dengan cepat. Dua orang sahabatnya, Yura dan Sooyoung duduk di bangku lobby, menyambut Yunji dengan senyuman mengembang diwajah mereka. Senyuman keduanya perlahan menular pada Yunji. Ia menyembunyikan perasaannya dengan sebuah senyuman diwajahnya. Yura dan Sooyoung pun segera berdiri lalu berjalan mendekat pada Yunji. Mereka menyebar, masing-masing ke kanan dan kiri Yunji, kemudian menggandeng lengan Yunji untuk berjalan bersama mereka.

.

Ketiganya berjalan beriringan keluar dari gedung fakultas sastra. Sepanjang perjalanan Yura menceritakan mengenai jalannya ujian beberapa jam yang lalu di fakultas psikologi. Tentang beberapa mahasiswa yang memutuskan untuk menyerah dengan mengumpulkan lembar jawaban mereka sebelum waktu berakhir. Dan tentang asisten dosen pengawas yang sesekali terlihat mengantuk saat mengawasi jalannya ujian. Sooyoung tidak ingin kalah dari Yura. Ia juga menceritakan kejadian memalukan yang terjadi di panggung pertunjukan jurusan teater. Keduanya saling menceritakan kejadian-kejadian lucu yang bisa mereka tertawakan bersama. Seperti yang selalu dilakukannya, Yunji memilih menjadi seorang pendengar saja diantara mereka. Sesekali Yunji memberikan tanggapannya. Namun tidak jarang Yunji hanya tertawa kecil, bahkan hanya tersenyum pada kedua sahabatnya itu. Yunji tidak pernah menjadi si pencerita diantara mereka. Yunji hanya akan melakukannya jika ia merasa hal itu memang benar-benar diperlukan untuk dilakukan. Yunji akan tetap menjadi pendengar yang baik bagi kedua sahabatnya.

.

Tiba-tiba Yura yang berada di sebelah kiri Yunji mengubah arah langkah mereka. Yura mengajak Yunji dan Sooyoung berbelok menuju taman terdekat dari fakultas sastra. Tentu saja Yunji dan Sooyoung tidak menolak ajakan Yura. Mereka tidak pernah merusak keriangan yang ditunjukkan oleh Yura meski hanya sekali. Yura membawa kedua sahabatnya untuk duduk bersama di salah satu tempat duduk yang baru saja ditinggalkan empat orang gadis sebelum mereka. Yura dan Yunji duduk bersebelahan, sementara Sooyoung duduk di seberang keduanya. Secara otomatis Yunji membuka buku ditangannya, berniat untuk meneruskan aktifitas membacanya yang sempat tertunda karena ujian. Tiba-tiba Yura meletakkan tas nya diatas meja, membuat sebuah suara hentakan yang cukup keras, lalu membukanya sambil membuat suara drum. Yunji dan Sooyoung pun mengalihkan perhatiannya pada Yura yang sedang mengeluarkan dua buah tempat makan berukuran sedang dari dalam tasnya. Ia membuka penutupnya, menunjukkan beberapa macam makanan yang membuat Yunji dan Sooyoung melebarkan mata mereka. Setelahnya, Yura menyerahkan dua pasang sumpit pada Yunji dan Sooyoung sebelum mengambil miliknya sendiri dari dalam tas. Yunji dan Sooyoung saling bertukar pandang sebelum menatap Yura bersamaan. Bagaimana tidak, Yura yang mereka kenal tidak pernah mau repot-repot membawa bekal makanan. Namun tiba-tiba saja ia mengeluarkan dua buah tempat makan dihadapan mereka hari ini. Makanan di dalamnya pun beragam. Mulai dari salad, bulgogi, cheese kimbab, hingga beberapa jenis buah yang dipotong dengan sangat rapi.

.

“Kau turun dari tempat tidur dengan kepala terlebih dahulu pagi ini? Apa ini?” tanya Sooyoung dengan nada berguraunya.

.

“Kau sedang jatuh cinta?” tanya Yunji menambahkan, sambil menyuapkan sepotong baby tomato ke dalam mulutnya.

.

“Ada apa dengan kalian berdua? Memangnya aku baru pertama kali melakukan hal ini? Kenapa kalian heran sekali?” protes Yura pada respon kedua sahabatnya.

.

“Eo… Baru sekali. Karena itu kami pikir ada sesuatu yang salah denganmu”, jawab Sooyoung yang membuat keriangan diwajah Yura berubah.

.

“Tiba-tiba aku hanya ingin membuatkan makan siang saja untuk kita makan bersama. Memangnya tidak boleh?” kata Yura.

.

“Jadi kami kelinci percobaanmu? Cham… Kim Yura…” kata Sooyoung dengan tawa kecilnya.

.

“Hhh… Tapi ini enak, Kim Yura”, kata Yunji untuk mengembalikan senyum diwajah Yura.

.

“Benarkah?” tanya Yura.

.

Yunji mengangguk cepat untuk menjawab pertanyaan Yura. “Aku bersungguh-sungguh. Ini enak. Benar bukan, Sooyoung-ah?” tanya Yunji yang dijawab dengan anggukkan oleh Sooyoung.

.

“Syukurlah… Aku hampir saja putus asa saat belajar membuatnya”, kata Yura.

.

“Kau sampai belajar membuatnya? Siapa yang ingin kau buat terkesan dengan masakanmu?” tanya Yunji penasaran.

.

“Tidak ada. Aku hanya ingin belajar memasak saja”, jawab Yura.

.

“Benarkah? Bukan karena kau sedang menyukai seorang laki-laki tampan?” tanya Yunji dengan smirk dibibirnya, yang dijawab oleh Yura dengan menaikkan bahu.

.

“Ah, bicara tentang laki-laki. Kwon Yunji, kau tidak ingin menceritakan sesuatu pada kami?” tanya Sooyoung pada Yunji yang baru saja ingin kebali membaca buku karangan Jane Austen yang berjudul Emma, tidak jauh di sebelah kanannya.

.

“Tentang apa?” Yunji balas bertanya tanpa menoleh pada Sooyoung sambil mencari halaman terakhir yang ia baca.

.

“Banyak orang sudah membicarakannya. Seorang mahasiswa baru yang luar biasa tampan membantu Kwon Yunji kemarin siang”, jawab Sooyoung sebelum memasukkan sepotong kimbab ke dalam mulutnya.

.

“Oh… Tentang itu”, kata Yunji menanggapi dengan setengah hati. Perhatian Yunji masih sepenuhnya tertuju pada buku ditangannya.

.

“Benar. Tentang itu. Lalu?” tanya Sooyoung lagi.

.

“Lalu apa?” Yunji balas bertanya sambil mengambil sepotong bulgogi untuk disantapnya.

.

“Apa yang sebenarnya ingin kau ketahui, Sooyoung-ah?” tanya Yura pada Sooyoung kali ini.

.

“Oh, ayolah, Yura-ya. Tidakkah kau ingin mengetahui kelanjutannya juga? Maksudku, apa yang terjadi setelah laki-laki itu menolong Yunji? Kau tidak merasa penasaran?” tanya Sooyoung.

.

“Kau benar. Aku baru mengingatnya sekarang. Yunji-ya, lalu bagaimana kelanjutannya? Kalian berkenalan? Siapa dia?” tanya Yura yang akhirnya satu suara dengan Sooyoung.

.

“Siapa yang sedang kalian bicarakan?” tanya Yunji yang akhirnya menutup buku ditangannya.

.

“Aigoo… Pada siapa kita bicara sejak tadi, Yura-ya? Kau melakukannya lagi! Kau tidak benar-benar menanggapi pembicaraan kami dengan baik, bukan?” protes Sooyoung.

.

“Tentu saja, Sooyoung-ah. Akhir-akhir ini dia sedang bersahabat dengan Emma. Padahal ada barisan kimbab kesukaannya juga disini. Aku rasa dalam waktu beberapa hari saja, Yunji sudah menjadi sahabat Romeo dan Juliete”, kata Yura sarkastik.

.

“Baiklah. Baiklah. Aku mengerti. Maafkan aku. Sekarang katakan padaku, apa topik pembicaraan kita kali ini?” tanya Yunji memberikan perhatian sepenuhnya pada Yura dan Sooyoung.

.

“Laki-laki luar biasa tampan, mahasiswa baru di kampus ini, yang menolongmu kemarin siang. Yang sudah menjadi pembicaraan banyak orang. Siapa dia?” tanya Sooyoung.

.

“Ah… Kalian sedang membicarakannya?” Yunji balas bertanya.

.

“Benar… Dia……siapa?” tanya Sooyoung.

.

“Kau sudah berkenalan dengannya?” sambung Yura.

.

“Haruskah aku melakukan itu?” Yunji kembali mengembalikan pertanyaan Yura dan Sooyoung dengan sebuah pertanyaan lain.

.

“Jangan katakan… Kwon Yunji, kau tidak melakukan itu, bukan? Aku tidak ingin mendengar kenyataan bahwa kau kembali menyia-nyiakan kesempatan untuk berkenalan dengan seorang laki-laki di kampus yang memiliki populasi laki-laki tampan terlalu sedikit ini”, kata Sooyoung memberikan dugaannya.

.

“Auh… Kenapa laki-laki itu tidak dipertemukan denganku saja?” tanya Yura pada dirinya sendiri.

.

“Tidak. Bukan begitu… Maksudku, untuk apa aku berkenalan dengannya disaat aku sudah mengenalnya?” kata Yunji.

.

“Benarkah? Jadi kalian sudah saling mengenal?” tanya Yura terkejut.

.

“Bagaimana?” sambung Sooyoung.

.

“Kami sekolah di SMP yang sama sebelum dia pindah ke luar negeri”, jawab Yunji santai.

.

“Jadi, siapa namanya?” tanya Yura.

.

“Hm… Bicara tentangnya……” kata Yunji sambil meletakkan sumpit ditangannya ke atas tutup tempat makan, mengabaikan pertanyaan Yura. “Sepertinya dia melupakan sesuatu”, sambung Yunji.

.

“Apa?” tanya Sooyoung dengan gumaman.

.

“Siapa namanya?” Yura menanyakan kembali pertanyaannya yang belum terjawab.

.

“Teman-teman, aku pergi dulu. Aku akan menghubungi kalian nanti”, kata Yunji sambil bangkit berdiri, tanpa menjawab pertanyaan Yura dan Sooyoung.

.

“Mwoya… Ya! Kwon Yunji! Kau mau menemui laki-laki itu?” protes Sooyoung.

.

“Yunji-ya! Kau mau kemana? Kau belum memberitahu kami nama laki-laki itu”, seru Yura.

.

“Ini hari kamis. Aku harus menghasilkan uang untuk tetap hidup, Sooyoung-ah, Yura-ya”, jawab Yunji yang berjalan mundur. “Aku pergi!” sambung Yunji sebelum kembali berbalik berjalan menjauh.

.

“Ya! Kau belum menceritakan banyak hal pada kami!” seru Yura.

.

“Lain kali… Annyeong!” kata Yunji sambil melambaikan tangannya tanpa berbalik lagi pada kedua sahabatnya.

.

.

.

Kyuhyun’s POV

At Taman Utama Y University

.

Cuaca hari ini tidak begitu buruk untuk mengiringi suasana ujian yang membuat banyak mahasiswa merasa lelah. Matahari sedang tidak bersinar terlalu cerah. Namun tidak ada tanda akan datangnya hujan. Angin pun cukup bersahabat dengan bertiup perlahan. Beruntung, aku masih mendapatkan tempat yang cukup nyaman untuk beristirahat. Melihat kondisi kebanyakan mahasiswa yang sedang menenangkan diri setelah ujian, tempat sejuk dibawah pohon rindang seperti ini cukup sulit untuk didapatkan. Jadi aku menganggap hal ini sebagai keberuntunganku. Keberuntungan lain dipertengahan semester kehidupanku di kota ini.

.

Tidak ada hal yang menarik untuk dilihat di taman ini. Changmin dan Suho pun sedang tidak ada bersamaku untuk ku ajak bicara. Mereka sedang disibukkan oleh kerumunan para junior yang ingin mengajak mereka untuk merayakan selesainya ujian dengan acara makan bersama. Aku tidak tertarik dengan hal itu. Aku belum terbiasa dengan gaya hidup anak muda di Seoul. Seharusnya tidak jauh berbeda dengan San Francisco. Hanya saja aku belum bisa menikmatinya. Aku lebih bisa menikmati suasana menenangkan taman yang sejuk di pusat kampus ini. Siapapun yang memiliki ide awal untuk membangun taman ini di kampus, aku sangat berterimakasih padanya. Idenya sungguh luar biasa. Terima kasih pula untuk pohon rindang yang luar biasa sejuk ini. Karena dengan keberadaannya, aku bisa merebahkan tubuhku sebentar dibawah rimbunnya dedaunan diatas sana yang menutupi sinar matahari siang ini. Debu yang menempel di rerumputan mungkin akan mengotori punggungku. Aku akan mengatasi protes yang mungkin dilayangkan eomma nanti. Aku tidak ingin mempedulikannya saat ini.

.

Aku menggunakan tasku untuk ku jadikan bantal bagi kepalaku. Sweater yang ku gunakan tadi pagi berada didalamnya. Karena itu, tas ini tidak terasa terlalu keras di kepalaku. Aku memejamkan mataku, berharap lelap segera menghampiriku. Aku ingin melupakan deretan angka yang ku lihat di lembaran soal yang beberapa saat lalu ku kerjakan. Kepalaku sudah terlalu sakit untuk kembali mengingatnya. Rasanya seperti mimpi buruk disaat aku bahkan baru saja bangun dari tidur malamku. Aku mengubah posisi kepalaku, menoleh ke kiri untuk mendapatkan kenyamanan. Aku masih mencoba untuk benar-benar memejamkan mataku. Namun disaat yang sama, sosok itu justru membuat kantuk meninggalkanku begitu jauh. Aku harap aku tidak sedang berkhayal. Karena akan jadi sangat menyedihkan jika aku sampai mengkhayalkannya.

.

Dia benar-benar disana. Kwon Yunji. Aku dibuat heran dengan kemampuanku sendiri dalam mengenalinya. Saat ini bisa dikatakan cukup sulit untuk mengenali sosok Yunji. Ia berjalan dengan masker yang menutupi hidung dan bibirnya. Yunji juga menggunakan earphone di kedua telinganya. Ia berjalan terus tanpa harus membalas sapaan dari orang lain, karena tidak ada yang benar-benar bisa mengenalinya. Tapi, aku bisa. Bahkan dalam jarak yang cukup jauh seperti ini, aku bisa mengenalinya dengan mudah. Tatapan mata itu tidak asing bagiku. Bukan tatapan mata lembut, ramah dan ceria milik Yunji yang selalu terlihat di lingkungan kampus. Melainkan tatapan tajam, fokus, dan lelah yang beberapa kali pernah ku lihat jauh sebelum saat ini. Yunji terus berjalan tanpa gangguan apapun. Tidak ada yang menghentikan langkahnya. Ia menggerakkan tangannya menuju kepala, lalu menyisir rambut dengan jari-jari tangannya. ‘Bagaimana bisa gerakan sederhana seperti itu terlihat sangat anggun saat dilakukan olehnya?‘ tanyaku dalam pikiranku.

.

Sesaat setelahnya, Yunji menoleh padaku, seolah ia sudah merasakan sejak tadi ada sepasang mata yang mengawasinya, mengenalinya. Yunji sontak menghentikan langkah kakinya. Pandangannya benar-benar tertuju ke arahku. Kedua mataku melebar, menyadari tindakan tidak pantas (yang terlihat seperti seorang penguntit) yang ku lakukan beberapa saat yang lalu. Aku mengalihkan pandanganku dengan cepat, berharap dugaanku salah pada sikap Yunji. Berhadap ada seorang lain yang dilihat Yunji. Aku mengubah posisi kepalaku, kali ini menghadap ke arah atas, membuatnya senatural mungkin agar tidak terlalu mencurigakan. Hembusan angin berubah menjadi sedikit lebih kuat dari sebelumnya, membuat daun yang saling bergesekan menimbulkan suara yang cukup menenangkan. Aku masih berharap Yunji tidak menghiraukan apapun hal yang menghentikan langkahnya, lalu kembali melanjutkan perjalannya.

.

Hey, Mr. San Francisco!” suara Yunji terdengar sangat jelas ditelingaku. “Apa yang kau lakukan disini?” tanya Yunji setelahnya.

.

“Eo? Kwon Yunji?” tanyaku sambil menoleh. Respon terkonyol yang pernah ku berikan pada sapaan orang lain disaat aku bahkan sudah melihatnya sejak beberapa saat yang lalu.

.

Yunji memunculkan smirk nya setelah mendengar kata yang keluar dari bibirku. Ada kerutan kecil di keningnya. Ia melepas salah satu earphone nya yang masih menggantung di telinga, kemudian duduk diatas rumput, di sebelah kiriku. “Benar. Kwon Yunji. Kau masih mengingatku ternyata”, kata Yunji dengan tawa kecil dalam ucapannya.

.

Aku segera bangun untuk duduk bersamanya. Aku menimbang maksud dibalik ucapan Yunji dalam pikiranku. “Hhh… Ada apa dengan mood mu hari ini? Nada bicara mu terdengar sedikit berbeda. Tidak ada masalah dengan ujianmu, bukan?” tanyaku akhirnya.

.

“Tidak… Tidak ada”, jawabnya sambil menghela napas panjang dengan perlahan. “Hanya saja seorang teman lama yang sudah memiliki nomor ponselku tidak kunjung menghubungiku”, sambungnya.

.

Ah… Ternyata tentangku… “Ah… Karena itu…” kataku.

.

“Benar. Karena itu. Tidakkah kau pikir sikapnya cukup keterlaluan?” tanya Yunji sambil menoleh menatapku, masih menggunakan kata ganti orang untuk membicarakanku.

.

Aku sempat tertegun dengan tatapan spontannya yang sangat tegas. Meski ada sebuah senyuman diwajahnya, ia terlihat bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Seketika aku berpikir, apakah ekspresi yang ia tunjukkan padaku selalu seperti ini? Sangat jujur dan tulus. “Maaf. Aku masih mempertimbangkannya. Aku hanya sedikit khawatir kekasihmu tidak akan menyukainya jika aku menghubungimu”, jawabku setelahnya.

.

“Oh… Good manner. I like that. Tapi kau menggunakannya (manner) untuk keadaan yang tidak tepat”, kata Yunji. “Dan aku tidak sedang marah padamu, Cho Kyuhyun. Kau tidak perlu meminta maaf padaku. Aku hanya bercanda”.

.

Tatapanmu tidak berkata begitu, Kwon Yunji’ kataku dalam pikiranku. “Aku tahu… Tapi, apa maksudmu dengan tidak tepat?” tanyaku.

.

“Hm… Apa dan siapa yang sedang kau bicarakan? Kau bahkan tahu siapa kekasihku melebihi diriku sendiri. Apa kau memiliki kemampuan untuk melihat masa depan atau sejenisnya?” tanya Yunji.

.

“Aku rasa tidak”, jawabku. “You know? Saat ini aku tidak mengerti apa yang sedang kau bicarakan, Kwon Yunji”, kataku jujur.

.

“Begitupun denganku… Beberapa saat yang lalu kau membicarakan tentang kekasihku. Apakah dia seorang laki-laki? Siapa?” Yunji kembali bertanya.

.

“Kenapa kau bertanya padaku? Seharusnya aku yang bertanya padamu… Ah, tidak. Bukan itu maksudku. Aku tidak memiliki niat untuk menanyakan hal pribadi seperti itu padamu. Jadi, maksudku adalah……”

.

Yunji sontak tertawa. Ekspresi di wajahnya melembut. Tidak ada garis keras lagi yang membentuk rahang dibawah pipi tirusnya. Ketegangan sudah meninggalkan wajah lelahnya. Ia terlihat lebih santai. Dalam tata bahasaku yang berlebihan, aku akan mengatakan bahwa ‘sudah ada kehidupan di matanya’. Suara tawanya terdengar begitu menyenangkan, menenangkan bagiku. Kembali. Aku dibuat tidak mengerti dengan setiap penilaianku pada semua hal yang Yunji lakukan. Aku tidak mengerti diriku sendiri akhir-akhir ini.

.

“Sudah… Sudah… Tidak perlu bersikap seperti itu. Kau ini lucu sekali, Cho Kyuhyun. Tenang saja. Relax... Aku tidak sedang mencurigaimu, mengintrograsimu ataupun marah padamu. Aku hanya ingin bertanya, siapa orang yang kau sebut sebagai kekasihku itu? Karena sampai detik ini aku bahkan tidak pernah tahu bahwa aku memiliki seorang kekasih”, kata Yunji menjelaskan alasan dibalik tawanya.

.

“Begitu? Jadi, maksudmu, aku salah menduga? Dia bukan kekasihmu?” tanyaku.

.

“Benar”, jawab Yunji. “Jadi, siapa dia?”

.

“Kau ingat? Laki-laki yang berjalan bersama mu setelah kau bicara denganku?”

.

Yunji menggunakan waktu selama beberapa detik untuk mengingat keadaan yang sesuai dengan perkataanku. Ia menatap datar padaku saat melakukan itu, membuatku kehilangan perhatian pada sekitar selama beberapa saat karenanya. “Ah… Laki-laki dengan wajah imut seperti seorang anak kecil? Yang menghampiriku setelah menyeberang jalan?” tanya Yunji kali ini setelah menemukan ingatannya.

.

“Dia tidak terlihat seperti itu dimataku”, kataku bergumam. Yunji mendengarnya, tapi ia berpura-pura tidak menyadari gumamanku. “Benar. Laki-laki itu. Dia bukan kekasihmu?” tanyaku lagi dengan cepat setelahnya.

.

“Lee Donghae?” Yunji berdesis, tersenyum, lalu menggeleng cepat. “Hanya teman”, jawabnya singkat.

.

“Hanya teman… Kau menganggapnya sebagai teman”, kataku mencoba meluruskan ucapannya sekaligus melontarkan dugaanku.

.

“Benar. Tapi, sepertinya aku tidak benar-benar mengerti maksud dibalik ucapanmu itu”, kata Yunji.

.

“Mwo… Tidak ada maksud apapun”, kataku menyangkal. “Bagaimana ujianmu?”

.

“Hhh… Pemilihan waktu yang cukup baik untuk mengubah topik pembicaraan, Cho Kyuhyun”, kata Yunji. “Baik-baik saja. Aku masih bisa bertahan di kursiku sampai soal terakhir di kertas berlapis yang memusingkan itu”, kata Yunji menjawab pertanyaanku.

.

Sounds terrible (terdengar buruk). Kertas berlapis tidak terdengar menyenangkan”, responku.

.

Absolutely not (sangat tidak [menyenangkan])”, kata Yunji sambil tertawa kecil. Tawa itu dengan cepat menular padaku. “Bagaimana denganmu? Apa kau mendapatkan kesulitan beradaptasi disini?” tanya Yunji.

.

“Aku rasa tidak. Semua berjalan dengan baik. Aku masih waras sampai saat ini, bukan?” tanyaku dengan nada bergurau. Yunji tersenyum mendengarnya. “Sejauh ini aku sudah memiliki dua orang teman yang cukup dekat. Keberuntungan, sekaligus sedikit ketidaknyamanan untukku”, jawabku jujur.

.

“Tidak nyaman? Kenapa?” tanya Yunji yang tertarik dengan topik pembicaraan kami kali ini. Ia bahkan sampai mengubah posisi duduknya menghadap padaku.

.

“Mereka terlalu terkenal. Terlalu banyak orang yang mengenal mereka. Apa alasan itu cukup?” Aku balas bertanya padanya.

.

“Hm… Tergantung dari orang yang sedang kita bicarakan saat ini. Sedikit terdengar aneh. Kau merasa tidak nyaman karena mereka terkenal”, ujar Yunji. “Kau bilang mereka terkenal. Mungkin aku juga mengenalnya. Siapa mereka?”

.

“Shim Changmin dan Kim Suho”, jawabku.

.

Ekspresi diwajahnya berubah. Masih dengan kejenakaannya, Yunji mengubah ekspresinya beberapa kali. Ia mengerutkan kening, lalu tersenyum dan menunjukkan ekspresi ragu. Yunji berdesis dan tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya perlahan beberapa kali. Yunji tidak memberikan tanggapan apapun atas jawabanku. Menurut perkiraanku, Yunji mengenal mereka berdua. Tidak. Mungkin Yunji hanya mengetahui pamor yang dimiliki kedua temanku itu. Aku tidak tahu pasti siapa diantara mereka bertiga yang lebih dikenal di kampus ini. Seketika aku menemukan diriku terhibur karena sikap yang ditunjukkan Yunji padaku. Mood ku seolah meningkat dengan cepat. Aku tidak lagi merasa lelah dan penat. Terlebih lagi, aku bisa merasakan ketulusan serta kejujuran dalam setiap kata dan sikap nya. Seolah Yunji yang dipuja banyak orang di kampus ini bukan benar-benar dirinya. Seolah hanya aku yang pernah melihat keterbukaannya ini.

.

“Kau……mengenal mereka?” tanyaku setelah menunggu selama beberapa saat.

.

“Aku sangat menyesal karena harus mengatakan ini padamu, Cho Kyuhyun” kata Yunji yang mengambil jeda dalam ucapannya. Aku mengerutkan keningku saat mendengar suara Yunji yang sedikit berbisik menjawab pertanyaanku. Tanpa ku sadari, sebuah senyum sudah terbentuk di bibirku. “Jika niat awalmu datang ke kampus ini adalah untuk menyelesaikan kuliah dengan tenang, maka kau sudah gagal. Kau salah memilih teman”, kata Yunji sambil tertawa kecil.

.

“Apakah separah itu?” tanyaku mengikuti caranya bicara.

.

Yunji mengangguk singkat dua kali, lalu menghela napas pelan. “Pamor mereka? Benar, separah itu. Tapi aku tidak bersungguh-sungguh saat mengatakan kau salah memilih teman. Aku bercanda. Mereka orang yang baik”, kata Yunji dengan senyum lembut yang terlihat diwajahnya. “Kau bisa tanyakan pada semua mahasiswa yang ada disini tentang kedua temanmu itu. Aku jamin, 96 dari 100 pasti mengenal mereka. Shim Changmin dan Kim Suho adalah dua orang yang terlalu dikenal oleh hampir seluruh mahasiswa, Kyuhyun-ah. Mereka pintar, berasal dari keluarga dengan latar belakang luar biasa, ramah, sopan, good looking, mereka juga tampan, tentu saja. Mereka terlahir dengan kualitas terbaik yang saat ini membuatmu terjebak dalam lingkaran mereka. Terlebih kau juga hampir serupa dengan mereka. Welcome to the club!” kata Yunji dengan senyum riangnya.

.

“Hhh… club? Maksudmu kelompok [hanya ungkapan] orang-orang terkenal yang tidak punya cukup kebebasan? Kau juga termasuk didalamnya, bukan? Mengingat aku sudah menjadi temanmu saat ini”, tanyaku sambil tertawa kecil. Yunji ikut tertawa bersamaku setelahnya. “Aku sudah melihatmu tadi. Sengaja menggunakan masker untuk menutupi wajahmu agar tidak dikenali orang. Cara yang bagus. Tidak ada yang menyapamu seperti biasanya. Suatu hari nanti mungkin aku harus menggunakannya juga”.

.

“Ah… Aku baru ingat. Tentang itu… Bagaimana bisa kau mengenaliku? Terlebih dengan jarakmu yang cukup jauh dariku”, tanya Yunji.

.

“Jika aku menjawabnya, maukah kau mempercayaiku?” tanyaku dengan ekspresi wajah yang ku buat serius.

.

“Tentu saja”, jawab Yunji dengan ekspresi yang serupa. “Bagaimana?”

.

“Aku juga tidak tahu. Aku mengenalimu begitu saja”, jawabku sambil tersenyum.

.

“Ah mwoya…… Aku pikir kau akan mengatakan bahwa kau memiliki kemampuan diluar akal sehat yang mengejutkan. Ch…” kata Yunji yang tertawa kecil setelahnya.

.

Tidak lagi. Oh, benarkah? Haruskah terjadi seperti ini lagi? Cho Kyuhyun si penggerutu dalam pikiranku kembali melayangkan protesnya. Seorang laki-laki dengan perawakan tinggi dan tampan sedang berjalan mendekat pada kami. Ekspresi wajahnya begitu cerah. Tatapan matanya tertuju pada Yunji yang duduk menghadapku, membelakanginya. Senyumnya begitu mengembang. Seolah menemukan sosok Yunji di tempat ini adalah sebuah anugerah baginya. Jaraknya semakin dekat pada Yunji yang masih tertawa padaku. Tiba-tiba laki-laki itu menjulurkan tangannya mendekat, lalu menutup kedua mata Yunji dengan tangannya. Tawa Yunji mereda seketika, membuat sesuatu dalam diriku bergejolak karenanya. Laki-laki itu tidak mengatakan apapun. Ia tetap dalam kebungkamannya, menunggu Yunji untuk menebak. Setelah beberapa saat, Yunji menghela napas. Aku menduga bahwa Yunji mengetahui pemilik dua tangan yang menutup matanya. Ekspresi diwajahnya tidak tampak begitu riang dengan tindakan yang dilakukan laki-laki itu padanya. Namun Yunji tidak serta merta membenci tindakan itu.

.

“Choi Minho…… Kau baru selesai ujian anatomi?” tanya Yunji.

.

Dua tangan yang menutup mata Yunji sontak dilepaskan oleh pemiliknya. “Tidak. Kenapa?” tanya laki-laki yang bernama Minho itu dengan ekspresi terkejut. Kemudian ia duduk disebelah kiri Yunji.

.

“Kau yakin? Tanganmu bau alkohol”, kata Yunji.

.

“Ah… Tadi aku membantu seorang teman membersihkan alat yang telah digunakan untuk ujian. Kami menggunakan alkohol untuk membuatnya tetap steril. Maafkan aku, nuna”, kata Minho menjelaskan.

.

“Hhh… Kau tidak perlu minta maaf, Choi Minho” kata Yunji.

.

“Bagaimana nuna bisa mengenaliku?” tanya Minho, mengingatkanku akan pertanyaan yang dilontarkan Yunji padaku beberapa saat yang lalu. ‘Sebelum ada satu orang lain yang datang diantara kami’, sambungku dalam pikiranku.

.

“Ada aroma AC dan alkohol ditubuhmu. Mahasiswa kedokteran menghabiskan waktu sangat lama diruangan ber-AC”, jawab Yunji.

.

“Luar biasa… Cara menganalisa yang cukup aneh”, kata Minho sambil tertawa kecil.

.

So, melihat kau sudah kembali berkeliaran di kampus, apakah kau sudah mendapatkan keyakinanmu kembali untuk menjadi seorang dokter?” tanya Yunji setelahnya.

.

“Sepertinya begitu. Aku selalu dipermainkan dengan ritme yang sama. Aku mengalami kesulitan hingga ingin menyerah, tapi setelahnya aku bisa melewatinya. Berulang seperti itu terus. Melelahkan…” jawabnya. “Nuna…” kata Minho setelahnya sambil melirik ke arahku. Yunji menatapnya, mengetahui pertanyaan yang akan dilontarkan setelahnya oleh Minho. Aku yang sempat menoleh pada Yunji yang sedang bicara padanya, menyadari lirikan mata yang seolah sedang menanyakan siapa diriku.

.

“Oh… Aku sampai lupa. Minho-ya, ini Cho Kyuhyun. Arsitektur tingkat II. Dia baru kembali ke Seoul beberapa bulan yang lalu”, kata Yunji mengenalkanku pada laki-laki yang sepertinya lebih muda dari Yunji itu. “Dan, Cho Kyuhyun, ini Choi Minho. Dia adalah mahasiswa jurusan kedokteran tingkat I yang selalu ragu dengan jurusan yang dijalaninya”, kata Yunji menjelaskan padaku.

.

“Annyeonghaseyo. Senang bertemu dengan sunbae. Aku Choi Minho”, kata Minho memberikan salamnya padaku.

.

“Eo… Senang bertemu denganmu juga, Choi Minho”, balasku. Aku menoleh pada Yunji setelahnya. Aku tidak tahu jika Yunji sedang menatapku. Tatapan kami bertemu. Yunji melebarkan matanya, seolah sedang mencoba membaca ekspresiku. Aku melakukan hal sebaliknya. Kedua mataku menyipit, menimbang maksud dibalik tatapannya. “Apakah dia……” kataku dengan suara pelan tanpa menyelesaikan pertanyaanku.

.

Senyum Yunji mengembang. Ia tertawa kecil setelahnya. “Aku tahu apa yang ingin kau katakan. Jawabannya tidak. Bukan”, kata Yunji menjawab pertanyaanku yang tidak terucap.

.

“Apa yang sedang kalian bicarakan?” tanya Minho menyela pembicaraan kami.

.

“Tidak. Bukan apa-apa”, jawab Yunji cepat sambil tersenyum padanya. “Bagaimana ujianmu hari ini?” tanya Yunji pada Minho, mengalihkan pembicaraan.

.

“Jangan tanyakan hal itu, nuna. Aku ingin melupakannya hari ini saja. Aku sudah terlalu lelah memikirkannya sejak beberapa hari yang lalu. Ujian kali ini sudah merebut jam tidur dan nafsu makanku”, jawab Minho.

.

“Kapan terakhir kali kau makan?” tanya Yunji.

.

“Kemarin sore? Malam? Aku tidak ingat”, jawab Minho.

.

“Kau terlihat menyedihkan, Choi Minho. Ayo kita makan siang sebelum tubuh berototmu itu kembali kurus seperti saat kau SMA dulu”, kata Yunji.

.

“Nuna akan mentraktirku?” tanya Minho dengan ekspresi riangnya.

.

“Traktir? Hm… Baiklah. Kali ini aku akan mentraktirmu”, jawab Yunji. “Kyuhyun-ah, ayo ikut makan siang bersama kami”, ajak Yunji.

.

“Ah… Aku harus pergi ke suatu tempat sebentar lagi. Lain kali saja. Terima kasih sudah mengajakku, by the way” jawabku.

.

“Baiklah kalau begitu. Aku pergi dulu. Sampai bertemu lagi”, kata Yunji sambil beranjak berdiri.

.

“Sampai bertemu, sunbae” kata Minho yang juga memberikan salamnya padaku.

.

“Eo… Nikmati makan siang kalian”, kataku pada keduanya.

.

Minho menunduk membalas ucapanku. Sementara Yunji melambaikan tangannya pelan padaku sebagai ucapan selamat tinggalnya. Minho meraih tasnya yang sempat ia letakkan diatas rerumputan, kemudian menggantungnya di salah satu bahu tegapnya. Yunji kembali menarikan jari-jarinya untuk mengatur helaian rambut halusnya yang tertiup angin. Mereka berbalik dan mulai beranjak pergi, melangkah menjauh dari tempatku duduk, memandang mereka. Yunji sempat menoleh padaku, memberikan sebuah senyum kecil dan tatapan yang tidak bisa aku mengerti. Ada rangkaian kata dibalik tatapan itu. Hanya Yunji yang mengetahui arti dibalik tatapannya itu. Pesan yang tidak terucap itu akan tetap menjadi pertanyaan dalam pikiranku. Yunji kembali berbalik, lalu menanggapi obrolan yang dimulai oleh Minho. Mereka bicara satu sama lain dengan mood yang terlihat menyenangkan. Senyum mengembang selalu terlihat diwajahnya. Yunji bahkan sesekali tertawa pada Minho.

.

Kembali. Kau berjalan menjauh dariku dengan cara ini. Kau kembali meninggalkanku yang memandangmu menjauh bersama orang lain. Aku tidak tahu apa yang harus aku rasakan dalam situasi ini. Hanya saja aku sudah merasa terbiasa dengan ini. Memandang wajah itu dibalik punggungmu yang menjauhiku. Kali ini kau sempat menoleh padaku untuk memberikan sebuah senyuman. Entah apa maksud dibalik senyumanmu. Aku hanya bisa membalasnya dengan tulus sepertimu, sambil berharap suatu saat nanti aku bisa mengerti tentangmu.

.

.

.

Author’s POV

Malam harinya

10:30 p.m.

.

Hari sudah beranjak larut. Keramaian perlahan mulai menghilang dari wajah kota sibuk Seoul. Kebanyakan orang sudah terlelap di tempat tidur mereka masing-masing. Namun hal berbeda justru terlihat di kamar Kyuhyun. Ia masih terjaga dengan sebuah laptop dan beberapa buku di mejanya. Sesekali Kyuhyun menopangkan kepalanya dengan salah satu tangan. Keningnya berkerut saat mendapatkan kesulitan dalam menyelesaikan hal yang sedang dilakukannya. Kyuhyun mengambil jeda sejenak dengan bersandar ke kursi sambil memejamkan matanya. Ia tidak bisa menemukan jawaban untuk masalah yang sedang dipecahkannya. Setelah berdiam diri selama beberapa saat, Kyuhyun beranjak dari kursi yang sudah dihuninya selama lebih dari 3 jam. Ia menuju ruang pakaian yang ada disisi terdalam kamarnya. Lima menit berselang, Kyuhyun sudah mengganti T-shirt tipis dan celana pendeknya dengan sweater hitam dan celana panjang. Kyuhyun menutup laptopnya, lalu memasukkannya ke dalam tas bersama satu set pakaian ganti. Kyuhyun meraih tas dan kunci mobilnya sebelum berjalan keluar dari kamarnya.

.

Kyuhyun memarkirkan mobilnya didepan sebuah gedung yang masih terlihat sangat terang dari cahaya lampu yang menyala dari dalam. Kyuhyun turun dari mobilnya, lalu berjalan masuk ke gedung perpustakaan untuk umum yang dibuka selama 24 jam. Ia berhenti di meja informasi untuk membuat kartu anggota perpustakaan dengan memperlihatkan kartu identitas serta kartu kemahasiswaannya. Kyuhyun baru diijinkan masuk setelah proses pengisian formulir selesai. Tidak terlalu banyak orang yang mengunjungi perpustakaan malam itu. Karena itu, Kyuhyun bisa memilih tempat manapun yang ia inginkan. Kyuhyun meletakkan tasnya di salah satu meja, lalu berjalan menuju barisan rak untuk mencari buku yang ia butuhkan. Kyuhyun mengambil keputusan yang tepat dengan datang ke perpustakaan. Karena ia mendapatkan empat buah buku yang berisikan materi-materi untuk menyelesaikan masalah yang belum bisa ia pecahkan. Kyuhyun kembali ke tempat duduknya setelah itu. Satu persatu barang dari dalam tasnya ia keluarkan. Laptop, hard disk, dan beberapa lembar kertas serta sebuah pulpen. Kyuhyun membuka laptopnya yang memunculkan sebuah file yang masih belum terselesaikan di layar. Buku pertama yang dibuka Kyuhyun mampu menyelesaikan satu masalah. Kyuhyun sedang membuka buku keduanya saat seseorang berjalan mendekat padanya dan berhenti tepat di samping kanannya. Perhatian Kyuhyun terlalu fokus pada layar laptop, sehingga ia tidak menyadari kehadiran seseorang yang berdiri disampingnya.

.

“Ternyata kau”, kata Yunji dengan suara pelan.

.

Kyuhyun sontak menoleh setelah mendengar suara yang dikenalinya. “Kwon Yunji?” tanya Kyuhyun.

.

“Aku sudah merasa cukup cemas saat mengetahui ada mahasiswa YU yang datang kesini. Ternyata hanya kau…” kata Yunji sambil berjalan menuju kursi kosong disebelah kiri Kyuhyun. Ia menarik kursi itu lalu duduk disana.

.

“Memangnya kalau bukan aku kenapa? Apa ada masalah?” tanya Kyuhyun.

.

“Tidak ada. Aku hanya harus berpura-pura flu dan menggunakan masker untuk menutup sebagian dari wajahku”, jawab Yunji yang meletakkan kepalanya di meja.

.

“Hhh… Dan alasanmu perlu melakukan itu adalah?” tanya Kyuhyun yang tersenyum karena jawaban yang diberikan Yunji.

.

“Aku tidak ingin ada mahasiswa yang tahu bahwa aku bekerja disini. Apa alasan itu cukup?” jawab Yunji.

.

“Kau bekerja disini? Aku pikir kau sedang belajar atau mengerjakan tugasmu”, ujar Kyuhyun.

.

“Kau tidak salah. Aku memang bekerja sambil belajar. Terkadang aku mengerjakan tugasku juga. Bekerja disini saat malam hari banyak mendatangkan keuntungan bagiku”, jawab Yunji yang sudah mengangkat kembali kepalanya.

.

“Kenapa?” tanya Kyuhyun.

.

“Kenapa……untuk?” Yunji balas bertanya.

.

“Kenapa kau bekerja disini?” Kyuhyun memperjelas pertanyaannya.

.

“Hm… Aku tidak tahu harus memberikan jawaban apa padamu. Kau menanyakan hal yang sangat mudah untuk dijawab. Sama seperti jika kau bertanya, ‘Kenapa kau makan? Kenapa kau tidur? Kenapa kau kuliah?‘ Kau sudah tahu jawabannya, Cho Kyuhyun”, kata Yunji yang tidak benar-benar menjawab pertanyaan Kyuhyun.

.

“Aku tahu. Tapi kau tidak dalam keadaan sangat membutuhkan uang untuk hidup. Kau sudah memilikinya. Aku hanya tidak mengerti”, kata Kyuhyun.

.

“Banyak hal dalam hidup yang tidak perlu kau mengerti, Kyuhyun-ah” kata Yunji. “Ah, sepertinya aku menyela pekerjaanmu”, kata Yunji setelah melihat yang tertera di laptop Kyuhyun. “Lanjutkan kegiatanmu. Aku juga harus kembali ke tempatku. Sampai bertemu”.

.

“Hm…” Kyuhyun bergumam membalas ucapan Yunji.

.

Kyuhyun menoleh, memandang Yunji yang kembali ke balik mejanya. Kyuhyun pun berpindah duduk ke kursi yang berada diseberangnya. Dari tempatnya duduk, Kyuhyun bisa melihat Yunji yang sedang berbincang dengan seorang perempuan dan pria yang tadi mengurus proses pembuatan kartu anggota miliknya. Senyum Yunji tetap terlihat tulus seperti biasanya. Hanya saja saat ini penurunan energi sangat terlihat dari mata Yunji. Kyuhyun menopang kepalanya dengan tangan kanan yang berada di atas meja. Perhatiannya teralihkan dari layar laptop dihadapannya. Dalam pandangannya hanya ada Yunji yang terlihat. Sudut bibirnya tertarik saat melihat senyum yang tergambar diwajah Yunji. Keningnya pun berkerut saat Yunji menunjukkan perubahan ekspresi diwajahnya. Sesaat setelahnya, Yunji sontak menoleh pada Kyuhyun, membuat Kyuhyun tersentak karena gerakan tiba-tiba Yunji. Tatapan keduanya bertemu. Alis kiri Kyuhyun sedikit terangkat saat Yunji tetap bertahan menatapnya. Tiba-tiba Yunji mengubah ekspresinya. Ia memejamkan matanya dan memajukan bibir bawahnya, mengungkapkan rasa kantuk yang dirasakannya. Kyuhyun pun tersenyum lebar melihatnya. Senyum itu menular dengan cepat pada Yunji yang juga menunjukkan senyumnya. Tatapan keduanya terputus saat salah seorang rekan Yunji mengajaknya bicara. Kyuhyun pun memilih untuk meneruskan kegiatannya yang sempat tertunda dengan senyum yang masih tersisa dibibirnya.

.

Jam dinding sudah menunjukkan waktu pukul 3. Yunji baru saja kembali setelah memeriksa buku-buku di beberapa rak yang berada di sisi paling kanan ruangan. Yunji mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Beberapa orang masih terlihat bertahan di tempat duduk masing-masing sambil mengerjakan tugas mereka. Matanya berhenti pada sosok Kyuhyun yang sudah tumbang diatas meja. Yunji pun berjalan mendekat pada Kyuhyun dengan membawa selimut miliknya. Kyuhyun meletakkan kepalanya diatas meja, dengan lengan kirinya dijadikan sebagai penyangga kepala. Layar laptopnya yang sudah mati masih berdiri tegak. Buku-buku yang digunakan oleh Kyuhyun pun masih terbuka. Namun Kyuhyun sudah terlelap. Sebuah senyuman terlihat di wajah lelah Yunji saat melihat ada sebuah kerutan kecil di kening Kyuhyun. Yunji pun meletakkan selimut ditangannya untuk menutupi tubuh Kyuhyun. Yunji duduk disebelah Kyuhyun setelahnya. Ia mengalihkan pandangannya keluar jendela yang berada tepat disebelah kirinya. Lampu-lampu kota masih menerangi jalan kota Seoul yang sudah tidak dipenuhi dengan mobil-mobil yang berlalu lalang. Yunji selalu mengangumi pemandangan kota di malam hari. Keheningan yang diberikan suasana kota membuat Yunji mampu merasakan ketenangan ditengah ramainya kehidupan yang ia jalani. Yunji seolah menemukan dirinya sendiri dalam keheningan itu. Tiba-tiba Yunji menoleh pada Kyuhyun yang bergumam dalam tidurnya. Kerutan dikening Kyuhyun menjadi semakin dalam. Yunji menjulurkan tangan kanannya, lalu meletakkannya di punggung Kyuhyun. Yunji menepuk pelan punggung Kyuhyun untuk menenangkannya. Kyuhyun kembali terlelap setelahnya.

.

“Kyuhyun-ah… Cho Kyuhyun… Ayo bangun…” kata Yunji berbisik pelan membangunkan Kyuhyun.

.

“Hm… Lima menit lagi…” balas Kyuhyun tanpa membuka mata ataupun bergerak sedikitpun.

.

“Baiklah… Kalau begitu aku akan kembali untuk membangunkanmu setengah jam lagi”, kata Yunji.

.

“Jam berapa sekarang?” tanya Kyuhyun yang mulai membuka matanya.

.

“Hm… Jam setengah enam ku rasa”, jawab Yunji.

.

“Apa? Ah… Aku ada kelas pagi”, kata Kyuhyun yang sontak membuka matanya lebar dan mengangkat tubuhnya duduk tegak. “Aku mengantuk sekali. Bagaimana ini? Aku kesiangan”, sambung Kyuhyun sambil meregangkan ototnya.

.

“Jam berapa kelasmu dimulai?” tanya Yunji sambil melipat selimut yang sebelumnya digunakan Kyuhyun.

.

“Setengah delapan”, jawab Kyuhyun sebelum kembali menguap. “Aku tidak punya cukup waktu untuk kembali ke rumah, mandi, lalu ke kampus. Jarak rumahku ke kampus terlalu jauh”, kata Kyuhyun menjelaskan. “Kwon Yunji…”

.

“Hm?” tanya Yunji dengan gumamannya.

.

“Apakah di dekat sini ada tempat mandi untuk umum?” tanya Kyuhyun. “Aku sudah berjaga-jaga sejak semalam. Aku membawa pakaian ganti dan alat mandiku. Sepertinya itu cara yang paling tepat untuk dilakukan”, kata Kyuhyun setelahnya.

.

“Ikutlah ke apartment ku”, kata Yunji santai.

.

“Eo? Kenapa?” tanya Kyuhyun yang sedikit terkejut.

.

“Kau bilang kau harus ke kampus secepatnya. Tapi jarak rumahmu cukup jauh. Jarak apartment ku dekat dari sini, dekat juga dari kampus. Kau bisa mandi, bahkan sarapan jika kau mau”, kata Yunji.

.

“Ah… Tidak apa. Tidak perlu. Aku tidak ingin merepotkanmu”, kata Kyuhyun.

.

“Aku tidak akan repot sama sekali jika kau tidak memintaku menyiapkan air panas, mengeringkan rambutmu, atau mencuci pakaianmu”, kata Yunji dengan nada bergurau. “Aku hanya sedang berbaik hati. Aku pernah ada di posisimu. Sudah, tidak perlu sungkan. Ayo…” kata Yunji yang mulai beranjak dari tempat duduk Kyuhyun.

.

“Baiklah…” kata Kyuhyun setuju.

.

Kyuhyun dan Yunji keluar dari perpustakaan bersama. Langit terlihat kelabu karena matahari masih bersembunyi dibalik selimutnya. Udara di pagi hari juga terasa lebih dingin. Kyuhyun berjalan lebih dulu di depan Yunji yang sedang memeriksa ponselnya. Langkah Yunji terhenti saat pandangannya yang tertuju ke bawah melihat kaki Kyuhyun yang berdiri tegak tanpa pergerakan. Yunji mengangkat kepalanya, menemukan Kyuhyun bersandar di pintu mobil yang baru saja dibukakannya untuk Yunji. Kyuhyun tersenyum tipis lalu menggerakkan kepalanya, mempersilahkan Yunji masuk ke dalam mobil. Yunji membalas senyuman Kyuhyun dengan senyum lelah di bibirnya. Kemudian Yunji masuk ke dalam mobil, diikuti oleh Kyuhyun yang duduk di balik kemudi setelahnya.

.

.

.

At Yunji’s Apartment

.

Yunji menekan kombinasi angka yang ia jadikan sebagai password apartmentnya. Setelah pintu berhasil dibuka, Yunji mempersilahkan Kyuhyun masuk ke dalam apartmentnya setelah berjalan dengan sisa tenaga yang dimilikinya. Apartment Yunji cukup besar, dengan 2 buah kamar, 2 kamar mandi, sebuah dapur dengan meja makan berkursi 4, ruang mencuci kecil didekatnya, sebuah ruang tamu sekaligus ruang tv, dan balkon. Yunji melangkah masuk lalu meletakkan tasnya di sofa. Ia berbelok ke dapur yang berada di sebelah kanannya. Yunji membuka lemari es dan mengeluarkan dua buah kotak besar, susu dan jus jeruk. Kyuhyun masuk ke dalam setelahnya. Ia juga meletakkan tasnya di sofa. Kyuhyun mengedarkan pandangannya ke setiap sudut yang dapat dilihat oleh kedua matanya.

.

“Susu atau jus?” tanya Yunji.

.

“Susu”, jawab Kyuhyun yang menoleh cepat pada Yunji, masih dengan sikap canggungnya.

.

“Ini. Minum susunya dulu untuk membangunkan tubuhmu. Setelah itu kau bisa mandi”, kata Yunji yang menghampiri Kyuhyun sambil memberikan segelas susu padanya. “Dan, Cho Kyuhyun, jangan canggung seperti itu. Santai saja”, sambung Yunji.

.

“Terima kasih”, kata Kyuhyun yang menerima gelas dari tangan Yunji.

.

Yunji berjalan menuju sofa untuk mengambil ponsel di dalam tasnya. Kemudian Yunji kembali ke dapur setelah meletakkan ponselnya diatas meja bar. “Ada dua kamar mandi. Kau sudah melewatinya tadi dibelakangmu, sebelah kiri. Ada satu lagi di dalam kamarku, sebelah kanan, beberapa langkah dari tempatmu berdiri. Kau bisa menggunakan yang manapun. Sebaiknya gunakan kamar mandiku. Penghangat air di kamar mandi luar sedang tidak berfungsi”, kata Yunji menjelaskan.

.

“Tidak apa. Aku bisa menggunakan air apapun”, tolak Kyuhyun dengan cara lembut.

.

“Jangan nekat, Cho Kyuhyun. Kau tidur dalam posisi duduk sepanjang malam. Mungkin saat ini kau akan baik-baik saja. Tapi kau akan merasakan efeknya nanti. Aku mengatakan ini karena pernah mengalaminya. Gunakan air hangat”, kata Yunji menyarankan.

.

“Baiklah, nona muda”, kata Kyuhyun dengan nada bergurau karena sikap dan perkataan Yunji yang sejak tadi lebih terdengar seperti perintah daripada saran atau permintaan.

.

“Hhh… Lama tidak mendengar sebutan itu”, kata Yunji yang ikut bergurau. “Kau bisa makan apapun, bukan?” tanya Yunji setelahnya sambil kembali membuka lemari es.

.

“Eo… Aku berhubungan baik dengan semua makanan”, jawab Kyuhyun sambil mengeluarkan alat mandi dan pakaian gantinya.

.

Good! Cepat mandi. Kau akan terlambat”, kata Yunji.

.

“Ne…” jawab Kyuhyun sekali lagi, dengan tawa kecil setelahnya.

.

Yunji mengeluarkan sebuah wadah berisikan daging asap, selembar keju, selada, mangkuk kecil berisi irisan bawang bombay serta sebutir telur, lalu meletakkannya diatas meja. Ia meletakkan dua buah wajah diatas kompor setelahnya. Sedikit minyak kemudian dituangkan oleh Yunji di wajan-wajan itu sebelum menyalakan api dengan nyala kecil. Yunji memecahkan sebutir telur ditangannya ke wajan, dan memasukkan irisan bawang bombay serta daging asap ke wajan yang lain. Yunji menggunakan spatulanya dengan cekatan pada dua wajan. Yunji pun mengeluarkan dua lembar roti tawar yang kemudian ia masukkan ke mesin pemanggang. Yunji membuka pembungkus keju dan mengiris tomat, masih sambil sesekali menggerakkan spatulanya diatas dua wajan. Dua lembar roti sudah selesai di panggang. Yunji meletakkannya di sebuah piring. Aroma harum sudah tercium dari salah satu wajan, menandakan tingkat kematangan yang Yunji inginkan sudah tercapai. Yunji mematikan salah satu kompor, lalu memindahkan irisan bawang bombay serta daging asap ke roti yang dijadikan alas untuk sandwichnya. Yunji meletakkan lembaran keju setelahnya. Sosok Kyuhyun berjalan ke arah dapur ditengah kegiatan yang sedang dilakukan Yunji.

.

“Ada dua kamar di apartment ini. Tapi sepertinya kau tinggal seorang diri”, kata Kyuhyun sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.

.

“Seorang senior pernah menempati kamar itu selama satu tahun. Jarak rumahnya ke kampus sangat jauh. Butuh waktu 2 sampai 3 jam untuk sampai ke kampus dengan kereta bawah tanah. Sementara dia harus fokus dengan kuliahnya sebelum ujian akhir. Karena itu, dia menyewa kamar itu. Dia sudah lulus bulan lalu”, kata Yunji menjelaskan sambil masih meneruskan kegiatannya. “Kenapa? Kau tertarik untuk menempatinya?”

.

“Aku?!” tanya Kyuhyun dengan nada terkejut.

.

“Hhh… Kenapa kau terlihat terkejut begitu, Cho Kyuhyun? Apa yang aneh dari pertanyaanku?” tanya Yunji sambil memindahkan telur keatas isi sandwichnya yang lain.

.

“Aku seorang laki-laki, Kwon Yunji”, jawab Kyuhyun yang sudah duduk disalah satu kursi meja bar.

.

“Aku bisa melihatnya, Cho Kyuhyun. Kecuali jika yang tidak bisa ku lihat ternyata diluar akal sehatku [baca: Kyuhyun bukan laki-laki -joking]”, kata Yunji kembali bergurau. “Lalu? Dimana masalahnya?” tanya Yunji lagi.

.

“Jangan katakan… Senior yang baru saja kau bicarakan juga seorang laki-laki?” Kyuhyun balas bertanya.

.

“Hhh… Mwoya… Kesimpulan yang tidak cukup baik”, kata Yunji sambil meletakkan selada diatas telur. “Seorang perempuan……yang sangat cantik”, jawab Yunji.

.

“Lebih darimu?” tanya Kyuhyun dengan nada bergurau.

.

“Hm… Han sunbae tidak bisa dibandingkan denganku. Dia memiliki segalanya. Walaupun aku harus mengakui bahwa aku memang cantik. Terima kasih atas pujian penyemangat paginya, Cho Kyuhyun. Good sense”, kata Yunji dengan nada bergurau yang serupa.

.

“Tidak perlu berterimakasih. Itu adalah hal yang patut untuk dipuji”, kata Kyuhyun bersungguh-sungguh. “Tapi, kau juga memiliki segalanya, Kwon Yunji”.

.

Yup! Aku tahu… Semua orang melihatnya begitu”, kata Yunji yang meletakkan selembar roti untuk melengkapi sandwichnya. “Ini. Aku sudah membuatkan sandwich untukmu. Makanlah. Asupan tenaga untuk kelas pagimu”, sambung Yunji sambil memberikan piring sandwich pada Kyuhyun.

.

“Terima kasih”, kata Kyuhyun yang berdeham setelahnya. “Kau tidak makan?” tanya Kyuhyun.

.

“Aku sudah makan sepotong roti di perpustakaan”, jawab Yunji yang dibalas dengan anggukkan oleh Kyuhyun.

.

“Kwon Yunji…” kata Kyuhyun yang mengambil jeda pada ucapannya. “Kenapa kau hidup seperti ini? Pertama kau menjadi tutor, lalu bekerja paruh waktu di perpustakaan, dan sekarang kau tidak tinggal bersama orangtuamu. Kau selalu berhasil mengejutkanku. Apakah ada alasan dibalik semua itu?” tanya Kyuhyun.

.

Yunji mengangkat dua buah wajan dari atas kompor, kemudian meletakkannya di bak pencuci piring. Ia menyalakan air kran untuk mendinginkan wajan-wajan itu. Yunji membereskan sisa bahan makanan diatas meja dan memasukkannya kembali ke lemari es. “Tidak ada. Aku hanya ingin (seperti itu). Aku tidak sedang melakukan kejahatan, bukan?” Yunji menjawab pertanyaan Kyuhyun sambil memberikan pertanyaan lain padanya.

.

“Tidak. Kau hanya melakukan hal yang tidak biasa dilakukan oleh gadis dengan latar belakang sepertimu”, jawab Kyuhyun sebelum menggigit ujung sandwich dalam gigitan yang cukup besar.

.

“Itu hanya sebuah latar belakang, Cho Kyuhyun. Seperti sebuah foto, latar belakang bisa diubah sesuai dengan keinginan dan kebutuhan. Hanya saja selalu ada fakta yang tidak dipedulikan oleh setiap orang”, ujar Yunji yang berjalan menuju bak pencuci piring untuk mencuci alat masak yang baru digunakannya.

.

And you don’t [care about that]? (Dan kau tidak mempedulikannya?)” tanya Kyuhyun.

.

Never”, jawab Yunji singkat.

.

“Kau tidak takut tinggal diluar rumah seorang diri? Kau tidak mengkhawatirkan apapun?” tanya Kyuhyun lagi sebelum gigitan besar lainnya.

.

“Tidak. Selama 2 tahun terakhir, ini adalah tempat teraman dan ternyaman yang ku tahu”, jawab Yunji.

.

“Bagaimana dengan tanggapan orang-orang yang mengenalmu dan keluargamu?” Kyuhyun kembali bertanya dengan potongan sandwich yang masih berada dalam rongga mulutnya.

.

“Tidak [mengkhawatirkannya] juga. Kau mengkhawatirkannya? Maksudku, jika kau ada di posisiku sekarang”, Yunji balas bertanya pada Kyuhyun.

.

“Aku tidak tahu. Aku tinggal di San Francisco selama beberapa tahun seorang diri sebelumnya. Aku tidak perlu mengkhawatirkan tanggapan orang lain karena itu adalah hal yang wajar. Saat itu aku di luar negeri. Aku belum pernah tinggal diluar rumah saat berada di kota yang sama dengan keluargaku”, jawab Kyuhyun menjelaskan keadaannya.

.

“Tentu saja… Situasi kita adalah dua hal yang berbeda”, kata Yunji menanggapi ucapan Kyuhyun. “Kau tahu, Cho Kyuhyun? Terkadang ada kalanya kita tidak perlu mengkhawatirkan sesuatu yang tidak harus dikhawatirkan. Seperti yang ku katakan, aku sudah tinggal disini selama 2 tahun. Apa aku terlihat seperti sedang berada dalam situasi yang buruk? Tidak. Aku baik-baik saja. Mengenai tanggapan orang lain, biarkan saja. Setiap orang memiliki kebebasan untuk itu. Biarkan mereka [keluarga Kwon] mengurus reputasi mereka dimata orang lain. Mereka lebih dari mampu untuk mengendalikan hal itu”, kata Yunji menjelaskan.

.

Kyuhyun menghentikan kegiatan sarapannya, kemudian menatap Yunji yang sedang menenggak segelas air dihadapannya. Ada senyum diwajah Yunji setelahnya. Namun mata Yunji jelas mengatakan hal yang berbeda. Ada luka, kesedihan dan penolakan disana. Kyuhyun sudah menyadari hal itu sebelumnya. Dibalik sikap Yunji yang terlihat tenang, ceria dan baik-baik saja di hadapan semua orang, ada hal yang sedang ia sembunyikan. Dan untuk pertama kalinya, ada seseorang yang menyadari hal itu. Begitupun dengan Yunji yang juga menyadari arti dibalik tatapan Kyuhyun padanya. Kyuhyun pun mengalihkan pandangan dengan cepat setelahnya, memutus keheningan diantara mereka. Ia berdeham sebelum kembali fokus pada sandwichnya yang hanya tinggal seperempat bagian saja. Kyuhyun tidak segera menyantap potongan terakhir sandwich di piringnya. Ia hanya menatapnya sambil berpikir. Kyuhyun kembali mengangkat wajahnya, membuat tatapannya bertemu pada Yunji yang masih menatapnya.

.

“Apakah aku benar-benar bisa menyewa kamar itu?” tanya Kyuhyun setelahnya, mencoba mengalihkan pembicaraan.

.

Yunji berdesis mendengar pertanyaan tiba-tiba Kyuhyun. Ia memutus tatapan mereka. “Aku rasa kau benar-benar kurang tidur, Cho Kyuhyun. Pikiranmu sedang tidak berjalan dengan baik”, jawab Yunji setelahnya.

.

Hey! Tadi kau yang menawariku…” protes Kyuhyun dengan sebuah tawa kecil yang menyertai ucapannya, berusaha meringankan situasi diantara mereka.

.

“Kau tidak lolos proses wawancara, Mr. San Francisco”, kata Yunji yang kembali menatap Kyuhyun sambil tersenyum jenaka.

.

“Kenapa? Apa alasannya?” tanya Kyuhyun sebelum memasukkan potongan terakhir sandwich ke mulutnya.

.

Yunji mengangkat bahunya cepat. “Kau mampu membuat emosi dalam diriku berubah dari satu emosi ke emosi lainnya dengan sangat cepat. Aku tidak terbiasa dengan hal seperti itu. Akan membuat mual karena terlalu cepat”, jawab Yunji dengan nada bersungguh-sungguh dalam suaranya. Kali ini ekspresi serius terlihat diwajahnya.

.

“Apa rasanya begitu buruk?” tanya Kyuhyun.

.

“Entahlah… Aku juga masih mencari jawaban atas pertanyaan itu dalam pikiranku”, jawab Yunji.

.

“Aku pikir itu bukan hal yang buruk. Kadang seorang pengubah emosi dibutuhkan untuk tetap hidup, Kwon Yunji”, ujar Kyuhyun.

.

Yunji menghela napas sepelan yang ia bisa. Namun Kyuhyun tetap bisa mendengar helaan napas berat itu. “Aku merasakan hal yang aneh. Seolah kau bisa membacaku”, kata Yunji.

.

“Jika memang begitu, aku akan menyimpan apapun yang ku baca untuk diriku sendiri”, kata Kyuhyun meyakinkan Yunji.

.

Yunji berdesis setelahnya. Sebuah senyuman kembali menghiasi wajahnya yang sempat menjadi muram. Deretan gigi rapi memperindah senyuman diwajah Yunji. Ia segera meraih ponselnya, lalu menyentuhkan jari-jari panjangnya ke layar ponsel. Sesaat setelahnya, ponsel Kyuhyun berbunyi. Kyuhyun pun mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Keningnya berkerut melihat nama pengirim dari pesan yang diterimanya melalui aplikasi chatting. Tertulis nama Yunji disana. Kyuhyun sontak kembali menatap Yunji, menanyakan maksud pesan yang dikirim Yunji dengan kernyitan di keningnya. Yunji yang masih tersenyum, menaikkan kedua alisnya, seolah menyuruh Kyuhyun langsung membuka pesan di ponselnya saja tanpa perlu bertanya lagi. Kyuhyun membuka pesan itu. Ia melihat deretan angka dalam pesan yang dikirim oleh Yunji yang Kyuhyun yakini adalah kombinasi password.

.

Password……”

.

“Apartment ini”, sambung Yunji dengan cepat.

.

“Kenapa kau memberikannya padaku?” tanya Kyuhyun.

.

“Hanya untuk berjaga-jaga jika kau benar-benar membutuhkan tempat tinggal yang lebih dekat dari kampus. Kau tahu, aku tidak sejahat itu”, jawab Yunji dengan santai.

.

“Kau berubah pikiran dengan sangat cepat”, ujar Kyuhyun.

.

“Bukan masalah jika untuk hal yang baik, bukan?” kini giliran Yunji yang bertanya.

.

“Tentu. Ah, aku yang akan mengurus ini”, jawab Kyuhyun sambil menunjuk piring dihadapannya.

.

“Baiklah. Well, kau sudah sarapan. Kau masih memiliki waktu kira-kira setengah jam untuk membiarkan sarapanmu masuk ke dalam perut sebelum berangkat ke kampus”, kata Yunji.

.

“Kelasku ditunda sampai jam 1 siang”, kata Kyuhyun dengan cepat.

.

“Oh? Hhh… Kalau begitu kau bisa kembali tidur, Cho Kyuhyun”, kata Yunji yang tertawa kecil setelahnya. “Aku akan mandi. Jika ada telepon dari siapapun kecuali dari semua orang yang bermarga Kwon, angkat saja”, sambung Yunji.

.

Copy that!” kata Kyuhyun menyanggupi pesan yang diberikan Yunji.

.

Yunji melangkah meninggalkan dapur untuk bergegas mandi sambil tertawa kecil. Pandangan Kyuhyun mengikuti sosok Yunji yang menghilang dibalik tembok. Kyuhyun beranjak dari kursinya, membawa serta piring sandwich ke bak pencuci piring. Tidak butuh waktu lama untuk mencuci sebuah piring. Namun setelahnya Kyuhyun juga membersihkan setiap sisi bak pencuci piring itu. Ponsel Yunji berbunyi ditengah kegiatan yang sedang dilakukan oleh Kyuhyun. Ia pun menghentikan kegiatannya dan berbalik menuju tempat ponsel Yunji diletakkan. Hanya ada deretan nomor tanpa nama di layar ponsel Yunji. Kyuhyun sempat ragu untuk mengangkatnya, namun ia sudah berjanji akan melakukan seperti pesan yang Yunji berikan padanya. Kyuhyun pun meraih ponsel Yunji, lalu menyentuh panel hijau dilayar.

.

Yunji-ya, kau dimana?” tanya suara berat di seberang telepon tanpa sapaan sebelumnya.

.

“Yoboseyo?” sapa Kyuhyun.

.

Siapa kau?” tanya laki-laki itu lagi.

.

“Ah, ne… Cho Kyuhyun ibnida. Yunji se……” jawab Kyuhyun dengan canggung.

.

Kenapa ponsel Yunji ada bersamamu? Dimana dia?” Laki-laki itu memotong ucapan Kyuhyun, kembali memberikan pertanyaan dengan nada memburu.

.

“Ne? Ah… Yunji sedang mandi, aku rasa. Bisakah aku mengetahui dengan siapa aku bicara saat ini?” tanya Kyuhyun kali ini.

.

Lee Donghae”, jawab laki-laki itu.

.

.

.

.

TBC

.

Note:

Annyeonghaseyo, readersnim!

Bagaimana kabar kalian? Semoga baik-baik saja. Aku kembali harus meminta maaf pada kalian atas lamanya update di blog ku. Proses penulisan part ini sedang tidak berjalan mulus seperti biasanya. Aku kehilangan ideku begitu saja. Banyak hal juga yang jadi penghalang akhir-akhir ini. Karena itu, sekali lagi aku minta maaf.

Aku sudah membaca comment yang kalian berikan di part perdana lalu. Aku sangat berterimakasih pada kalian yang masih bersemangat menunggu FF karyaku, dan selalu bersedia meluangkan waktu untuk comment. Gamsahabnida! Hm… Aku juga tertarik dengan beberapa comment yang ternyata bisa menangkap beberapa perbedaan dalam FF ini. Yup! Beberapa diantara kalian menebak dengan tepat, readersnim! Sikap Kyuhyun dalam FF ini sangat berbeda dari FF-ku lainnya. Karakter Kyuhyun dalam FF ini memang masih terkesan diam dan dingin, tapi Kyuhyun juga sabar, tenang, dan cukup normal. Tidak ada keangkuhan, sikap mengintimidasi, serta sifat keras lainnya. Seperti yang aku katakan diawal pada kalian, aku sedang berusaha membuat FF ini setenang mungkin, senatural mungkin. Semoga saja aku berhasil.

Jadi, bagaimana dengan kisah yang disajikan dalam part kedua ini? Apakah masih cukup menarik untuk diikuti kelanjutannya? Hm… Tokoh Minho dan dua sahabat Yunji sudah muncul di part ini. Kira-kira siapa lagi yang akan muncul di part selanjutnya? Apakah Kyuhyun benar-benar akan tinggal di apartment Yunji setelah ini? Adakah diantara kalian yang mulai bertanya-tanya, “jadi, thor, dimana masalahnya?” Sabar… Cerita masih berlanjut. Masalahnya akan muncul nanti. Kita ikuti alurnya bersama saja terlebih dahulu. Tunggu kelanjutannya di part selanjutnya. Kana pamit! Annyeonghigaseyo…

15 thoughts on “It supposed to be me : Part 2

  1. ohh… jdii yunji punya masalah dgn keluarganyaa….
    maslaah apaa yaa???
    oh yaa apa ff inii akan menjadii kisah dgn part yg panjang??? melihat dr konflik yg blm muncul ampe skrng… hehe…
    oh yaa hubungannya donghae itu apaa sii??? koqq sok banget ….
    kyk yunji itu miliknya ajahh

    Like

  2. Makin suka! Sosok Yunji misterius banget disini. Kyuhyun selalu nyebut latar belakang dan itu bikin aku berpikiran klo yunji tuh sebenernya anak orang kaya.
    Serius penasaran bgt sama yunji yg sebenernya. Apa kyuhyun suka sama yunji? Kok kayaknya pas yunji deket2 sama cowo lain kyuhyun cemburu gitu? Trs nanya2 soal pacar segala kkkkkk
    Ditunggu ya kelanjutannya^^

    Like

  3. Suka beeud sama alurnya ni thor…. banyak pertanyaan yang masih bersarang di otak aku…. kenapa yunji kaya memisahkan diri dari ortunya? Menurut penggambaran yang aku tangkep itu… yunji orangnya berada… tapi dia itu sederhana…

    Ehh btw kalo gasalah tadi ada typo yaa… hyesoo tiba-tiba kesebut…. *maaf kalo aku mata aku salah liat..

    Like

  4. Mudah mudahan ceritanya mengalir dengan tenang dan konfliknya ringan. Masih penasaran kenapa Kwon yunji menolak semua panggilan dari semua orang yang bermarga Kwon? Yunji dan kyu temen dari smp tapi mereka terpisah karena kyu keluar negeri. Penasaran apakah yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan keluarga yunji

    Like

  5. Ceritanya benar2 membuat penasaran, krn d lihat dr sikap yunji k kyu spt sdh pernah kenal. Wahhh kyu spt bakalan cemburu nihh krn donghae telpon. Next dtunggu cinggu

    Like

  6. Iyaa tentu saja masih diikuti,bukankah masih banyak hal yang abu abu,yunji gimana bisa menunjukan dua karakter seperti itu bersikap tenang tanpa beban saat berada di kampusnya,oh ya karakter kyuhyun yang santai dan cepat tanggap(dalam mengamati perbedaan pada diri yunji) juga suka.
    Masih curious tentang yunji,
    siapa, ada apa,kenapa??m sebenarnya alasannya.
    Dan tentunya yg ditunggu adalah kelanjutan hubungan antara kyuhyun dan yunji karena sepertinya sangat mudah yunji begitu peduli dgn kyuhyun,dia menyelemuti kyuhyun saat tidur,mengajak ke apartemennya,bahkan semudah itu memberi pw apartementnya,apa itu emang sifat yunji yang aslinya memang baik sama semua orang,ataukah ada alasan yang lain.

    Like

  7. ff kakak kalo gaada rahasia-rahasiaannya rasanya kaya ga afdol ya, dan hampir di setiap ff kakak pasti ada sesuatunya yg bikin penasaran bgt kira2 apa yg disembunyiin mereka

    Like

  8. Suka kl dicerita byk adegan cast utamanya apa lagi mereka datar” saja dua karakter yg mkin bertentangan yunji sangat supel tp mampu menyembunyikan segala masalah dan kesedihan nya mampukah kyuhyun membuat yunji terbuka dan mengatakan masalahnya nanti

    Like

  9. Alur yang tenang, tapi penuh misteri. Pembawaan tenang dari Yunji bisa nular waktu bacanya dan seolah olah ga terjadi apa”. tapi bawaan Kyuhyun yg bisa baca keadaan Yunji ngebangun sisi misterius di dalam Yunji. Apa yg yunji sembunyiin? Lalu apa yg kyuhyun lupain? Jadi disini Yunji juga dari kalangan yg berlatar belakang good loking. lalu apa yg mendasari sikap yunji seolah olah menghindari keluarga KWON?

    Like

  10. Bener2 tenang bnget alurnya…
    Waaupun masaah sudah mulai muncul walau tipis hampir tak terlihat…cm dri yg aku tngkep d sini … seolah beban yunji tu agak berat dn tentang keluarga pula…
    Smoga aja kyu fix nempatin rumah yunji … cz dibalik sikap yunji yg ceria tersimpan kesedihan dn aku pingin kyu slalu bisa buat yunji tenang dn aman….

    Kana lama tak bersua….
    Semangat terus lanjutinnya
    FIGHtING …. chaYO….. 🙂

    Like

  11. Pingback: Your Library | FanWorld FanFiction

Leave a comment