Since I (have) met you : Part 8

Author: Okada Kana

Category: PG-15, Romance, Chapter

Cast: Cho Kyuhyun, Kwon Jiah (OC)

Other Cast:

Victoria Song, Lee Joon, Jung Soo Jung, Lee Donghae, Jieun (cameo), Hana (cameo)

Disclaimer:

FF ini murni berasal dari kepalaku. Ide cerita yang muncul berasal dari beberapa drama yang sudah aku tonton. Tapi cerita dalam FF ini tidak menggunakan ataupun mengikuti cerita drama yang sudah ada. Seperti biasanya, mohon maaf jika ada kesamaan nama, tokoh, karakter, cerita, atau apapun dalam FF ini. Karena seperti yang aku katakan, ini adalah kisah cinta sederhana yang bisa dialami siapa saja. Aku juga berusaha sebisa mungkin untuk menghindari typo. Tapi, aku juga manusia biasa yang bisa membuat kesalahan, jadi mohon dimaklumi. No bash, smart comments and critics always accepted. Selamat membaca…

Note:

Kalimat yang bercetak miring bisa menandakan itu adalah kalimat dari bahasa inggris, arti dari kalimat berbahasa korea, atau menandakan itu adalah pembicaraan tokoh dalam pikirannya sendiri.

.

.

.

.

Review Part 7

“Aku ingin mengatakan sesuatu pada kalian… Professor pembimbingku memberikan kesempatan padaku untuk melakukan penelitian lebih dalam di rumah sakit dengan banyak dokter ahli, agar laporan akhirku lebih sempurna. Aku memutuskan untuk mengambil kesempatan itu”.

“Lalu? Bukankah itu adalah hal yang bagus?”

“Benar. Itu adalah hal yang bagus. Hanya saja… Rumah sakit itu ada di Busan”.

“Mwo?!?!”

“Tapi, bagaimana bisa kau pulang pergi Seoul – Busan setiap hari?”

“Aku tidak mungkin melakukan itu, eomma”.

“Lalu… Kau akan pindah ke Busan? Kapan? Berapa lama?”

“Minggu depan. Paling lama aku akan berada disana selama satu tahun. Paling cepat mungkin sembilan sampai sepuluh bulan”.

“Kau dan Jiah akan pergi selama itu?”

“Jiah akan tetap tinggal di Seoul”.

“Bagaimana bisa kau meninggalkan istrimu di Seoul seorang diri?”

“Jiah harus kuliah. Akan sulit jika harus pindah ke universitas lain. Aku sudah memikirkannya. Ini lebih……”

“Pergilah…”

———————–

“Jiah-ya, kau tidak makan malam?”

“Tidak”.

“Kau bisa sakit jika seperti ini terus…”

“Tidak perlu mempedulikanku, Cho Kyuhyun”.

“Jika ini karena keper……”

“Jika kau sangat ingin pergi, maka pergilah… Aku tidak menahanmu. Tidak akan pernah…”

————————-

“Cho Kyuhyun?”

“Lama tidak bertemu…”

“Aku pikir kau sudah tidak mengenaliku…”

“Aku tidak sejahat itu, Vic”.

“Kau sudah tidak sejahat itu”.

“Kau benar. Apa yang kau lakukan disini? Kau sakit?”

“Tidak. Aku sedang mengunjungi keponakanku. Tidak ku sangka seorang dokter yang tampan lewat di hadapanku… Kau punya waktu? Mungkin secangkir kopi untuk teman lama?”

“Tentu”.

————————-

“Benar Kwon Jiah! Ya… Aku tidak menyangka! Jiah-ya…”

“Omo! Joon-ah!!!”

————————-

.

.

.

.

-Since I (have) met you : Part 8-

.

.

.

.

.

Jiah’s POV

So, kau tinggal disini?” tanya Joon mengalihkan pandanganku dari Kyuhyun.

.

Umm… No. Aku tinggal di Seoul”, jawabku.

.

Really? So, what are you doing here? Busan and Seoul isn’t that…… close, you know… (Benarkah? Lalu, apa yang kau lakukan disini? Busan dan Seoul tidak begitu…… dekat, kau tahu…)” tanya Joon lagi.

.

Well, I… have something to do. (Yah, aku… harus melakukan sesuatu.) Hhh…” jawabku.

.

Okay… Ah, have you eaten? You look kind of pale… (Baiklah… Ah, apakah kau sudah makan? Kau terlihat sedikit pucat…”

.

Yeah, that’s one thing I forgot. I haven’t. I’ve been wondering… maybe I can have a croissant or something… (Benar, itu adalah satu hal yang aku lupakan. Aku belum [makan]. Aku berpikir… mungkin aku bisa makan sepotong croissant atau yang lain…)” kataku.

.

No… No…” kata Joon sambil tersenyum lebar.

.

“Apa maksudmu?” tanyaku yang tanpa sadar ikut tersenyum bersamanya.

.

“Aku punya sesuatu yang jauh lebih baik dari itu”, jawab Joon.

.

Ow… okay… And what is that? (Ow… baiklah… dan apakah itu?)”, tanyaku.

.

“Apa yang kau inginkan? Italian? Mexican? Aku bisa membuatkannya untukmu…”

.

“Sebentar…… Jadi, maksudmu, kau akan membuatkan makanan untukku? Apa café ini milikmu?” tanyaku yang baru menyadari hal itu.

.

Something like that…

.

“Wow… Dan kau mempunyai keyakinan besar untuk bisa membuatkan apapun makanan yang ku inginkan?” tanyaku lagi.

.

Absolutely…”, jawabnya yakin.

.

“Tapi bagaimana ya… Aku meragukannya…” kataku dengan nada bercanda.

.

“Hagiman haebwa… (Lakukanlah jika kau bisa…) Kau akan menyesal karena meremehkanku…”

.

Uh-huh… Jadi kau bisa membuktikannya padaku?” tanyaku mengejeknya.

.

“Tentu! Ayo ikut aku ke dapur, Miss Kwon…” kata Joon yang kembali mengangkat barang bawaannya serta tas ku.

.

Aku berjalan mengikuti Lee Joon menuju dapur café itu. Beberapa pegawainya yang melihatku memberikan salam dan senyuman padaku. Sepanjang perjalanan kami menuju dapur, Joon menyebutkan daftar makanan dari banyak negara yang mampu ia buat. Ia masih sahabatku yang begitu riang dan bersemangat. Joon dengan mudah mengembalikan senyumku dan menularkan virus riang hatinya padaku, seolah sebagian dari energy positif nya masuk ke dalam tubuhku. Dan untuk sesaat aku menyadari, aku melupakan kenyataan bahwa beberapa saat yang lalu mataku bertemu dengan matanya. Cho Kyuhyun.

.

.

.

.

Kyuhyun’s POV

Ada sebuah kobaran api dalam tubuhku yang menunggu untuk meledakkan diri keluar. Aku sangat yakin tadi Jiah melihatku. Mata kami bertemu, bahkan untuk waktu yang cukup lama. Tapi dengan mudah Jiah berpaling pada pria itu. Jiah bahkan tersenyum dan tertawa padanya. Apakah Jiah ke Busan bukan untukku tapi untuk menemuinya? Apa ini? Aku tidak bisa menghentikan diriku dari pikiran-pikiran yang semakin membakarku. Bertahun-tahun rasa ini tidak terjadi padaku. Kala itu aku tidak semarah ini. Kala itu aku bisa mengatasinya. Tentu saja. Kala itu dia bukan milikku. Benarkah sudah tidak ada harapan bagiku?

.

“Kyuhyun-ah…… Kyuhyun-ah? Cho Kyuhyun!” panggil Victoria menyadarkanku dari pikiranku.

.

“Eo?” tanyaku saat kembali menatapnya.

.

“Ada apa denganmu? Apa yang kau lihat?” tanya Victoria.

.

“Tidak ada. Sepertinya aku melihat seseorang yang ku kenal”, jawabku.

.

“Sepertinya? Ya Cho Kyuhyun… Kau bekerja terlalu keras hingga sekarang kau berhalusinasi?” tanya Victoria sambil tertawa kecil.

.

Percayalah… Aku juga berharap seperti itu, Victoria. Aku harap bukan Jiah yang baru saja ku lihat. Ini adalah kali pertama aku berharap ada sesuatu yang salah dengan penglihatanku, sehingga aku tidak perlu berspekulasi bahwa Jiah benar-benar tidak pernah mencintaiku seperti aku mencintainya. Bahkan terkadang aku ragu dengan kenyataan bahwa dulu Jiah pernah menyukaiku.

.

“Kau melamun lagi…” kata Victoria. Aku hanya bisa tersenyum tipis menanggapinya. “Ada apa? Kau sedang mempunyai masalah?”

.

“Mwo… Sedikit masalah. Bukan apa-apa…” jawabku.

.

“Hmm… Sepertinya kau tidak bisa menceritakannya padaku. Benar, bukan? Ch… Aku kira kita adalah teman…” kata Victoria dengan nada bercandanya.

.

“Bukan masalah yang besar. Aku bisa menyelesaikannya”, kataku.

.

“Kau masih kurang mampu mengendalikan ekspresi mu, dokter Cho”, kata Victoria. Aku kembali hanya bisa tersenyum padanya. “Jadi, kau sudah ada rencana setelah internship mu selesai? Mungkin…… tinggal di Busan?” tanya Victoria.

.

“Tidak… Tidak. Hal itu tidak pernah ada dalam rencanaku. Aku benar-benar harus kembali ke Seoul”, jawabku.

.

“Benar-benar harus? Seserius itukah?” tanya Victoria lagi.

.

“Eo… Seserius itu. Hidupku ada disana, Vic. Aku tidak akan pernah bisa meninggalkannya”, jawabku jujur.

.

“Hmm… Biar ku tebak. Kau masih menunggu gadis itu hingga sekarang? Dia belum kembali?” tanya Victoria. “Hhh… Jika kita memutar waktu ke hari dimana kau menyerah dengan hubungan kita. Aku tidak menyangka bahwa kau akan mengatakan hal itu padaku”.

.

“Memangnya apa yang aku katakan padamu saat itu?” tanyaku.

.

“Kau tidak ingat?” tanya Victoria. Aku menggelengkan kepalaku lambat. “Saat itu aku pikir kau memutuskan hubungan kita karena kau menemukan gadis lain yang lebih menarik daripada aku. Gadis baru lebih tepatnya. Jika memang itu alasanmu, maka aku masih memiliki kepercayaan diri untuk memenangkan hatimu. Tapi……” Victoria menghentikan kalimatnya unutk menghela napas dan tertawa kecil. “Ternyata alasanmu adalah karena gadis yang berasal dari masa lalu. Aku kalah bahkan tanpa peperangan. Sejak awal hatimu memang tidak bersamaku…”

.

“Aku yakin saat itu aku sudah mengatakannya. Tapi, sekali lagi aku minta maaf…” kataku menyesal.

.

“Hhh… Tidak apa. Aku sudah menerima hal itu. Jadi, kau masih menunggu nya? Hingga sekarang? Tanpa merasa lelah? Bahkan disaat kau tidak tahu apapun tentangnya?” Victoria memberikan beberapa pertanyaan dengan jawaban serupa sekaligus.

.

“Tidak…” jawabku singkat.

.

Tidak. Tentu tidak. Itulah yang terjadi sekarang. Aku tidak lagi menunggunya. Gadis itu sudah bersamaku selama hampir satu tahun terakhir. Gadis itu dalam jangkauanku. Ia sudah kembali. Hanya saja hatinya sudah bukan untukku. Aku tetap tidak benar-benar tahu semua hal tentangnya. Tapi ya… Aku masih akan berusaha mendapatkannya kembali tanpa merasa lelah.

.

Aku menjawab setiap pertanyaan Victoria dalam pikiranku. Setiap kata yang tidak keluar dari bibirku itu tergantikan dengan senyuman dan tawa pedih bukti kejujuranku. Di waktu yang sama, aku seolah menunjukkan pada Victoria bahwa aku masih diriku yang dulu. Aku masih Cho Kyuhyun yang tidak mengatakan semua hal secara langsung. Aku masih Cho Kyuhyun yang sama. Aku hanya sudah meninggalkan beberapa sikap buruk saat memasuki usia dewasa. Tiba-tiba ponsel di saku jubahku bergetar, menandakan ada sebuah pesan yang masuk. Aku dengan cepat mengeluarkan ponselku, khawatir pesan yang masuk itu berasal dari rumah sakit.

.

.

From: Mrs.Cho

Beritahu aku alamat dan password apartment mu…

.

.

Aku membelalakkan mataku melihat pesan yang baru saja masuk ke ponselku. Ternyata tidak ada yang salah dengan penglihatanku. Jiah memang ada di Busan, lebih tepatnya ia berada di tempat ini. Aku kembali merasakan perasaan tidak nyaman dalam diriku. Di satu sisi aku merasa senang karena Jiah ada didekatku. Namun disisi lain aku merasa takut pada kenyataan yang harus ku hadapi. Dalam bahasa sederhana, aku takut Jiah benar-benar membenciku. Aku menatap layar ponselku untuk waktu yang cukup lama. Aku menimbang apa yang harus aku lakukan dengan kesempatan ini. Aku bisa saja tidak membalas pesannya untuk membuat Jiah kembali mau berbicara denganku walaupun harus dengan cara memaksa. Tapi ia tampak lelah. Aku tidak sanggup membiarkannya menunggu. Baru saja aku ingin mengetik pesan balasan untuk Jiah, tapi ia sudah berdiri tidak jauh dari mejaku.

.

“Aku sedikit lelah. Cepat beritahu aku…” kata Jiah dengan suara pelan yang terdengar sedikit serak. Apa dia sakit?

.

“Kau…… kenal dia, Kyuhyun-ah?” tanya Victoria yang menatapku dan Jiah bergantian beberapa kali.

.

“Eo… Tentu”, jawabku.

.

“Siapa? Temanmu? Adikmu? Sepupumu?” tanya Victoria.

.

“Hmm? Ah, dia adalah……” Aku belum melengkapi kalimatku saat mataku bertemu dengan mata Jiah yang memberikan tatapan seolah bertanya siapa gadis yang duduk di hadapanku. “Jiah-ya, dia Victoria. Teman SMA-ku”, kataku menjelaskan.

.

“Teman…… SMA?” tanya Jiah dengan tatapan bingung.

.

“Ah… Dia teman SMA-mu, Kyuhyun-ah? Jiah-ssi, aku tahu kau pasti bingung. Tentu saja kau tidak mengenalku. Aku tidak berasal dari SMA yang sama dengan kalian”, kata Victoria.

.

“Begitu? Hmm… Tidak ku sangka. Amteun, aku Kwon Jiah. Senang bertemu denganmu, Victoria-ssi”, kata Jiah dengan sopan santunnya yang terkadang membuatku takut.

.

“Ne, senang bertemu denganmu juga, Jiah-ssi. Tapi, jika aku boleh bertanya, apa yang tidak kau sangka?” tanya Victoria. Oh tidak… Pembicaraan ini akan memanjang…

.

“Tidak… Hanya saja, Cho Kyuhyun yang ada dalam ingatanku tidak mudah bergaul bahkan dengan teman satu SMA-nya. Aku tidak menyangka dia mempunyai teman diluar sekolahnya. Itu saja”, kata Jiah menjelaskan.

.

“Tentang itu… Sepertinya aku pengecualian. Karena saat SMA kami sempat berpacaran. Dari sikap yang kau tunjukkan, aku rasa kau juga tidak tahu hal itu, Jiah-ssi”, kata Victoria.

.

“Ah… Begitu rupanya. Benar. Aku tidak mengetahui hal itu… Uhuk uhuk… Joesonghabnida… Sepertinya aku tidak bisa bergabung bersama kalian terlalu lama. Cho Kyuhyun, text me…” kata Jiah.

.

“Kau sakit? Aku akan mengantarmu”, kataku sambil bangkit berdiri.

.

“Tidak. Tidak perlu. Seorang dokter tidak boleh terlalu sering membolos, Cho Kyuhyun. Lagipula, kau tidak boleh meninggalkan temanmu begitu saja. Bukan sikap yang baik…” kata Jiah dengan senyum tipis yang tidak aku mengerti.

.

“Aku tidak apa-apa, Jiah-ssi. Kau terlihat pucat dan kelelahan. Lebih baik Kyuhyun mengantarmu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan”, kata Victoria.

.

“Aku baik-baik saja, Victoria-ssi. Aku hanya sedikit kelelahan karena perjalanan dari Seoul menuju Busan. Tidak perlu, Kyuhyun-ah. Aku akan naik taksi atau apapun. Kau tidak perlu mengantarku”, kata si keras kepala Jiah lagi.

.

.

BGM: John Park – Falling

.

.

Author’s POV

“Aku baik-baik saja, Victoria-ssi. Aku hanya sedikit kelelahan karena perjalanan dari Seoul menuju Busan. Tidak perlu, Kyuhyun-ah. Aku akan naik taksi atau apapun. Kau tidak perlu mengantarku”, kata Jiah.

.

Mendengar penolakan Jiah itu lagi, Kyuhyun pun mengambil langkahnya. Ia meraih pinggang Jiah dengan tangan kirinya, kemudian menyentuhkan tangan kanannya di leher Jiah dan berjalan mendekat pada Jiah. Kyuhyun menyentuhkan bibirnya pada kening Jiah, memastikan sekali lagi suhu tubuh Jiah yang sebenarnya sudah ia rasakan dengan tangannya di leher Jiah. Semua kerisauan dan kemarahan yang beberapa saat yang lalu ia rasakan seolah hilang begitu saja, terbakar bersama panasnya suhu tubuh Jiah. Mendapatkan perlakuan seperti itu dari Kyuhyun, Jiah hanya memejamkan matanya. Tubuhnya memang sudah benar-benar lelah dan rasa pusing sudah memenuhi kepalanya sejak beberapa hari yang lalu. Ia menyerah tanpa melakukan perlawanan apapun pada Kyuhyun. Tiba-tiba Jiah menjauhkan keningnya dari bibir Kyuhyun dan justru meletakkan dahinya di bahu Kyuhyun.

.

“Aku menyerah… Kepala ku terasa begitu pusing. Antar aku…” kata Jiah dengan suara lirihnya. Ia menyerah, tidak bisa lagi menahan pusing di kepalanya.

.

Kyuhyun kembali melangkah mendekat hingga tidak ada jarak lagi diantara keduanya. Ia merengkuh Jiah dalam pelukannya, membiarkan Jiah menopangkan beban tubuh yang lelah padanya, seperti yang sering dilakukan Jiah jika berada dalam pelukannya. Jiah benar-benar melakukan hal itu. Ia hanya memberikan kekuatan pada kakinya agar tetap berdiri tegak. Sementara seluruh kekuatan di tubuhnya sudah ia topangkan pada tubuh kokoh Kyuhyun. Jiah sendiri tidak mengerti dengan kerja tubuhnya setiap Kyuhyun berada didekatnya. Tubuh Jiah menyerah dengan mudah, berbanding terbalik dengan hatinya.

.

“Suhu tubuhmu sangat panas, Jiah-ya… Apa yang terjadi saat aku tidak ada?” tanya Kyuhyun.

.

“Aku hanya kelelahan…” jawab Jiah singkat.

.

“Bukan hanya karena perjalananmu menuju kesini, bukan?” tanya Kyuhyun lagi.

.

“Aku bekerja sampai larut beberapa hari terakhir”, jawab Jiah.

.

“Lalu kenapa kau tetap kesini?”

.

“Eomeoni yang memintaku. Aku tidak bisa menolaknya. Aku tidak mungkin melakukan itu”, jawab Jiah dengan suara yang semakin mengecil.

.

“Kau yakin tidak ingin dirawat di rumah sakit saja? Jarak rumah sakit tidak jauh dari sini”, kata Kyuhyun.

.

“Aku tidak mau…” kata Jiah menolak.

.

“Kau yakin? Ada potongan harga untuk istri dokter…” kata Kyuhyun mencoba meringankan suasana dengan sedikit candaan.

.

“Hhh… Tidak. Terima kasih. Kau seorang dokter. Aku tidak butuh rumah sakit. Jangan bertanya lagi, Kyuhyun-ah. Kepalaku pusing…” kata Jiah kembali menolak, kali ini dengan tawa kecil.

.

“Arasseo, mianhae…”

.

“Apa yang baru saja kau katakan, Cho Kyuhyun?” tanya Victoria mengalihkan perhatian Kyuhyun. “Istri?”

.

Jiah menghela napas panjang menyadari pertanyaan Victoria. Ia merutuki dirinya sendiri karena tidak menyadari keberadaan dirinya dan orang lain di sekitarnya. Pusing yang ia rasakan sudah mulai menghilangkan akal sehatnya perlahan. Jiah pun menjauhkan diri dari Kyuhyun dan berbalik, berharap dapat terlepas dari pelukan Kyuhyun. Namun tentu saja Kyuhyun tidak akan melepaskan Jiah. Kyuhyun tetap memegang erat pinggang Jiah disampingnya.

.

“Eo, maafkan aku, Victoria. Sejak tadi aku belum mempunyai kesempatan untuk memberitahumu. Dia istriku. Kwon Jiah. Kau ingat? Kwon Jiah yang sama”, kata Kyuhyun seolah mengingatkan Victoria pada suatu hal.

.

“Omo! Jadi, kau adalah Jiah yang sama? Kalian menikah? Akhirnya?” tanya Victoria yang berdiri karena terkejut.

.

“Hmm… Aku memang Jiah. Tapi, aku tidak mengerti apa maksudmu, Victoria-ssi”, kata Jiah menanggapi keterkejutan Victoria.

.

“Bukan apa-apa, sayang. Aku hanya menceritakan beberapa hal tentangmu padanya”, kata Kyuhyun sambil meraih pipi Jiah dengan tangan kanannya dan menolehkan kepala Jiah padanya.

.

“Kau menceritakan tentangku pada Victoria-ssi? Apakah hal yang buruk?” tanya Jiah.

.

“Tentu tidak, Jiah-ssi. Tidak pernah ada hal buruk tentang Kwon Jiah yang keluar dari bibir seorang Cho Kyuhyun”, kata Victoria dengan sebuah senyuman di wajahnya.

.

“Benarkah? Aku dan sahabatku selalu membicarakan hal buruk tentang Kyuhyun”, kata Jiah dengan nada bercandanya.

.

“Aku tahu hal itu dengan sangat baik, sayang… Aku tahu…” kata Kyuhyun sambil mengecup kening Jiah. “Ayo kita pulang, Jiah-ya. Suhu tubuhmu tinggi dan napasmu mulai terasa panas”.

.

“Baiklah…”

.

“Vic, maaf aku harus meninggalkanmu disini. Aku harus mengurus pasien VVIP-ku”, kata Kyuhyun menyesal karena harus meninggalkan Victoria sendiri di café.

.

“Aku benar-benar minta maaf, Victoria-ssi”, sambung Jiah dengan suara lemahnya.

.

“Kalian tidak perlu minta maaf. Keadaan Jiah-ssi harus lebih dipentingkan saat ini. Aku baik-baik saja. Sungguh…” kata Victoria sambil tersenyum.

.

“Ah, aku akan memberikan sesuatu padamu sebagai permintaan maaf…” kata Jiah yang menjauhkan dirinya sedikit dari Kyuhyun. Jiah menoleh kearah kasir, dimana ada Lee Joon disana sedang memeriksa beberapa display cake nya. “Joon-ah! Bisakah kau membantuku disini?” tanya Jiah.

.

Wait a second…” kata Lee Joon menyanggupi.

.

Lee Joon segera meletakkan piring cake ke dalam etalase dan bergegas menghampiri Jiah yang memanggilnya. Kyuhyun kembali diliputi perasaan tidak nyaman saat merasakan jarak pria yang bernama Lee Joon itu semakin mendekat pada mereka. Tanpa sadar, ia meraih pinggang Jiah mendekat padanya.

.

Wow… Is he… your husband?” tanya Lee Joon sesaat ia tiba didekat Jiah.

.

Ow, yeah… Kyuhyun-ah, dia Lee Joon, sahabatku semasa kuliah di New York. Dan Joon-ah, He’s Dr. Cho, the one I told you before (Dia adalah dokter Cho, yang aku beritahu padamu sebelumnya)”, kata Jiah memperkenalkan Kyuhyun pada Lee Joon.

.

“Halo, dokter Cho. Aku Lee Joon. Senang bisa bertemu denganmu, akhirnya”, kata Lee Joon sambil menjulurkan tangannya.

.

Kyuhyun pun menerima jabatan tangan Lee Joon. “Aku Cho Kyuhyun. Senang bertemu denganmu”. Keduanya pun segera melepaskan jabatan tangan mereka.

.

“Jadi, apa yang bisa aku lakukan untukmu, nona Kwon? Umm… maksudku, nyonya Cho…” tanya Lee Joon dengan nada riang bercandanya.

.

“Hhh… Stop it… Joon-ah, karena aku sudah mengakui kelezatan masakanmu, jadi saat ini aku ingin memintamu untuk membuatkan makanan terenakmu yang lain untuk nona Victoria. Kau tidak perlu khawatir tentang pembayarannya”, kata Jiah.

.

“Tidak perlu, Jiah-ssi”, kata Victoria berusaha menolak.

.

“Aniyo, Victoria-ssi. Walaupun penampilannya tidak meyakinkan, aku bisa menjamin rasa masakan yang dibuatnya. Kau tidak perlu khawatir. Joon-ah, aku bergantung padamu…” kata Jiah.

.

“Roger, Captain!” kata Lee Joon menyanggupi.

.

“Kau benar-benar tidak perlu melakukan itu, Jiah-ssi…” kata Victoria lagi.

.

“Aku harus melakukannya, Victoria-ssi. Anggap saja ini adalah permintaan maafku karena telah mencuri temanmu [Kyuhyun]”, kata Jiah menyesal.

.

“Kerja bagus, sayang… Terimalah, Vic. Itu juga permintaan maafku karena harus meninggalkanmu sendiri disini. Lee Joon-ssi, aku juga bergantung padamu…” kata Kyuhyun.

.

“Kalian bisa mengandalkanku. Baiklah, silahkan duduk kembali dan tunggu sebentar, Victoria-ssi. Aku akan segera membawakan makanan special kami untukmu. Kalian berdua hati-hati dijalan”, kata Lee Joon yang segera berbalik berjalan menuju dapur.

.

“Ayo, Jiah-ya… Sebelum kakimu juga sama menyerahnya dengan tubuhmu”, kata Kyuhyun seolah mengetahui dengan baik kondisi istrinya. Jiah hanya mengangguk dengan ajakan Kyuhyun. “Kami pergi dulu, Vic. Sampai bertemu…”

.

“Eo, hati-hati dijalan. Jiah-ssi, semoga cepat sembuh…” kata Victoria yang dibalas dengan senyuman oleh Jiah. “Yang kau lakukan hanya cukup membayar permintaan maafmu untuk hari ini, Kwon Jiah. Kau masih harus membayar kesalahanmu selama aku merasakan sakit hatiku bertahun-tahun”, sambung Victoria saat Kyuhyun dan Jiah sudah keluar dari café.

.

.

#########################

.

.

Jiah tertidur dengan mudah saat tubuhnya menyentuh jok mobil Kyuhyun. Rasa lelah dan pusing di kepalanya mempermudahnya untuk segera terlelap dalam alam mimpi. Kyuhyun pun mengemudikan mobilnya dengan sangat berhati-hati. Ia menghubungi rekannya di rumah sakit untuk meminta ijin selama beberapa jam. Setelah mengemudi selama 10 menit, akhirnya mereka tiba di apartment. Kembali, Kyuhyun harus melakukan hal yang sudah biasa ia lakukan, yaitu menggendong istrinya yang tidak dengan mudah bangun jika sudah tertidur. Namun kali ini berbeda, Jiah terbangun tepat disaat Kyuhyun melangkahkan kakinya masuk ke dalam apartment.

.

“Apa aku membangunkanmu?” tanya Kyuhyun berbisik.

.

“Tidak. Aku terbangun dengan sendirinya…” jawab Jiah. “Kita sudah sampai?”

.

“Eo…” jawab Kyuhyun yang kini sedang melangkah masuk ke satu-satunya kamar yang ada di apartment itu.

.

Kyuhyun merebahkan tubuh Jiah di tempat tidur lalu berbalik untuk mengambil kotak obat di dapur. Jiah langsung memasukkan kakinya ke dalam selimut dan membenamkan wajahnya di bantal lembut dengan aroma khas Kyuhyun. Beberapa saat kemudian Kyuhyun kembali masuk ke kamar, menemukan Jiah yang sudah meringkuk menikmati lembutnya selimut yang membungkus tubuhnya. Kyuhyun pun tersenyum kecil melihat pemandangan menenangkan hati di hadapannya itu. Dengan terpaksa Kyuhyun harus mengganggu kenyamanan Jiah dan membangunkannya untuk minum obat.

.

“Jiah-ya, minum obat ini dulu. Setelah itu kau bisa tidur”, kata Kyuhyun sambil mencoba mengangkat punggung Jiah untuk duduk.

.

“Baiklah…” kata Jiah masih dengan mata tertutup, lalu meminum obat yang diberikan Kyuhyun dengan cepat.

.

Jiah kembali membaringkan tubuhnya saat Kyuhyun menjauh untun meletakkan gelas di meja. Kyuhyun membuka lemarinya dan mengeluarkan T-shirt putih polos serta celana pendek dengan pinggang karet. Sekali lagi, Kyuhyun mengangkat punggung Jiah agar terduduk di ranjang.

.

“Apalagi yang harus ku lakukan, Cho Kyuhyun…” keluh Jiah.

.

“Aku minta maaf. Sebentar saja…”

.

Kyuhyun dengan cepat membuka cardigan Jiah dan melemparkannya ke sisi lain ranjang. Lalu Kyuhyun mengangkat T-shirt beserta tanktop Jiah keluar dari kepalanya, menggantinya dengan T-shirt yang dibawanya. Kyuhyun melepaskan ikatan rambut Jiah sebelum akhirnya membiarkan Jiah kembali berbaring. Pekerjaannya belum selesai sampai disana. Ia membuka selimut yang menutupi tubuh Jiah, lalu membuka kancing celana jeans Jiah dan menariknya keluar dari kedua kaki jenjang istrinya itu. Kemudian dalam sekejap mata, celana pendek miliknya sudah menggantikan jeans milik Jiah. Kyuhyun kembali menutupi tubuh Jiah dengan selimut dan akhirnya benar-benar membiarkan Jiah untuk tidur. Ia mengumpulkan pakaian Jiah yang baru saja ia tanggalkan untuk diletakkan di sebuah sofa kecil di dalam kamar. Kyuhyun berjalan mendekat ke ranjang, kemudian duduk disebelah Jiah. Kyuhyun tidak bisa menutupi keinginan hatinya yang ingin melepas rasa rindunya dengan berbaring bersama Jiah dan melindunginya hingga keadaannya membaik. Namun tugasnya di rumah sakit mengalihkannya. Ia hanya bisa memeluk tubuh Jiah selama beberapa saat.

.

“Jiah-ya… Aku harus kembali ke rumah sakit. Aku akan pulang dalam 3 sampai 4 jam. Tidurlah selama itu. Aku akan membawakan makan malam untukmu”, bisik Kyuhyun ditelinga Jiah.

.

“Arasseo…” Kyuhyun mengernyitkan keningnya saat mendengar jawaban Jiah yang ia kira sudah terlelap.

.

“Aku pergi…” kata Kyuhyun berpamitan.

.

.

#########################

.

.

Kyuhyun kembali dari rumah sakit seperti yang dijanjikannya. Sesampainya di apartment, ia segera masuk ke kamar untuk memeriksa keadaan Jiah. Jiah masih tertidur dengan sangat pulas. Beruntung suhu tubuhnya sudah mulai turun. Kyuhyun pun mengecup kening Jiah dan bergegas menuju dapur untuk membuatkan makan malam bagi mereka berdua. Kyuhyun sempat menelepon ibu dan mertuanya dalam perjalanan dari rumah sakit. Ibunya menganjurkan Kyuhyun untuk membuat sup ayam untuk Jiah. Tentu saja hubungan telepon dengan mertuanya itu dimanfaatkan Kyuhyun untuk mendapatkan resep keluarga Kwon. Makan makanan rumah saat sedang sakit adalah salah satu hal yang bisa membantu proses penyembuhan. Kyuhyun memulai aktivitas memasaknya. Setelah semua bahan selesai dipersiapkan, ia memasukkan satu persatu potongan sayur dan ayam ke dalam panci berisi air kaldu. Tiba-tiba sosok Jiah muncul dari arah kamar, menghampirinya di meja dapur. Jiah duduk di salah satu kursi yang ada di sisi meja.

.

“Mwoya ige? (Apa ini?)” tanya Jiah sambil menarik T-shirt yang ia kenakan.

.

“Aku tidak bisa menggendongmu sambil membawa barang-barangmu, Jiah-ya. Aku baru saja membawa tas mu bersama ku. Aku letakkan di sofa kamar”, jawab Kyuhyun.

.

“Kau bisa memasak sup ayam? Apa rasanya akan enak?” tanya Jiah meragukan Kyuhyun.

.

“Aku mendapatkan resep masakan ini langsung dari keluarga Kwon, kau tahu…”

.

“Heol… Kau menelepon eomma? Hhh… Seharusnya kau tidak perlu melakukan itu…” kata Jiah.

.

“Aku tidak mengatakan keadaanmu padanya. Aku hanya menanyakan resep sup ayam miliknya”, kata Kyuhyun.

.

“Benarkah? Kau tidak mengatakan apapun padanya?” tanya Jiah.

.

“Tidak, Jiah-ya… Aku seorang dokter, kau lupa?”

.

“Aku tidak mungkin lupa”.

.

“Tunggulah sebentar. Sup nya hampir matang”.

.

Jiah berjalan menuju ruang tv. Ia membaringkan tubuhnya di sofa dan kembali memejamkan matanya. Beberapa menit berselang, Kyuhyun yang sudah menyelesaikan masakannya, segera menuangkan sup ayam buatannya ke sebuah mangkuk, lalu membawanya ke ruang tv, menghampiri Jiah. Namun Jiah sudah kembali terlelap. Kyuhyun pun meletakkan mangkuk ditangannya di atas meja, lalu ia duduk dilantai. Ia menyentuhkan jari-jarinya di kening Jiah, untuk sekali lagi memeriksa suhu tubuh Jiah. Kyuhyun mendaratkan kecupannya di puncak kepala Jiah, lalu turun ke pelipis, pipi, dan berakhir di rahang Jiah yang mulai bergerak. Jiah membuka matanya perlahan dan menemukan Kyuhyun yang duduk bertelut menatapnya.

.

“Makanan sudah siap, Agassi…” kata Kyuhyun.

.

“Aku tidak ingin makan”, sahut Jiah.

.

“Sedikit saja. Kau harus mengisi perutmu. Sedikit saja, eo?” bujuk Kyuhyun. “Ayolah, Jiah-ya… duduk”.

.

Jiah segera melakukan apa yang diminta Kyuhyun. Ia bangun dan menyandarkan tubuhnya ke badan sofa dengan malas. Melihat itu, Kyuhyun segera mengambil mangkuk berisi sup ayam, lalu duduk disebelah Jiah. Ia menyuapkan sup ayam buatannya secara perlahan pada Jiah. Tanpa penolakan, Jiah menerima setiap suapan yang diberikan Kyuhyun padanya. Jiah menolak untuk menghabiskan makanannya setelah sendok ke sepuluh. Satu sendok kembali berhasil masuk ke mulut Jiah setelah Kyuhyun membujuknya. Kyuhyun pun meletakkan mangkuk sup itu ke bak cuci piring. Tiba-tiba setelah ia kembali ke ruang tv, Kyuhyun menggendong tubuh Jiah dan membawanya masuk ke kamar menuju kamar mandi. Kyuhyun mendudukkan tubuh Jiah di toilet, lalu membelit tubuh Jiah dengan handuk yang cukup besar. Jiah yang lemas tidak bisa dan tidak ingin melawan segala tindakan Kyuhyun. Karena hal itu akan percuma melihat keadaannya saat ini. Kyuhyun pun membersihkan wajah Jiah, mencucinya dengan sabun wajah yang sudah ia ambil dari tas Jiah sebelumnya. Setelah itu Kyuhyun menyikat gigi Jiah dengan sangat hati-hati, meski sesekali ia masih menerima keluhan dari Jiah. Kyuhyun menawarkan Jiah untuk membersihkan diri, namun Jiah menolaknya karena kondisi air yang cukup dingin bagi tubuhnya yang bersuhu panas. Kemudian Kyuhyun membuka handuk yang membelit tubuh Jiah dan kembali mengangkat tubuh Jiah ke tempat tidur. Setelah melihat Jiah masuk ke dalam selimut, Kyuhyun kembali ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

.

Kyuhyun keluar dari kamar mandi setelah sepuluh menit. Saat ini ia tidak bisa terlalu lama bertahan tidak melihat Jiah. Setelah menutup pintu kamarnya, Kyuhyun berjalan menuju ranjang queen yang memang sengaja ia persiapkan sejak awal, agar bisa digunakan keduanya (meski saat itu Kyuhyun tidak yakin apakah Jiah akan datang mengunjunginya atau tidak). Tapi disinilah Jiah sekarang. Tertidur diatas ranjangnya. Kyuhyun masuk ke dalam selimut dan berbaring menghadap pada Jiah. Ia memandang setiap inchi wajah wanita yang sangat dirindukannya itu. Banyak hari yang sudah ia lewati tanpa melihat wajah itu. Setiap malamnya terasa begitu sunyi tanpa suara helaan lembut napas Jiah disampingnya. Matahari pun terasa tidak terbit di setiap pagi tanpa sosok Jiah disetiap ia membuka mata. Kerinduannya pada Jiah akhirnya menutupi segala keraguan, kebimbangan, kerisauan, bahkan kemarahan yang sempat ia rasakan siang itu. Kyuhyun pun memasukkan lengannya disela leher Jiah secara perlahan, berusaha menarik Jiah dalam pelukannya. Namun, belum sempat ia menarik tubuhnya, Jiah sudah bergerak mendekat pada Kyuhyun dan merebahkan kepalanya di dada Kyuhyun. Jiah melingkarkan sebelah tangannya di pinggang Kyuhyun. Malam itu, Kyuhyun kembali dapat mendengar helaan lembut napas Jiah. Ia bahkan bisa merasakan detak jantung Jiah yang berdetak dengan irama teratur. Seperti yang selalu ia lakukan dimalam-malamnya bersama Jiah, Kyuhyun mengecup puncak kepala Jiah sebelum memutuskan untuk pergi bersama Jiah ke alam mimpi.

.

.

#########################

.

.

Hari berganti dengan cepat. Jiah sudah berada di Busan selama empat hari. Kesibukan Kyuhyun di rumah sakit membuat Jiah harus menerima ditinggal seorang diri di apartment. Berusaha menghilangkan rasa bosan yang dirasakannya, Jiah pergi ke café milik Lee Joon untuk sekedar duduk bersantai sambil membaca buku, atau sesekali diberikan kesempatan mencoba menu-menu baru yang dibuat Lee Joon untuk café nya itu. Suatu pagi, Kyuhyun yang akan berangkat ke rumah sakit, kembali meninggalkan Jiah yang bahkan masih berada di ranjang. Kyuhyun dengan cepat menyantap sarapannya dan minum secangkir kopi. Ia keluar dari rumah dengan terburu-buru. Jiah yang mendengar suara derap langkah terburu-buru Kyuhyun pun bangun dari tidurnya. Ia menyadari ketidakberadaan Kyuhyun di apartment. Jiah pun berjalan menuju jendela untuk membuka tirai, agar sinar matahari masuk kedalam. Jiah juga membuka pintu kaca yang mengarah ke balkon. Jiah keluar menuju balkon dan meregangkan ototnya yang pegal, lalu menghirup udara pagi yang masih menyegarkan. Jiah melihat pemandangan kota yang mulai disibukkan dengan aktivitas penduduk yang bersiap menuju tempat kerja masing-masing. Tiba-tiba, ia melihat mobil Kyuhyun yang berhenti tidak jauh dari apartment. Seorang wanita berdiri diluar mobil lalu menunduk, seolah bicara dengan orang yang berada dalam mobil. Kemudian pintu mobil terbuka dan wanita itu masuk ke dalam mobil. Victoria. Menyaksikan hal itu, Jiah pun hanya berlalu masuk ke dalam kamar dan menutup rapat pintu balkon. Jiah memutuskan untuk keluar hari ini, mengusir kebosanannya.

.

Jiah berkeliling kota selama beberapa jam, mencicipi beberapa kuliner khas kota itu, lalu masuk ke sebuah toko yang menjual barang-barang masa lampau. Hingga ia berakhir di café milik Lee Joon. Kakinya sudah tidak sanggup lagi berjalan, perutnya pun sudah menyerah untuk mengolah makanan. Jiah memilih tempat duduk di paling pojok dekat pantry, karena disanalah terdapat sebuah sofa yang sangat nyaman. Ia meluruskan kakinya dan menyandarkan tubuhnya di badan sofa, seolah nyawa nya sedang melayang di angkasa. Lee Joon yang baru kembali dari pabrik kopi pun segera menghampiri sahabatnya itu.

.

“Ada apa denganmu, Kwon Jiah?” tanya Lee Joon.

.

“Terlalu kenyang”, jawab Jiah.

.

“Apa? Ya, kau makan berapa banyak hingga seperti ini?” tanya Lee Joon.

.

“Ya! Lee Joon! Jika kau benar-benar sahabatku, seharusnya kau jangan banyak bertanya dan membawakan sesuatu padaku untuk membantuku menghilangkan rasa penuh di perutku ini”, kata Jiah.

.

“Hahaha arasseo… Kau ingin sesuatu?” tanya Lee Joon akhirnya.

.

“Green tea?”

.

“Baiklah, nona. Saya akan segera membawakan pesanan anda”, kata Lee Joon yang berlalu dengan tawa khasnya.

.

Hanya berselang beberapa menit, Lee Joon kembali dengan membawakan green tea pesanan Jiah. Lee Joon tidak segera kembali ke dapur, tapi justru memutuskan untuk menemani sahabatnya yang terlihat sangat kelelahan dan kekenyangan itu. Mereka pun berbincang mengenai banyak hal, hingga mereka tidak menyadari ada lensa kamera yang menangkap kebersamaan mereka di café itu.

.

.

#########################

.

.

At Hospital

 

Kyuhyun meremas ponsel yang memunculkan foto Jiah bersama dengan Lee Joon di café itu. Keduanya duduk di tempat duduk paling dalam café itu, dan berbincang dengan sangat akrab. Disalah satu foto bahkan menunjukkan Lee Joon yang sedang menyentuh kaki Jiah. bukan hanya itu, ada beberapa foto lain yang menunjukkan tanggal-tanggal yang berbeda. Hal itu berarti bukan hari itu saja Jiah berkunjung ke café milik Lee Joon, yang disebut sahabatnya itu. Kemarahan Kyuhyun kembali memuncak. Napasnya memburu. Jiah pergi kesana beberapa kali tanpa memberitahu nya. Jiah bahkan selalu menolak membicarakan hal-hal yang ia lakukan selama Kyuhyun berada di rumah sakit. Ternyata inilah yang aku sembunyikan dariku, Kwon Jiah. Kau menemui pria itu tanpa bicara terlebih dahulu padaku. Apa arti diriku bagimu sebenarnya?

.

Kyuhyun yang marah segera menekan tombol 1 di ponselnya. Nomor telepon Jiah pun muncul di layar. Namun telepon tidak berdering. Ponsel Jiah tidak aktif. Kyuhyun kembali mencobanya berkali-kali dan hasilnya tetap sama. Kyuhyun tidak dapat meraih Jiah. Terlebih dengan kondisi nya yang saat itu tidak bisa meninggalkan rumah sakit. Amarah Kyuhyun semakin berkumpul di kepalanya, hingga rasanya ingin meledak. Akhirnya Kyuhyun mencoba meredakan amarahnya dengan menghela napas panjang dan melakukan visit ke setiap bangsal. Dalam kondisi emosi yang tidak stabil, Kyuhyun harus menerima jadwalnya yang memanjang. Seharusnya ia sudah bisa kembali ke rumah pukul 3 sore. Namun ternyata ia baru bisa meninggalkan rumah sakit pukul 10 malam. Kyuhyun pun segera melesat pulang ke apartment. Ia bergerak cepat masuk ke dalam, berharap menemukan Jiah dan dapat menerima penjelasan mengenai foto yang dikirim Victoria ke ponselnya. Namun sesampainya Kyuhyun dalam kamar, Jiah sudah terlelap. Melihat hal itu, Kyuhyun berlalu menuju kamar mandi untuk menenangkan dirinya sebelum beranjak tidur, tanpa sedikitpun menyadari bahwa pakaian yang Jiah kenakan adalah pakaian miliknya.

.

Hari berikutnya, Jiah harus menerima keadaan yang sama kembali. Kyuhyun berangkat ke rumah sakit pagi-pagi sekali. Selama Jiah berada di Busan, Jiah hanya bisa bertemu dan banyak bicara dengan Kyuhyun di hari pertama. Setelah hari itu, keduanya mungkin hanya bisa saling bertemu di alam mimpi saja. Hari itu, Jiah memutuskan untuk mengunjungi pusat perbelanjaan untuk mengusir kebosanannya. Jiah masuk toko satu ke toko lainnya, membeli beberapa baju untuknya dan tentu saja untuk Kyuhyun. Apapun perasaan yang ia rasakan pada Kyuhyun, ia tetap tidak mungkin bisa hanya memikirkan dirinya sendiri. Hingga di satu toko yang biasa ia datangi bahkan saat di Seoul, ia menangkap sosok Victoria yang sedang berbelanja bersama dengan dua temannya. Jiah memutuskan untuk tidak mempedulikannya. Namun takdir berkata lain, Victoria dan kedua temannya berada tidak jauh dari Jiah, hingga Jiah dapat mendengar pembicaraan mereka bertiga.

.

“Kau benar-benar akan berusaha mendekatinya lagi?” tanya seorang teman.

.

“Aku mungkin akan terdengar cukup gila. Tapi aku ingin mencobanya, Jieun-ah”, jawab Victoria.

.

“Bahkan setelah kau tahu dia sudah menikah?” tanya seorang teman lainnya.

.

“Hhh… Dia pikir aku bodoh. Cho Kyuhyun tetap tidak bisa menutupi kenyataan bahwa istrinya tidak mencintai dia. Dulu maupun sekarang. Cintanya tetap bertepuk sebelah tangan, Hana-ya…” kata Victoria menjawab pertanyaan temannya, Hana.

.

“Tapi kau mengatakannya sendiri, Vic, Kyuhyun mencintainya. Bagaimana bisa kau merebutnya? Kyuhyun mencintai wanita yang sama selama bertahun-tahun. Bukankah itu berarti bahkan sampai kapanpun Kyuhyun akan tetap mencintai wanita itu?” tanya Hana lagi.

.

“Kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi di masa mendatang, Hana-ya. Kalian tahu? Akhir-akhir ini, istri Kyuhyun bertemu dengan teman kuliahnya di New York. Mereka bertemu setiap hari. Aku pikir pria itu cukup menarik secara fisik. Walaupun pria itu tidak memberikan afeksi seintim Kyuhyun, tapi aku selalu melihat tawa diwajah istrinya setiap saat dia bersama dengan pria itu. Aku juga sudah mengirimkan beberapa foto mereka berdua yang ku ambil pada Kyuhyun. Aku yakin, sebentar lagi Kyuhyun akan goyah”, kata Victoria dengan keyakinannya.

.

“Kau meragukan kesetiaan Kyuhyun pada istrinya, Vic. Aku rasa akan sangat sulit bagi Kyuhyun untuk berpaling dari wanita yang sangat ia cintai selama bertahun-tahun”, sambung Jieun.

.

“Tidak, Jieun-ah… Aku justru berpikir sebaliknya. Kyuhyun sudah mencintai wanita itu cukup lama. Hingga wanita itu menjadi istrinya sekarang. Namun yang terjadi justru berbanding terbalik dengan harapannya. Bahkan disaat dia sudah memiliki wanita itu, dia tetap tidak mendapatkan cintanya. Ditambah dengan bukti foto yang ku kirimkan padanya, hal itu akan semakin menguatkan alasannya untuk menyerah, bukan? Aku akan mengambil kesempatanku disana…” kata Victoria menjelaskan rencananya.

.

“Aku tetap tidak yakin dengan rencana mu itu, Vic. Sangat sulit menggerakkan hati Kyuhyun”, kata Jieun berpendapat.

.

“Kau harus yakin, Jieun-ah… Karena kau tahu? Kyuhyun sudah berubah. Ia menjadi lebih lembut dan mudah diajak bicara. Dan…… Beberapa kali aku sudah berhasil memeluk dan mencium pipinya”, kata Victoria diiringi dengan tawa riangnya.

.

Jiah yang mendengar semua hal itu segera meninggalkan toko. Ia tidak ingin memikirkan apapun yang ia dengar beberapa saat yang lalu. Ia terus berjalan menuju lobby untuk segera kembali ke apartment dan mengakhiri sesi belanja nya hari itu. Dalam perjalanan melewati lobby, Jiah melihat sosok yang ia kenal sedang berjalan dengan sebuah kotak cukup besar ditangannya.

.

“Joon-ah!” seru Jiah.

.

“Eo! Jiah-ya… Apa yang kau lakukan disini? Kau sendiri?” tanya Lee Joon.

.

“Eo… Aku hanya membeli beberapa baju saja. Apa yang kau bawa?” tanya Jiah.

.

“Beberapa kotak kopi untuk café ku. Hmm… Kau sudah selesai berbelanja? Mau ku antar pulang?” tanya Lee Joon.

.

“Tidak perlu. Kau terlihat sedang sibuk”, jawab Jiah.

.

“Sibuk? Aku? Tidak, Kwon Jiah. Seorang Lee Joon tidak pernah sesibuk itu untuk seorang sahabat. Ayo, aku antar…”

.

Lee Joon pun berhasil memaksa Jiah untuk naik ke mobilnya. Di sepanjang perjalanan Jiah menceritakan apa yang baru saja didengarnya dari Victoria. Benar. Jiah selalu menceritakan semua hal pada Lee Joon, sama seperti ia menceritakan semua hal pada Soojung dan Donghae. Mereka berdua benar-benar hanya sebatas teman. Mereka tidak pernah melewati batas pertemanan itu. Terlebih dengan kondisi Jiah yang sudah menikah, dan Lee Joon yang sudah bertunangan dengan seorang gadis korea yang tinggal di Seattle. Hanya saja, setiap orang yang melihat kedekatan keduanya selalu menaruh curiga pada mereka.

.

.

#########################

 .

.

Jiah sampai pada tujuannya. Jiah segera turun dari mobil Lee Joon dan mengucapkan terima kasih nya pada Lee Joon. Mobil Lee Joon pun berlalu meninggalkan Jiah di pinggir jalan. Jiah belum beranjak hingga mobil Lee Joon berbelok. Tiba-tiba, tangannya digenggam kencang oleh seseorang dari belakang. Orang itu memutar tubuh Jiah untuk menghadap padanya. Cho Kyuhyun. Wajah Kyuhyun benar-benar dipenuhi dengan amarah. Kyuhyun pun segera menarik paksa lengan Jiah masuk ke apartment mereka. Berkali-kali Jiah memberontak, namun Kyuhyun tetap tidak melepaskan genggaman tangannya. Hingga saat pintu apartment mereka tertutup, Kyuhyun baru melepaskan lengan Jiah.

.

“Apa yang kau lakukan, Cho Kyuhyun? Kau menyakitiku!” seru Jiah.

.

“Kau yang menyakitiku, Kwon Jiah! Apa yang kau lakukan dengan pria itu?” tanya Kyuhyun.

.

“Aku bertemu dengannya di lobby pusat perbelanjaan. Dia menawarkan untuk mengantarku pulang. Kau puas?”

.

“Jangan membohongiku, Kwon Jiah. Kau berselingkuh dibelakangku, bukan?” tanya Kyuhyun menuduh.

.

“Apa? Kau menuduhku berselingkuh? Apa buktinya? Kau tidak bisa menuduhkan sesuatu yang tidak ku lakukan tanpa bukti”, kata Jiah menantang.

.

“Aku sudah mengetahui semuanya, Kwon Jiah! Kau selalu pergi ke café nya. Dia bahkan menyentuhmu”.

.

“Apa??? Apa maksudmu dengan menyentuh? Dia tidak menyentuhku seperti yang kau pikirkan, Cho Kyuhyun! Jangan membuat tuduhan palsu!”

.

“Aku tidak menuduh tanpa bukti. Aku sudah……”

.

“Kau sudah apa?” tanya Jiah memotong kalimat Kyuhyun. “Kau melihat foto-foto kami? Mantan kekasihmu itu mengirimkannya padamu?”

.

“Jangan bawa Victoria dalam masalah ini. Dia tidak memiliki andil dalam hal ini”, kata Kyuhyun.

.

“Benar. Begitupun dengan Lee Joon. Berapa kali aku harus mengatakan padamu bahwa dia adalah temanku. Dia hanya temanku, Cho Kyuhyun!” seru Jiah.

.

“Apakah dengan dia menjadi temanmu, maka dia bisa menyentuhmu?!?!” Kyuhyun balas berseru pada Jiah.

.

“Cukup!!! Kau mengatakan seolah aku adalah wanita murahan, Cho Kyuhyun. Teganya kau mengatakan itu padaku”.

.

“Tidak, Jiah! Kita sedang membicarakan tentang pria itu. Dia menyentuhmu!”

.

“Bagaimana denganmu??? Apa aku mengatakan sesuatu tentang pertemuanmu kembali dengan mantan kekasihmu? Apa aku keberatan kau menawarkan tumpangan padanya di pagi hari? Apa aku membuat keributan saat dia memeluk dan menciummu? Katakan, Cho Kyuhyun! Apa aku melakukan itu?!?!” seru Jiah.

.

“Dia yang mengambil kesempatan itu padaku. Aku tidak melakukan apapun padanya!”

.

“Bagaimana denganku? Apa aku melakukan hal yang sama dengan Victoria? Aku juga tidak melakukan apapun, Cho Kyuhyun!”

.

“Kau pergi ke café nya, Kwon Jiah!!!”

.

“Hhh… Hanya karena itu??? Kau menyamakanku dengan mantan kekasihmu hanya karena itu??? Ada apa denganmu, Cho Kyuhyun? Kenapa kau melakukan ini padaku???”

.

“Aku suamimu, Kwon Jiah. Jangan lupakan itu! Aku memiliki hak atas dirimu!”

.

“Aku rasa kau salah dalam memahamiku, Cho Kyuhyun. Kau pikir aku masih dengan bodohnya mengharapkanmu? Tidak. Sejak hari itu aku sudah membuang jauh perasaanku padamu. Benar. Kita memang sudah menikah. Tapi jangan lupakan bahwa sejak awal aku mengatakan padamu bahwa aku tidak memiliki perasaan apapun padamu. Dan apa yang terjadi malam itu… Tidak berarti apa-apa bagiku. Kau tidak bisa memberikan cap padaku bahwa aku milikmu. Aku muak dengan semua sikapmu. Pernahkah kau memikirkan perasaanku? Aku lelah denganmu, Cho Kyuhyun… Aku selalu berusaha bertahan untuk menghadapimu. Tapi aku hanya menemukan diriku semakin lelah bersamamu. Kau selalu mempermainkan perasaanku…”, kata Jiah yang mulai tidak bisa menahan emosinya.

.

“Kau yang selalu mempermainkanku, Kwon Jiah. Setiap aku menatapmu, aku tidak bisa membacamu. Kau begitu sulit untuk diartikan. Di suatu saat kau bersikap seolah kau peduli padaku, tapi disaat yang sama kau menunjukkan kebencianmu padaku melalui mata itu. Aku selalu berusaha melakukan yang ku bisa untuk mendapatkanmu, tapi saat harapanku sudah tergantung tinggi, kau menjatuhkannya begitu saja. Apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu mencintaiku seperti aku mencintaimu? Aku merasakan rasa sakit karena perasaan ini, tapi aku tetap tidak bisa melepasmu. Aku mencintaimu melebihi diriku sendiri, Kwon Jiah…”

.

“Tidak, Cho Kyuhyun. Perasaan yang kau miliki bukan cinta. Kau tidak akan bisa melakukan ini padaku jika kau mencintaiku. Sejak awalpun kau mengatakan bahwa kau tidak menyukaiku. Jangan menyalah artikan perasaanmu itu…” kata Jiah dengan air mata yang sudah menetes di pipinya.

.

“Aku pernah mengatakannya padamu, Kwon Jiah. Aku tidak pernah sekali pun berbohong padamu. Sejak awal aku memang tidak menyukaimu. Bahkan sejak aku menerima surat yang kau tuliskan untukku. Aku tidak suka dengan pikiranku yang terganggu setelah membaca surat itu. Aku tidak menyukai respon jantungku yang berdetak cepat saat bertemu denganmu. Aku bahkan lebih tidak menyukai sikapmu yang seolah tetap dingin disekitarku. Saat itu kau yang mengatakan bahwa kau menyukaiku. Tapi kau mempermainkan hatiku dengan mengatakan kau hanya ingin aku mengetahui perasaanmu dan tidak mengharapkan apapun dariku, kau bahkan cenderung menjaga jarakmu dariku……”

.

“… Hari pertama di SMA, aku membenci diriku karena tidak bisa mengendalikan diriku yang terlalu senang melihatmu berada di sekolah yang sama denganku. Lalu kau muncul di ambang pintu kelas dengan keraguan di wajahmu. Kau berdiskusi dengan Soo Jung tentang tempat duduk. Aku mendengarnya. Aku menemukan diriku merasa kecewa saat kau mengatakan bahwa kau tidak ingin duduk bersamaku. Lagi-lagi kau mempermainkanku. Aku kembali merasa tidak nyaman dalam diriku saat kau bicara padaku. Kwon Jiah. Akhirnya aku mengetahui namamu hari itu. Kau lupa? Bahkan kau tidak menuliskan namamu dalam suratmu. Kau hanya meninggalkan jejak wajahmu dalam pikiranku selama bertahun-tahun. Hari berikutnya kau mulai berseteru denganku mengenai hadiah-hadiah itu. Jantungku kembali berdetak cepat meski kita tidak membicarakan hal baik dan manis. Aku tetap menyukainya. Mendengar suaramu dan melihat ekspresi wajahmu yang berubah dengan cepat. Tapi hari-hari berikutnya kau kembali bersikap dingin. Aku mulai meragukanmu…”

.

“… Hingga hari terburuk itu datang. Aku marah padamu karena kau mempermainkan perasaanku. Kau pun marah padaku karena perkataanku yang menyakitimu. Lalu kau pergi begitu saja meninggalkan aku yang terlanjur jatuh cinta padamu. Bagaimana aku bisa menyukai mu setelah semua hal yang kau lakukan padaku? Seharusnya aku membencimu, Kwon Jiah. Tapi dihari aku kembali menemukanmu, jantungku menyerah. Aku mencintaimu. Hanya itu yang aku tahu…” kata Kyuhyun yang akhirnya menyatakan semua hal yang ia rasakan sejak bertahun lamanya.

.

“Cho Kyuhyun, jang……”

.

Kyuhyun bergerak maju dan menarik tengkuk Jiah. Ia mencium bibir Jiah, menahan kalimat yang ingin dikatakan oleh Jiah dengan bibirnya. Jiah memberontak dalam pelukannya, namun kekuatan Kyuhyun tidak bisa ia kalahkan begitu saja.

.

“Lepaskan aku, Cho Kyuhyun…” kata Jiah yang akhirnya terlepas dari rengkuhan Kyuhyun. “… Aku tidak bisa. Aku tidak bisa membohongi diriku. Aku tidak bisa terus menyakitimu. Sejak hari dimana aku mendengar rencana pernikahan kita, aku berusaha meyakinkan diriku semua hal akan baik-baik saja, hingga pernikahan itu benar-benar terjadi. Aku tidak bodoh, Cho Kyuhyun. Semua hal yang kau lakukan untukku dan semua kata yang kau ucapkan untuk mengungkapkan perasaanmu, aku menyadarinya. Aku melihatnya, mendengarnya, memahaminya……”

.

“… Aku sudah mencoba, Cho Kyuhyun. Aku selalu mencoba untuk membuka hatiku dan membiarkan kau masuk kembali. Karena itu aku membiarkanmu melakukan semua hal yang kau inginkan padaku. Semua! Tapi apa dayaku…… Semua hal manis yang kau lakukan, menguap begitu saja saat kau membuatku kembali kecewa padamu, saat kau menyakitiku dengan sikapmu. Aku kembali diingatkan pada rasa sakit yang ku terima bertahun yang lalu. Semua usahaku untuk mencoba kembali menumbuhkan perasaanku padamu hilang begitu saja. Aku tidak membencimu, Cho Kyuhyun. Aku membenci diriku sendiri…… karena selalu membuatmu merasakan rasa sakit. Percayalah… Aku tidak membencimu. Aku menyukaimu. Tidak ada pria lain sepertimu dalam hidupku. Aku terlalu menyukaimu hingga tidak bisa pergi darimu. Aku hanya…… tidak menemukan keyakinan dalam diriku untuk…… mencintaimu lagi. Dan hal itu membuatku semakin membenci diriku. Aku tidak suka menyakiti perasaan orang lain karena keberadaanku. Aku juga ingin kau bahagia, Cho Kyuhyun…”

.

“Kebahagiaanku ada padamu, Kwon Jiah. Seharusnya kau tahu itu…” kata Kyuhyun sambil memegang wajah Jiah.

.

“Aku juga membawa rasa sakit bagimu, Cho Kyuhyun. Jangan lupakan hal itu”.

.

“Apa maksudmu dengan mengatakan semua hal itu, Jiah-ya?”

.

“Aku rasa kita membutuhkan waktu untuk memikirkan hubungan ini, Cho Kyuhyun… Aku butuh waktu…” kata Jiah sambil melepaskan tangan Kyuhyun dari wajahnya.

.

“Kau tidak bermaksud meninggalkanku, bukan? Jiah-ya, katakan kau tidak akan meninggalkanku…”

.

“Berikan aku waktu, Cho Kyuhyun…”

.

.

.

TBC…

67 thoughts on “Since I (have) met you : Part 8

Leave a comment