Reaching Out to You – part 2

Author: Okada Kana

Category: PG-18, Romance, Chapter

Cast:

Cho Kyuhyun as himself

Park Hana (OC)

Kim Mingyu (SVT) as Cho Mingyu

Jeong Jaehyun (NCT) as Cho Jaehyun

Song Yiseul (OC)

Kang Seulgi as herself

Disclaimer:

Annyeonghaseyo!!!

Kana kembali dengan part kedua “Reaching Out to You”.

FF ini aku buat murni dari ide-ideku. Beberapa nama lokasi, tempat, gedung, dan segala hal dalam FF ini berdasarkan fantasi atau khayalan semata. Jika ada kesamaan nama, tempat, lokasi, gedung, kejadian dalam FF ini, maka aku minta maaf yang sebesar-besarnya atas ketidaksengajaan itu. Aku juga meminta maaf sebelumnya untuk semua typo yang mungkin akan kalian temukan dalam FF ini. Please, no bash, spam, mengejek, mengolok, dan menggunakan kata-kata yang tidak sepantasnya pada siapapun. Mari saling menghargai satu sama lain. Akhir kata, selamat membaca!!!

.

 

 

.

.

Review part 1

“Kenapa harus seperti itu? Tradisi seperti itu seharusnya sudah tidak dijalankan di jaman seperti ini, bibi.”

 “Sejak dulu pun aku sudah berpikir tradisi itu sangat bodoh, Cho Kyuhyun. Tapi, apa yang bisa kau lakukan? Kau adalah anak dari keluarga ini. Menjalankan tradisi keluarga ini sudah menjadi kewajibanmu sesaat setelah kau dilahirkan.”

——————————

“Aku sempat mendengar eomeoni menyebut Jewel inc., Paddleton Group, Gakkai Shin Group, Kkotnip and co., dan Savannah Group. Sayangnya aku tidak mendengar nama anak-anak pemilik perusahaan itu.”

“Apa bibi mengenal perusahaan yang disebutkan Jaehyun barusan?”

“Bagaimana pendapatmu tentang kedua perusahaan yang kau sebutkan barusan, Kyuhyun-ah?”

“Kudengar Savannah Group memiliki bisnis gelap yang sudah mereka sembunyikan selama satu dekade. Aku tidak akan mengambil resiko. Sementara Gakkai Shin tidak bergerak dibidang yang kusukai. Aku tidak tertarik.”

“Kudengar eomeoni juga sedang mencarikan pasangan untuk Mingyu hyung.”

——————————

“Aku tahu kau tidak menginginkan perusahaan, Kyuhyun-ah. Tapi, bagaimana dengan adikmu? Apa kau mau Jaehyun kehilangan haknya juga? Well, bahkan aku tahu kalau Jaehyun juga tidak menginginkan perusahaan. Tapi, kau tahu ‘kan, jika perusahaan ini jatuh ke tangan Mingyu, maka bukan hanya kendali perusahaan saja yang bisa dipegangnya.”

“Lalu, apa yang harus aku lakukan?”

“Pertama, aku tidak peduli dengan anak-anak dari perusahaan yang disebutkan Jaehyun tadi. Yang kutahu, perusahaan mereka tidak menguntungkan.”

——————————

“Coba berpikir lebih keras, Kyuhyun-ah. Aku ingin mendengarnya langsung darimu.”

“Kebebasan? Apa itu yang bibi bicarakan?”

“Aku mengenal seorang teman yang memiliki seorang puteri. Usianya beberapa tahun lebih muda darimu. Kurasa gadis itu bisa memberikan kebebasan padamu.”

“Lalu bagaimana dengan perusahaan?”

“Kau bisa mendapatkan keduanya, perusahaan dan kebebasanmu.”

——————————

.

.

.

Reaching Out to You

Part 2

.

.

.

Seorang Cho Minjung tidak pernah bermain-main dengan ucapannya, apalagi dengan keputusan yang dibuatnya. Sesaat setelah mengenal anak perempuan seorang temannya yang baru saja kembali ke Seoul, Cho Minjung sangat yakin pada pilihannya. Dia pun yakin bahwa suatu saat nanti gadis itu akan menjadi pembawa kebahagiaan bagi keponakannya, Cho Kyuhyun. Bahkan jika dia diperbolehkan untuk berharap lebih, dia ingin gadis itu memunculkan cinta dalam diri Cho Kyuhyun. Maka tanpa berpikir dua kali, Cho Minjung pun meminang gadis itu. Harapannya terwujud saat mengetahui bahwa gadis itu menyetujui pinangannya. Pernikahan pun dilaksanakan setelahnya.

.

.

.

.

.

Author’s POV

.

Kediaman keluarga Cho selalu terlihat sibuk di minggu keempat setiap bulan April. Begitupun minggu ini. Persiapan untuk acara amal musim semi yang selalu diadakan di rumah itu selama beberapa tahun terakhir sudah terjadi sejak hari senin yang lalu. Dekorasi taman depan sudah selesai setengahnya. Halaman belakang yang akan dijadikan lokasi pesta sudah diisi dengan beberapa meja yang akan digunakan. Pembuatan panggung berukuran sedang pun sudah mulai dilakukan. Beberapa staf yang berlalu lalang juga terlihat hampir di setiap sudut rumah.

.

Beberapa meter dari gerbang masuk kediaman keluarga Cho, Song Yiseul dan Kang Seulgi hanya terdiam memandang kesibukan di hadapan mereka. Senyum kecil tergambar di wajah Yiseul, sementara Seulgi justru menatap heran keramaian itu. Beberapa menit yang lalu staf keamanan yang meminta mereka berdua untuk menunggu sebentar disana sementara dia memanggil kepala pengurus rumah tangga di rumah itu. Sejak pertemuan keduanya pertama kali beberapa saat yang lalu, baru nama dan usia satu sama lain yang mereka bicarakan. Yiseul sangat ingin menanyakan tempat asal Seulgi dan perusahaan milik keluarganya, namun dia menahannya rapat-rapat dalam pikirannya. Mereka masih memiliki kesempatan yang banyak untuk mengobrol, pikirnya.

.

Tidak lama kemudian, seorang wanita paruh baya keluar dari pintu samping rumah. Dia mengenakan kemeja pink dan rok selutut berwarna hitam. Rambutnya yang sudah mulai beruban diikat rapi ke belakang, memperlihatkan wajah sumringah yang keibuan. Wanita itu berjalan menghampiri Yiseul dan Seulgi. Senyum ramahnya menyambut kedua tamu yang baru pertama kali datang ke rumah itu.

.

“Selamat siang, Nona Song Yiseul dan Nona Kang Seulgi. Selamat datang di kediaman keluarga Cho. Bagaimana perjalanan anda berdua?” sapa Min Sunhee dengan ramah.

.

“Sangat baik, terima kasih,” jawab Yiseul.

.

“Perjalananku sangat melelahkan. Tapi semua terbayar saat melihat taman yang indah ini, ahjumma,” jawab Seulgi yang langsung membekap mulutnya. “Maafkan aku. Aku tidak tahu harus memanggil anda apa. Bolehkah aku memanggil anda ahjumma?” tanya Seulgi setelahnya.

.

“Tentu saja, nona. Hampir semua orang yang berada disini memanggilku ahjumma,” jawabnya masih dengan keramahan khasnya.

.

“Apakah kami datang terlalu awal? Kulihat sedang ada kesibukan disini,” kata Yiseul mengubah topik pembicaraannya.

.

“Tidak, nona. Anda datang tepat waktu. Hanya saja, nyonya besar akan sedikit terlambat. Beliau masih dalam perjalanan dari Tokyo. Tapi nona tidak perlu khawatir. Kami sudah diberi instruksi untuk mempersilahkan nona beristirahat di kamar yang sudah kami sediakan. Atau jika nona mau, saya bisa mengantar nona berkeliling,” kata Min Sunhee ahjumma menjelaskan.

.

Excellent. Terima kasih banyak, ahjumma,” balas Yiseul.

.

“Oh, kalian sudah datang?” tanya Kyuhyun yang keluar dari pintu utama rumah itu, lalu menghampiri mereka.

.

“Tuan muda,” sapa Min ahjumma.

.

“Ahjumma, kenapa ahjumma berada di luar? Tadi aku sudah memintamu untuk beristirahat. Ahjuma sudah sibuk dari kemarin. Kasihan punggung ahjumma itu,” protes Kyuhyun.

.

“Eiii aku baik-baik saja, Tuan muda. Anda tidak perlu khawatir,” balas Min ahjumma.

.

“Oho! Kenapa panggilan itu terdengar lagi? Presdir dan istrinya tidak ada disini. Panggil aku seperti biasanya saja,” ujar Kyuhyun.

.

“Anda sedang kedatangan tamu, Tuan muda. Tentu saya harus menggunakan panggilan itu,” jawabnya.

.

“Mereka berdua akan menjadi keluarga nantinya. Tidak apa-apa, ahjumma,” kata Kyuhyun meyakinkan.

.

Sudut bibir Yiseul pun tertarik, membentuk sebuah senyuman. Kata ‘keluarga’ yang Kyuhyun gunakan membuat jantungnya berdebar. Meski bisa menyembunyikan debaran kencang di dadanya, Yiseul tidak bisa menyembunyikan senyumannya. Beruntung Kyuhyun tidak sedang menatapnya. Karena wajah Yiseul bisa berubah memerah jika Kyuhyun mengetahuinya.

.

“Selamat datang di rumah kami. Aku Cho Kyuhyun, anak tertua di rumah ini,” kata Kyuhyun memperkenalkan diri dengan senyum ramah di wajahnya.

.

“Namaku Kang Seulgi. Aku baru saja tiba dari Busan,” kata Seulgi sesaat setelahnya, membuat Yiseul kehilangan timingnya untuk bicara setelah Kyuhyun.

.

“Ah, benarkah? Bagaimana perjalananmu? Pasti melelahkan, ya?” tanya Kyuhyun.

.

“Benar… Tapi hanya sedikit. Setelah melihat taman yang indah ini, lelahku sedikit berkurang,” jawab Seulgi.

.

“Syukurlah mereka membuatnya dengan indah. Jika tidak, rasa lelahmu akan semakin parah,” balas Kyuhyun yang lantas tertawa bersama Seulgi. Yiseul yang tidak begitu senang dengan keadaan itu hanya bisa tersenyum tipis di hadapan mereka. “Dan, kau, Song Yiseul. Apa kau menyukai tamannya?” sambung Kyuhyun yang kini bicara pada Yiseul.

.

“Omo! Kalian saling mengenal?” tanya Seulgi setelahnya, kembali menyerobot giliran Yiseul untuk bicara.

.

“Kami pergi ke sekolah yang sama saat SMA,” jawab Kyuhyun.

.

“Hanya saat SMA? Keterlaluan sekali… Aku juga pergi ke sekolah yang sama denganmu saat SMP, sunbae,” sanggah Yiseul.

.

“Oh, ya? Ah… maafkan aku. Ingatanku mulai memudar semakin bertambahnya usiaku,” balas Kyuhyun.

.

It’s okay. Setidaknya kau mengingatku,” kata Yiseul. “By the way, bagaimana persiapan pestanya? Apakah ada yang bisa aku bantu?” tanya Yiseul setelahnya.

.

Oh no no… Aku tidak akan membiarkan seorang tamu untuk melakukan pekerjaan apapun,” kata Kyuhyun.

.

“Tapi tadi kau yang mengatakannya sendiri bahwa kami akan menjadi keluarga ini juga,” balas Yiseul.

.

Jantungnya semakin berdebar saat kata itu dia ucapkan sendiri dengan bibirnya. Yiseul tidak pernah menyangka kata sederhana itu bisa membuatnya berdebar seperti saat menunggu pengumuman kelulusannya dari FIT. Penyebabnya entah karena makna dan pencapaian yang akan didapatnya setelah menjadi bagian dari keluarga itu, atau justru karena orang yang berdiri di hadapannya. Hampir tujuh tahun dia tidak bertemu dengan kakak kelas yang sejak dulu dikaguminya itu. Sudah bertahun-tahun berlalu pun tetap tidak ada yang berubah dari seorang Cho Kyuhyun. Dia tetap tenang, tampan, dan berkarisma seperti yang diingat Yiseul. Yang membedakannya hanyalah keramahan yang Kyuhyun berikan. Mungkin itu disebabkan oleh kalimat sederhana yang beberapa saat lalu diucapkan oleh Kyuhyun. Bahwa, mereka akan menjadi satu keluarga.

.

“Ah… Sayangnya kau melupakan satu kata di belakang kalimatmu itu, Yiseul-ah. Aku bilang ‘nanti’. Kau masih berstatus tamu saat ini. Jadi, kau tidak boleh turun tangan mempersiapkan semua ini. Kau hanya perlu menikmatinya, seperti Seulgi yang terhibur dengan taman ini,” kata Kyuhyun.

.

“Tuan muda, apakah tidak sebaiknya nona-nona cantik ini dipersilahkan masuk atau setidaknya duduk di taman?” tanya Min ahjumma setelahnya.

.

“Benar. Tidak sopan sekali aku ini. Mari, kita duduk di taman saja. Keadaan di dalam rumah sangat berantakan. Lebih baik kalian tidak melihatnya sebelum dibereskan,” ajak Kyuhyun.

.

Seulgi pun mengangguk. “Terima kasih……”

.

Nada bicara Seulgi menarik perhatian Kyuhyun. “Pertama, aku harus meminta maaf. Aku sudah melihat data diri kalian sebelumnya. Dan, tentu aku tahu usiamu, Kang Seulgi. Jadi, kau boleh memanggilku ‘oppa’ atau Kyuhyun-ssi jika itu membuatmu lebih nyaman.”

.

“Baiklah. Terima kasih, Kyuhyun oppa,” balas Seulgi.

.

Yiseul tentu tidak menyukai itu. Keakraban antara Kyuhyun dan Seulgi terjadi begitu cepat. Kyuhyun yang ada di ingatan Yiseul tidak pernah semudah itu menjadi akrab dengan orang lain. Tentu saja Yiseul tahu Kyuhyun pasti sudah banyak berubah. Tapi, tetap saja Yiseul tidak menyukainya. Bahkan Yiseul yang sudah mengenal Kyuhyun hampir tiga belas tahun lamanya saja tidak memanggilnya dengan sebutan oppa.

.

“Ahjumma, bisa tolong minta Sohee nuna membuatkan teh untuk tamu-tamu kehormatan ini? Dan, bisakah sekali lagi aku minta ahjumma untuk beristirahat?” pinta Kyuhyun.

.

“Baiklah, Tuan muda. Aku akan panggilkan Jin Sohee dan aku akan beristirahat,” jawab Min ahjumma sambil tersenyum.

.

“Dan berhenti memanggilku Tuan muda, ahjumma. Aku tidak menyukainya,” protes Kyuhyun.

.

“Aku mengerti… Aku mengerti…” balas Min ahjumma sebelum kembali ke dalam rumah.

.

“Silahkah duduk,” kata Kyuhyun pada Seulgi dan Yiseul.

.

“Bolehkah aku menanyakan akan ada acara apa disini, sehingga harus melakukan persiapan seperti ini?” tanya Seulgi yang duduk di hadapan Kyuhyun.

.

“Acara amal musim semi. Acara ini sudah diadakan selama bertahun-tahun oleh keluarga kami. Biasanya hanya akan ada di musim semi dan musim gugur,” jawab Kyuhyun.

.

“Oh, begitu… Menyenangkan sekali. Dekorasinya sangat indah,” kata Seulgi.

.

“Tunggu sampai kau melihat halaman belakang tempat berlangsungnya acara itu, Kang Seulgi,” sambung Yiseul. “Aku pernah datang beberapa kali selama sunbae berada di London. Dekorasinya tidak pernah jauh dari sempurna. Sangat indah.”

.

“Benarkah? Aku jadi ingin melihatnya juga,” kata Seulgi.

.

“Kau akan melihatnya, Kang Seulgi. Bukankah kau akan berada disini sampai minggu depan?” tanya Kyuhyun.

.

“Benar. Itu yang kudengar dari ibuku,” jawab Seulgi.

.

“Kalau begitu, kau benar-benar akan melihatnya. Acaranya akan diadakan akhir pekan ini. Karena itu, semua orang semakin bergegas melakukan persiapannya,” ujar Kyuhyun.

.

“Tapi, maaf jika aku lancang, kemana semua orang, sunbae? Aku tidak melihat siapapun sejak tadi,” tanya Yiseul.

.

“Ah… Presdir dan istrinya sedang berada di luar negeri. Kalau tidak salah ahjumma sudah memberitahumu keberadaan nyonya Presdir. Sementara abeoji sedang berada di Dubai. Halmeoni sedang mengikuti kelas waltz rutinnya. Mingyu dan Jaehyun akan tiba di rumah nanti sore. Mereka sedang sangat sibuk akhir-akhir ini,” jawab Kyuhyun menjelaskan. “Kenapa? Apa kau kecewa hanya ada aku disini?” tanya Kyuhyun bercanda.

.

“Tentu tidak. Aku sangat senang bertemu dengan sunbae. Sudah lama sekali kita tidak bertemu,” kata Yiseul.

.

Tiba-tiba saja Seulgi bangkit berdiri, lalu menunduk untuk memberikan salam. Yiseul yang duduk di sebelah kirinya baru menyadari itu saat melihat Seulgi. Yiseul pun ikut berdiri, lalu berbalik untuk melihat siapa orang yang disapa oleh Seulgi barusan.

.

“Annyeonghaseyo. Maaf aku baru menyapa kalian. Banyak sekali yang harus dilakukan di dalam. Aku baru bisa keluar setelah memastikan kamar kalian berdua selesai disiapkan,” sapa perempuan yang baru saja datang itu.

.

Tubuh tinggi dan berisinya sangat proporsional. Rambut hitam pekatnya yang panjang diikat ponytail. Matanya yang besar membuat lawan bicaranya tidak mudah teralihkan darinya. Senyum ramah pun terbingkai di bibirnya, menambah kehangatan yang dibawanya. Dia tidak gemuk, tapi tidak kurus. Lekukan tubuhnya terlihat bahkan dalam balutan blouse biru muda longgar yang dikenakannya. Jeans putih melekat di kakinya yang jenjang. Sneakers yang dikenakannya membuat Yiseul dan Seulgi ragu akan status perempuan itu di rumah keluarga Cho. Karena keduanya terbiasa dengan peraturan mengenakan high heels di rumah mereka.

.

Di belakangnya, Jin Sohee, seorang asisten rumah tangga lain datang membawa minuman yang dipesan Kyuhyun beberapa saat yang lalu. Jin Sohee menyapa perempuan itu dan Kyuhyun yang membalas sapaannya dengan senyum ramah. Setelah meletakkan dua cangkir teh di meja dan mempersilahkan para tamu untuk minum, Jin Sohee kembali ke dalam rumah.

.

“Annyeonghaseyo,” sapa Seulgi akhirnya.

.

“Annyeonghaseyo. Senang bertemu denganmu,” Yiseul mengikuti setelahnya.

.

“Aku juga senang bertemu dengan kalian. Silahkan duduk. Kalian pasti lelah setelah perjalanan kesini,” kata perempuan itu mempersilahkan.

.

“Maaf jika aku lancang. Tapi, anda sangat cantik. Aku tidak bisa menahannya,” kata Seulgi.

.

“Terima kasih. Kau pun sangat cantik,” balasnya.

.

“Kalau tidak cantik, kurasa kami tidak bisa masuk ke rumah ini,” sambung Yiseul bercanda.

.

“Ah, kau benar. Aku baru menyadarinya,” balas perempuan itu yang kemudian ikut tertawa bersama Yiseul.

.

“Bagaimana persiapan winenya?” tanya Kyuhyun.

.

“Masih ada beberapa jenis yang belum datang. Menurut Jung Daeman ahjussi, mereka baru akan datang besok atau lusa. Menurutmu, akan baik-baik saja ‘kan? Gomo tidak akan marah padanya atau sejenisnya ‘kan?” tanya perempuan itu.

.

“Tentu tidak. Itu bukan kesalahan Jung ahjussi. Kalaupun itu sampai terjadi, aku yang akan menghadapinya,” jawab Kyuhyun.

.

“Baiklah… Kalau begitu tidak ada yang perlu aku khawatirkan,” balasnya.

.

“Jadi kau mengkhawatirkan itu sampai ada kerutan di keningmu?” tanya Kyuhyun yang dibalas dengan anggukan pelan oleh perempuan yang berdiri di sampingnya itu.

.

Dalam diam Yiseul dan Seulgi mengamati perbincangan keduanya. Yiseul menduga, perempuan di hadapannya itu adalah salah seorang anggota keluarga Cho, yang tentu saja baru pertama kali dilihatnya. Dari caranya bicara dengan Kyuhyun, keduanya tampak cukup dekat. Tidak ada gerakan atau kontak fisik berarti yang mereka lakukan. Dan melihat dari pakaian yang dikenakan perempuan itu, Yiseul menduga dia bahkan tidak tinggal di rumah itu bersama Kyuhyun. Karena Yiseul jarang sekali melihat anak dari keluarga kaya sekelas keluarga Cho mengenakan pakaian yang begitu sederhana meski berada di dalam rumah. Disaat yang sama pun Yiseul merasa sedikit memiliki jaminan dan ketenangan akan posisinya yang mungkin tidak akan terenggut darinya. Hanya ada satu pertanyaan dalam benak Yiseul, jika benar perempuan ini adalah anggota keluarga Cho, kenapa dia tidak pernah melihatnya di acara-acara amal sebelumnya?

.

Sementara Seulgi memiliki teori yang lain. Sebagai seseorang yang tidak mengenal baik dan tidak menaruh perhatian lebih pada kehidupan keluarga terpandang di Seoul, Seulgi tidak tahu menahu tentang keluarga Cho. Dugaan Seulgi sangat sederhana. Menurutnya, perempuan cantik itu adalah adik perempuan atau sepupu dekat Cho Kyuhyun. Meski dari cara bicara mereka tidak terkesan begitu dekat, tapi Seulgi bisa merasakan kedekatan keduanya dari Bahasa tubuh mereka. Kyuhyun yang mencondongkan tubuhnya mendekat pada perempuan itu saat bicara padanya, sampai nada bicaranya yang berubah lebih lembut. Keduanya tidak saling bersentuhan, tapi entah mengapa Seulgi bisa merasakan dekapan erat keduanya di udara.

.

“Nona muda, ini tumbler yang anda minta,” Jin Sohee kembali dengan tumbler berwarna hitam di tangannya.

.

“Terima kasih, eonni,” balasnya sambil menerima tumbler itu.

.

“Apa itu?” tanya Kyuhyun.

.

“Milikmu. Tadi pagi kau lupa membawanya ke kantor. Aku menyimpannya di lemari es,” jawabnya sambil menyerahkan tumbler hitam itu pada Kyuhyun.

.

“Ah… terima kasih,” kata Kyuhyun menerimanya.

.

Tapi, Kyuhyun tidak lantas meminumnya. Dia meletakkan tumbler itu di meja setelahnya. Sebuah panggilan baru saja masuk ke ponsel yang ada di saku celananya. Kyuhyun langsung mengeluarkan ponselnya dari saku celana, lalu melihat nama yang tertera pada layar. Keningnya sedikit berkerut setelahnya.

.

Office. Aku harus menerimanya,” kata Kyuhyun, entah pada siapa.

.

“Terima saja. Aku yang akan menemani Song Yiseul-ssi dan Kang Seulgi-ssi,” balas perempuan itu pada Kyuhyun.

.

Kyuhyun pun langsung berlalu menuju ke dalam rumah untuk mengangkat panggilan yang masuk ke ponselnya. Hari itu, Kyuhyun memang sengaja sudah kembali ke rumah siang hari. Selain karena mengabulkan sebuah permintaan, Kyuhyun juga harus bertemu dengan beberapa vendor yang mengurus persiapan acara amal itu. Kyuhyun memang tidak pernah melewatkan untuk mengambil bagian dalam persiapan acara itu. Baginya, ikut turun tangan dalam menyiapkan segala hal memberikan kepuasan tersendiri padanya.

.

“Maaf, aku juga ikut melihat data diri kalian bersama Cho Kyuhyun,” kata perempuan itu mengalihkan pandangan Yiseul dari punggung Kyuhyun yang menghilang dari balik pintu utama.

.

“Tidak apa-apa. Aku tidak keberatan akan hal itu,” jawab Seulgi.

.

“Syukurlah…” jawabnya lega. “Hmm… Bagaimana kalau aku mengantar kalian berkeliling? Kita bisa berjalan lewat taman untuk ke halaman belakang. Sekaligus nanti akan aku antarkan kalian ke kamar yang sudah kami siapkan,” sambungnya.

.

“Baiklah. Please lead the way,” balas Yiseul.

.

Ketiganya pun berjalan bersama menyusuri taman depan yang sudah hampir selesai dekorasinya. Bunga sakura berwarna pink terlihat menghiasi beberapa sudut taman. Sebuah air mancur yang belum dinyalakan sudah dihias dengan beberapa lampu kecil di sekelilingnya. Berbagai jenis tanaman bunga pun terlihat bermekaran di sekitar taman. Berjalan lebih jauh ke arah dalam rumah di atas jalanan bebatuan, mereka melewati sebuah kolam renang di sebelah kanan dan tempat penyimpanan wine di sebelah kiri. Setelahnya, tampak halaman belakang yang masih dalam proses pengerjaan dekorasi. Halaman dengan rumput hijau yang luas, kembali dengan beberapa pohon bunga sakura di setiap sisi.

.

Rumah keluarga Cho terbagi dari empat bagian yang mengelilingi halaman belakang, yaitu rumah utama, pondok utara, pondok barat dan pondok selatan. Bangunan terbesar adalah rumah utama. Setelahnya adalah pondok barat, kemudian diikuti dengan pondok utara lalu selatan. Eksterior semua bangunan dibuat serupa. Namun, interior setiap bangunan berbeda. Hal itu bahkan bisa terlihat dari kejauhan. Interior pondok utara yang masih terlihat hampir menyerupai rumah utama yang bergaya mediteranian. Sementara pondok selatan memilih warna navy, putih, dan orange sebagai warna yang dominan. Interior pondok barat terlihat lebih minimalis dengan dominasi warna monokrom, meski ukuran bangunannya lebih besar dari dua pondok lainnya.

.

“Pondok utara dihuni oleh halmeoni dan keluarga Cho Minjung gomo ketika sedang menginap. Halmeoni sangat suka ketenangan. Sedangkan ada cukup banyak tamu yang sesekali datang. Karena itu, halmeoni memilih untuk tidak tinggal di rumah utama. Pondok selatan milik Cho Mingyu. Seperti yang terlihat dari jendela besar itu, ketiga warna itu yang mendominasi di dalam ruangan. Pondok yang terjauh dari sini, ditempati Cho Kyuhyun. Interiornya jauh berbeda, hanya ada warna hitam, abu-abu dan putih disana, lebih minimalis dari bangunan yang lainnya. Dan, ruangan milik si bungsu, Jaehyun ada di lantai dua rumah utama,” kata perempuan itu menjelaskan.

.

“Apa yang akan dibangun di sebelah sana?” tanya Seulgi sambil menunjuk ke halaman di depan pondok barat.

.

“Sebuah panggung berukuran sedang untuk acara lelang dan hiburan. Kudengar tahun ini acaranya akan dibuat lebih private dengan tamu undangan yang lebih eksklusif. Sepertinya karena kehadiran kalian berdua disini,” katanya sambil tersenyum lebar.

.

“Kalau aku boleh tahu, apa yang ada di balik setiap pondok?” tanya Seulgi lagi.

.

“Ada sebuah taman dengan banyak bunga dengan sebuah kolam kecil di belakang pondok milik halmeoni. Di belakang pondok Mingyu ada sebuah gym dan lapangan basket. Mingyu sangat suka berolahraga. Dia sering menghabiskan waktu senggangnya disana…”

.

Belum sempat perempuan itu melanjutkan penjelasannya, Yiseul sudah lebih dulu menanyakannya. “Bagaimana dengan pondok barat? Apa yang ada di belakangnya? Seingatku, Kyuhyun sunbae tidak terlalu suka berolahraga. Wine yang jadi kesukaannya sudah punya tempat tersendiri di ruangan penyimpanan yang sudah dilewati tadi,” tanya Yiseul sambil memamerkan beberapa hal yang dia ketahui tentang Kyuhyun.

.

Perempuan itu pun tertawa kecil. “Beberapa tahun terakhir, Cho Kyuhyun suka berolahraga. Hanya saja, dia tidak suka melakukannya di rumah. Berlari memutari Han Gang adalah kesukaannya. Tentu saja setelah wine yang Yiseul-ssi sebutkan barusan.”

.

“Lalu, apa yang ada di belakang sana?” tanya Seulgi.

.

“Sebuah danau kecil. Kesibukan Cho Kyuhyun di kantor sering membuatnya harus pulang ke rumah dengan penat di kepalanya. Karena itu, Cho Kyuhyun membuat sebuah danau kecil untuk relaksasi saat sore hari atau akhir pekan,” jawabnya.

.

“Wah… sangat romantis,” ujar Seulgi.

.

Speak of the devil. Baru saja dibicarakan, Kyuhyun tiba-tiba muncul dari pintu belakang rumah utama dengan sebuah map di tangan kirinya. Matanya tertuju pada layar ponsel di tangan kanannya. Saat matanya bertemu dengan tamu-tamunya, sebuah senyuman kecil kembali terlihat di bibirnya. Kyuhyun pun berjalan menghampiri ketiganya.

.

“Sepertinya aku harus kembali ke kantor. Ada sebuah conference call yang harus kulakukan dengan Mr. Sinnister di London dan semua berkas yang kubutuhkan ada di kantor,” kata Kyuhyun bicara pada perempuan berbaju biru muda itu.

.

“Pergi lah. Selesaikan pekerjaanmu. Tidak ada masalah di rumah. Semua berjalan dengan baik,” balasnya.

.

Kyuhyun terdiam dan menatap perempuan cantik di hadapannya itu. “Aku ingin kau ikut denganku,” ujar Kyuhyun.

.

“Aku? Kenapa? Apakah harus?”

.

Kyuhyun melirik Seulgi dan Yiseul, lalu tersenyum kecil sebelum menjawabnya. “Kumohon…” pinta Kyuhyun.

.

“Apa ada yang harus aku lakukan disana?” tanyanya sekali lagi, yang kemudian dijawab dengan anggukan oleh Kyuhyun. “Apa?” sambungnya.

.

Kyuhyun pun meraih jari-jari perempuan yang berdiri di hadapannya itu. “Berada di sampingku,” jawab Kyuhyun pelan, namun masih bisa terdengar di tempat Yiseul dan Seulgi berdiri.

.

Really, Cho Kyuhyun?”

.

Yes, Kim Hana. Aku bersungguh-sungguh,” jawab Kyuhyun. “Salah satu alasanku kembali ke rumah siang ini adalah untuk bertemu denganmu. Tapi, sesampainya di rumah kau sangat sibuk dengan botol-botol itu.”

.

“Botol-botol itu berisi minuman kesukaanmu,” potong Kim Hana.

.

Anyways, sekarang aku harus kembali ke kantor. Aku belum melihatmu untuk waktu yang lama, karena itu aku akan membawamu bersamaku. Tidak ada yang salah dengan logikaku ‘kan?” tanya Kyuhyun.

.

“Tentu ada. Kau lihat kita kedatangan tamu disini ‘kan? Bagaimana bisa aku meninggalkan mereka begitu saja?” tanya Hana.

.

“Bagaimana denganku?” Kyuhyun balas bertanya.

.

“Kau akan baik-baik saja tanpaku,” balasnya.

.

No. Aku tidak bisa melakukan pekerjaanku jika kau tidak ada dalam jangkauan pandanganku,” Kyuhyun bersikeras.

.

Hana pun menghela napas panjang. Mustahil bisa menang dalam perdebatan dengan Cho Kyuhyun. Sifat keras kepalanya jarang sekali bisa dikalahkan. Terlebih disaat darurat seperti conference call yang harus dilakukannya ini.

.

“Tolong maafkan sikap suamiku yang keras kepala ini, Yiseul-ssi, Seulgi-ssi. Dia tidak akan mengalah sebelum keinginannya dipenuhi,” ujar Hana.

.

“Barusan kau bilang suami? Jadi kalian sudah menikah?” tanya Seulgi yang terkejut.

.

“Ah, memangnya aku belum mengatakannya pada kalian?” tanya Kyuhyun yang dijawab dengan gelengan pelan oleh Seulgi. “Aku sudah menikah dengan perempuan cantik ini, hampir dua tahun yang lalu. She’s mine.”

.

.

.

.

.

To be continued…

2 thoughts on “Reaching Out to You – part 2

  1. Pingback: Library | FanWorld FanFiction

Leave a comment