Since I (have) met you : Part 3

Author: Okada Kana

Category: PG-15, Romance, Chapter

Cast: Cho Kyuhyun, Kwon Jiah (OC)

Other Cast:

Jung Soo Jung, Kwon Yuri, Kwon Jiyong (cameo), Yoon Bora (cameo), Im Yoona (cameo), Shin Jimin (cameo), Yerin (cameo)

 

Disclaimer:

Annyeonghaseyo… Kana kembali dengan part 3 Since I (have) Met You. Bagaimana pendapat kalian sejauh ini? Aku berharap FF ini tidak mengecewakan dan dapat diterima dengan baik. Ja, siapa dari kalian para readers yang sudah gemes menunggu Kyuhyun’s Point of View??? Adakah??? Jika ada, di part inilah akhirnya kalian akan mendapatkannya. Hal itu sekaligus mengawali terkuaknya seluruh isi pikiran laki-laki dingin menyebalkan yang ingin kalian ketahui sejak awal. Tapi… Sedikiiiiittt saja. Karena POV versi lebih panjangnya baru bisa ditemukan di part selanjutnya. Dan mulai part ini, aku akan kembali mencoba menyisipkan beberapa lagu-lagu dalam playlistku yang mungkin bisa menjadi background plot FF ini.

FF ini murni berasal dari kepalaku. Ide cerita yang muncul berasal dari beberapa drama yang sudah aku tonton. Tapi cerita dalam FF ini tidak menggunakan ataupun mengikuti cerita drama yang sudah ada. Seperti biasanya, mohon maaf jika ada kesamaan nama, tokoh, karakter, cerita, atau apapun dalam FF ini. Karena seperti yang aku katakan, ini adalah kisah cinta sederhana yang bisa dialami siapa saja. Aku juga berusaha sebisa mungkin untuk menghindari typo. Tapi, aku juga manusia biasa yang bisa membuat kesalahan, jadi mohon dimaklumi. No bash, smart comments and critics always accepted. Selamat membaca…

.

.

 

.

.

Review Part 2

“Kwon Jiah, kau baik-baik saja? Ada apa?”

“Hmm??? Ah… Aku baik-baik saja”.

“Bagus jika begitu! Itu berarti pernikahan mereka dapat dipercepat, bukan?”

“Ne??? Aniyo… tentang itu, bibi……”

“Tidak perlu sampai dipercepat, eomma. Satu tahun tidak akan lama. Benar bukan, Jiah-ya?”

“Ne, Kyuhyun benar, bibi. Tidak perlu terburu-buru”.

“Good job, Kwon Jiah”.

——————–

“Kwon Jiah! Kenapa begitu terlambat? Apa terjadi sesuatu di kelas?”

“Tidak ada. Semua baik-baik saja”.

“Cho Kyuhyun, siapa dia? Kekasihmu?”

“Sunbae, benarkah dia bukan kekasihmu?”

“Kalian sangat mencurigakan. Terlalu dekat untuk ukuran hubungan pertemanan”.

“Nada bicara yang mereka gunakan sangat datar dan dingin, tapi ada kedekatan didalamnya. Aku tetap merasakan hal yang aneh…”

“Kwon Jiah bukan kekasihku… Dia tunanganku…”

——————–

“Ada apa, Kwon Jiah? Jantungmu kembali berdebar? Lihatlah… Kau masih menyukaiku…”

“Mwoya… Kau berbohong padaku?”

“Kenapa aku harus berbohong padamu? Tidak penting melakukan itu. Hhh… Kwon Jiah… Pada akhirnya kau tidak berhasil melupakanku, bukan? Ini semakin menarik… Kau tidak bisa berbohong. Semoga beruntung…”

 

 

.

.

-Since I (have) met you : Part 3-

.

.

 

 

.

.

Author’s POV

3 bulan sebelum pernikahan

Di Kediaman Keluarga Kwon

.

 

 

.

BGM: 10CM – Good Morning

.

 

 

.

Persiapan pernikahan sudah mulai dilakukan. Pemesanan lokasi, catering, undangan, bahkan gaun dan tuxedo sudah mencapai tahap deal dan finishing. Upacara pernikahan yang semula direncanakan akan dilaksanakan 3 bulan setelah acara pertunangan, terpaksa harus diundur selama 2 bulan karena jadwal internship Kyuhyun yang sudah dimulai. Kyuhyun butuh waktu setidaknya 3 bulan untuk memenuhi jadwalnya sebelum ia bisa mengajukan cuti selama beberapa hari hingga satu minggu. Semua hal yang perlu disiapkan sudah hampir selesai, kecuali hal-hal yang memerlukan campur tangan dari mempelai yang bersangkutan. Karena rencananya untuk mengajukan cuti, Kyuhyun harus berhadapan dengan jadwal padat sebagai pengganti jadwalnya yang akan dikosongkan di bulan September mendatang. Dalam satu minggu ia mengambil double shift setidaknya selama dua hari untuk memenuhi jumlah jadwal kosong yang ia inginkan. Sementara Jiah sedang disibukkan dengan persiapan pameran tahunan yang akan dilaksanakan minggu depan. Sekurang-kurangnya Jiah memerlukan 1 lukisan dan 1 arrangement lagi agar terbebas dari semua tugasnya. Namun tiba-tiba ditengah jadwal padat mereka, sebuah tugas harus mereka jalankan. Kali ini tidak bisa dihindari dan harus dilakukan oleh keduanya. Tanpa terkecuali. Mengurus surat-surat dan fitting baju.

.

“Selamat pagi, eomma…” kata Jiah yang baru saja bangun dari tidurnya pada eomma nya di pantry dapur.

.

“Selamat pagi, sayang…” sapa Nyonya Kwon dengan senyum mengembang diwajahnya.

.

“Apa yang sedang eomma lakukan?” tanya Jiah.

.

“Eomma sedang memeriksa list keperluan untuk upacara pernikahanmu, Jiah-ya. Sepertinya masih ada beberapa hal yang belum eomma periksa dengan teliti”, jawab Nyonya Kwon.

.

“Eomma, haruskah sesibuk ini? Kita bisa melakukannya dengan sederhana…”

.

“Aniya… Bagaimanapun ini adalah pernikahan anak perempuan termuda keluarga ini. Eomma harus membuatnya istimewa. Karena Jiah-ku adalah gadis yang istimewa…” jawab Nyonya Kwon yang disambut dengan senyuman mengantuk diwajah Jiah.

.

“Tapi eomma terlihat sangat sibuk. Eomma bahkan tidak… hoam….. bekerja seperti biasanya. Apakah galeri akan baik-baik saja tanpa eomma?” tanya Jiah dengan suara serak bangun tidurnya.

.

“Aigoo uri ddal…” kata Nyonya Kwon yang meninggalkan hal yang dilakukannya dan menyentuh wajah Jiah dengan kedua tangannya. “Lihatlah wajahmu… Kau bahkan tidak bisa membuka matamu dengan lebar. Kau tampak sangat lelah, Jiah-ya. Apakah kau akan baik-baik saja? Kau mengerjakan project mu dengan sangat keras selama sebulan penuh. Kau jarang memakan sarapanmu. Kau juga selalu pulang larut malam lalu masuk ke kamarmu dan tidak keluar hingga pagi hari…”

.

“Gwaenchanha, eomma… Nan an-jugeo… (Aku baik-baik saja, eomma… Aku tidak akan mati…)” kata Jiah melontarkan candaanya pada ibunya.

.

“Auh… Kau ini. Tidakkah sebaiknya kau beristirahat satu hari saja? Untuk sebuah lukisan, kau masih memiliki waktu 1 minggu. Wajahmu pagi ini tidak terlihat baik, Jiah-ya… Haruskah eomma menghubungi Kyuhyun untuk melakukan pemeriksaan padamu?” tanya Nyonya Kwon.

.

“Tidak eomma… Tidak perlu sampai seperti itu. Aku baik-baik saja. Lagipula, dia sibuk dengan jadwalnya, eomma. Tidak perlu mempersulitnya…”sanggah Jiah.

.

“Baiklah… Kau yakin akan tetap pergi ke kampus?” tanya Nyonya Kwon khawatir.

.

“Ne… Hari ini aku hanya perlu berada disana sampai pukul 12. Eomma tidak perlu khawatir…” kata Jiah meyakinkan ibunya. “Eomma…” panggil Jiah.

.

“Hmm?”

.

“Eomma bahagia?” tanya Jiah.

.

“Kenapa kau bertanya seperti itu?” tanya Nyonya Kwon.

.

Jiah menggelengkan kepalanya cepat. “Ani… Aku hanya bertanya. Eomma bahagia?” tanya Jiah mengulangi pertanyaannya.

.

“Tentu saja, Jiah-ya… Melihatmu kembali, melihat senyum manis itu lagi, mendengar suara merdumu, dan menatap wajah cantik itu. Tentu saja eomma bahagia”, jawab Nyonya Kwon dengan wajah yang berseri. “Kau?”

.

“Hmm??? Ah… Jika eomma bahagia, tentu aku juga merasakan kebahagiaan itu, eomma” jawab Jiah dengan senyuman diwajahnya.

.

“Benarkah? Lalu kenapa wajahmu terlihat seperti itu?” tanya Nyonya Kwon.

.

“Seperti apa? Eomma jangan berpikir yang tidak-tidak. Wajah ini hanya menunjukkan kondisi tubuh pemiliknya. Lagipula aku baru saja bangun tidur, eomma. Kesadaranku belum berkumpul sepenuhnya”, jawab Jiah menyangkal rasa curiga eomma nya.

.

“Benar begitu?” tanya Nyonya Kwon lagi.

.

Jiah mengangguk mantap, meyakinkan eomma nya. “Eomma, aku akan ke kamar dan bersiap-siap. Lebih cepat aku pergi, akan lebih cepat juga aku pulang. Sampai nanti, eomma…”

.

“Eo… Eo… Segera bersiaplah…”

.

.

.

At K University

Ternyata benar yang dikatakan Nyonya Kwon. Kondisi Jiah hari itu memang benar-benar kurang baik. Jiah tidak bisa benar-benar fokus pada hal-hal yang dikerjakannya. Selain itu kelopak matanya terasa begitu berat. Ia seringkali menyandarkan kepalanya ke badan kursi karena rasa lelah yang begitu hebat di kepalanya. Namun ia harus memaksakan dirinya agar project yang sedang ia kerjakan selesai pada waktunya.

.

Pada pukul 11, Jiah menerima telepon dari Nyonya Cho. Tentu saja mengetahui kepribadian seorang Kwon Jiah, permintaan calon ibu mertuanya tidak bisa ia tolak. Nyonya Cho meminta Jiah untuk menunggu di halte depan kampusnya, karena nanti Kyuhyun akan menjemputnya disana pukul 12. Namun hingga pukul 2.15, Kyuhyun belum juga muncul disana. Situasi lingkungan sekitar sudah mulai sepi. Hanya ada satu dua orang yang berlalu lalang. Jiah kembali melihat jam tangannya yang sudah bergerak ke menit selanjutnya. Entah sudah kali ke berapa Jiah mengeluarkan ponsel dari saku coat nya dan menekan nomer Kyuhyun untuk menghubungi nya. Akhirnya Jiah bangkit berdiri setelah merasa cukup lelah menunggu lebih dari dua jam. Kyuhyun tidak menjawab panggilannya. Lalu tiba-tiba sebuah SUV hitam berhenti tepat di depan halte. Sang pemilik mobil keluar dengan hawa yang tidak menyenangkan kemudian membanting pintunya dengan cukup keras. Ia bahkan tidak mengenakan coat nya dan terus berjalan menuju halte.

.

“Mwoya neo???” pertanyaan itu yang pertama kali keluar dari mulut Kyuhyun.

.

.

BGM: J.ae – 사랑했을까?(Did I Ever Love You?)

.

.

“Apa?” tanya Jiah tidak mengerti dengan pertanyaan Kyuhyun.

.

“Bukankah aku sudah mengatakan padamu aku memiliki jadwal yang sangat padat minggu ini? Kau lupa? Tidak bisakah kau mengingat hal seperti itu saja?!?” tanya Kyuhyun dengan nada tinggi dan marahnya.

.

“Ya Cho Kyuhyun! Kau pikir ini rencanaku?” tanya Jiah.

.

“Aku tahu. Ini rencana mereka. Tapi tidak bisakah kau menolaknya? Tidak bisakah beralasan untuk tidak pergi? Eo?!?!” Kyuhyun berteriak.

.

Jiah tersentak dengan teriakan Kyuhyun. Air matanya mulai menggenang. Namun ia tetap berusaha menahannya. “Ya… Lalu apa yang kau lakukan disini? Jika kau tidak ingin melakukannya, kenapa kau datang? Kenapa melemparkan semua kesalahan padaku?” tanya Jiah kesal.

.

“Dan harus menerima semua kemarahan mereka karena membiarkanmu berada disini sepanjang hari menungguku?!?! Aku tidak punya waktu untuk hal itu, Kwon Jiah…”

.

“Kau pikir hanya kau seorang yang sedang sibuk? Aku juga memiliki kesibukanku sendiri, Cho Kyuhyun…”

.

“Lalu kenapa memaksakan untuk pergi bersama? Eo? Ch… Fitting? Melakukan semua kekacauan ini hanya untuk fitting??? Menjengkelkan… Hal itu bisa dilakukan secara terpisah. Pakaian kita pun berbeda. Apa tujuan dari pergi bersama???” tanya Kyuhyun dengan nada bicara yang belum kembali seperti semula.

.

“Benar! Kita tidak perlu melakukan itu bersama. Akupun tidak pernah menyukai berada dalam keadaan selalu bersamamu. Benar… Kita bisa melakukannya secara terpisah. Kau bisa pergi sekarang, Cho Kyuhyun. Kembali pada kesibukanmu…” kata Jiah dengan amarah yang sudah mengumpul dikepalanya.

.

“Apa katamu? Aku sudah datang kesini dengan terburu-buru dan meninggalkan pekerjaanku karena kau terus saja meneleponku berkali-kali. Lalu sekarang kau dengan mudah mengatakan aku bisa pergi? Setelah semua yang aku lakukan?!?! Jika akan seperti ini, kau tidak perlu meneleponku berkali-kali, Kwon Jiah!!!”

.

“Apa? Hhh… Jadi maksudmu ini salahku? Karena aku meneleponmu berkali-kali? Baik. Ini salahku…” kata Jiah. Air mata pun perlahan jatuh di pipinya. “Akupun tidak mengerti dengan jalan pikiranku. Aku yang bodoh, Cho Kyuhyun. Aku yang bodoh… Aku meneleponmu terus menerus, berharap kau mengangkatnya sekali saja dan mau mendengarkanku untuk tidak perlu datang jika kau sedang sangat sibuk. Atau setidaknya bersedia mendengarkanku untuk pergi kesana minggu depan saat jadwalmu tidak sepadat minggu ini. Akupun tetap berada disini menunggumu bahkan setelah lebih dari dua jam, hanya karena memikirkan kau yang akan datang walaupun terlambat. Kau benar, Cho Kyuhyun. Ini salahku. Salahku karena memikirkan orang lain yang bahkan tidak sedikitpun memikirkanku!!! Kau tidak berubah sedikitpun. Bagaimana kau bisa tetap hidup seperti itu selama ini, Cho Kyuhyun? Lupakan saja semua hal ini. Lakukan yang kau inginkan…” kata Jiah pelan pada akhir kalimatnya, lalu berbalik dan berjalan menjauh dari Kyuhyun.

.

“Kwon Jiah……” panggil Kyuhyun dengan suara seraknya.

.

Jiah terus berjalan menjauhi Kyuhyun yang berdiri membeku dua meter sebelah selatan halte. Ia menghapus jejak air mata di pipinya dan mempercepat langkahnya. Saat jaraknya sudah cukup jauh dari Kyuhyun, seseorang menghentikan langkahnya. Kakak perempuan Jiah, Kwon Yuri, berada disana. Yuri menghentikan Jiah yang sontak berhenti dengan napas terengahnya karena lelah dan marah.

.

“Jiah-ya…” kata Yuri pelan.

.

“Apa yang eonni lakukan disini? Memantau kami?” tanya Jiah masih dengan amarahnya.

.

“Jiah-ya…”

.

“Kenapa harus seperti ini, eonni? Kenapa aku harus melakukan ini? Apa alasan dari semua kekacauan ini?” tanya Jiah.

.

“Mereka memiliki sebuah janji dengan bibi Park Ji Yoon yang sudah meninggal, Jiah-ya. Mereka ingin mewujudkan keinginannya untuk menikahkan anak-anak mereka”, kata Yuri menjelaskan.

.

“Kenapa aku, eonni? Seorang bibi diantara mereka memiliki anak perempuan yang sangat cantik. Bahkan dia seorang model yang terkenal dan juga pintar. Kenapa aku yang dipilih untuk mewujudkan keinginan itu? Kenapa Cho Kyuhyun???” tanya Jiah dengan nada marahnya.

.

“Jiah-ya… Akupun tidak tahu semuanya akan berakhir seperti ini. Semua terjadi begitu cepat. Awalnya keluarga Cho datang hanya untuk mengenalkan kau dengan Cho Kyuhyun. Namun keadaan berbalik saat kenyataan bahwa kau dan Kyuhyun sudah saling mengenal diketahui oleh semua orang. Sikap Kyuhyun yang berlaku baik padamu mengubah segala keraguan mereka. Aku melihat keraguanmu hari itu. Maafkan aku karena tidak melakukan apapun…”

.

“Eonni, aku ingin pulang. Bisakah?” tanya Jiah lemah.

.

“Eo… Ayo kita pulang, Jiah-ya…” jawab Yuri menyerah.

.

.

####################

.

.

Sesaat setelah tiba dirumah, Jiah langsung masuk ke kamarnya tanpa bicara pada siapapun yang berpapasan dengannya. Nyonya Kwon yang melihat Jiah masuk ke dalam rumah, menatap bingung pada sikap Jiah. Ia bermaksud ingin menemui Jiah dan bicara dengannya, namun Yuri sudah lebih dulu mencegahnya. Yuri menjelaskan pada Nyonya Kwon bahwa Jiah dan Kyuhyun hanya sedang memiliki sebuah masalah yang menimbulkan pertengkaran kecil diantara mereka. Nyonya Kwon pun mengurungkan niatnya dan membiarkan Jiah beristirahat di kamarnya.

.

Hari berganti malam, namun Jiah tidak juga keluar dari kamarnya. Hal itu membuat Nyonya Kwon dan Yuri menjadi khawatir. Terlebih Nyonya Kwon juga mengetahui keadaan Jiah yang sedang kurang baik sejak pagi tadi. Yuri yang mengetahui keadaan Jiah terakhir kali, hanya bisa menatap cemas pada pintu kamar Jiah yang tertutup rapat. Yuri ingin sekali masuk kesana, namun hati dan pikirannya menghalangi nya. Yuri tahu benar bagaimana sifat adiknya itu. Ia tidak akan mau diganggu saat keadaan mood nya sedang berantakan. Nyonya Kwon dan Yuri akhirnya hanya bisa duduk di sofa beberapa meter dari pintu kamar Jiah, menunggu pintu itu terbuka. Tiba-tiba, sosok Kyuhyun muncul dari belakang bibi Han. Nyonya Kwon dan Yuri sontak menoleh pada Kyuhyun yang datang dengan senyum tipis diwajahnya. Rasa lelah tetap tampak diwajahnya, meski ia berusaha sebisa mungkin menutupinya. Kyuhyun menundukkan kepalanya memberi salam pada Nyonya Kwon dan Yuri, lalu berjalan mendekati mereka.

.

“Aigoo… Kau tampak sangat lelah, Kyuhyun-ah…” kata Nyonya Kwon.

.

“Aku baru menyelesaikan double shift ku hari ini, eomeoni… Apa yang eomeoni dan nuna lakukan disini?” tanya Kyuhyun.

.

“Kami sedang menunggu Jiah keluar dari kamarnya, Kyuhyun-ah. Sejak kembali siang tadi, dia tetap berada didalam. Sejak pagi Jiah belum makan. Aku merasa sangat khawatir padanya. Apa yang terjadi?” tanya Nyonya Kwon dengan nada khawatirnya.

.

“Hanya masalah kecil, eomeoni. Hmm… Jika diijinkan, bolehkah aku masuk ke kamarnya?” tanya Kyuhyun yang dijawab dengan anggukan oleh Nyonya Kwon.

.

“Cho Kyuhyun…” panggil Yuri saat Kyuhyun baru akan melangkah. Kyuhyun menoleh pada Yuri, menunggu kata-kata yang akan diucapkan oleh calon kakak iparnya itu. “Bersabarlah dalam menghadapinya… Dia sangat sulit dihadapi dalam situasi seperti ini…” kata Yuri memberikan saran.

.

“Ne, nuna…”

.

Kyuhyun pun melangkahkan kaki nya menuju kamar Jiah. Ia berhenti sejenak didepan pintu dan berusaha mengetuk pintu kamar itu. Kyuhyun sudah mengetuk pintu itu berkali-kali, namun tidak ada jawaban sedikitpun dari dalam kamar. Akhirnya Kyuhyun memutuskan untuk membuka pintu itu tanpa ijin dari Jiah. Hal pertama yang menyambut Kyuhyun setelah membuka pintu kamar itu adalah kegelapan, yang disertai dengan kesunyian suasana kamar. Tidak seperti yang dibayangkan Kyuhyun akan kacau nya kondisi kamar Jiah, kamar itu masih terlihat sangat rapi. Gelapnya kondisi kamar itu dibantu oleh sebuah penerangan dari kamar mandi yang terbuka. Kyuhyun pun masuk ke dalam kamar, lalu menutup pintu kamar itu. Ia berjalan perlahan mendekati sebuah tempat tidur yang cukup besar di sudut kanan ruangan. Jiah ada disana. Berbaring tanpa suara sedikitpun. Kyuhyun menghentikan langkahnya dan segera duduk dilantai tepat disebelah tempat tidur tanpa kaki milik Jiah. Ternyata Jiah sedang tertidur dengan irama napas yang teratur dan lembut.

.

“Kwon Jiah…” panggil Kyuhyun berbisik.

.

Jiah tidak bereaksi sedikitpun. Kyuhyun pun menyentuhkan tangannya di lengan Jiah yang tertutup selimut. “Kwon Jiah…” ia memanggil Jiah sekali lagi sambil menepuk pelan lengan Jiah. Namun Jiah tetap tidak mendengarnya. Akhirnya Kyuhyun menaikkan sedikit volume suaranya dan kembali berusaha membangunkan Jiah. “Kwon Jiah……”

.

Kali ini berhasil. Jiah perlahan membuka matanya, mencoba mengumpulkan kesadarannya. Jiah menghela napas panjang sebelum akhirnya menoleh pada sosok yang memanggil namanya itu. Seorang Cho Kyuhyun yang masih dengan kemeja putihnya sedang memandangi wajah bangun tidurnya. Pakaian yang dikenakan Kyuhyun masih sama dengan yang dilihatnya siang tadi. Namun kondisi dasi di lehernya sudah di renggangkan dan lengan kemejanya sudah digulung hingga siku. Kyuhyun yang lelah sedang berada di hadapannya.

.

“Jangan hari ini, Cho Kyuhyun…” kata Jiah dengan suara seraknya. “Aku sudah tidak punya cukup energy untuk bertengkar denganmu…”

.

“Aku tidak datang untuk bertengkar denganmu. Eomeoni dan Yuri nuna berada diluar menunggu mu keluar dari kamar. Mereka khawatir padamu. Kenapa kau tidak keluar?” tanya Kyuhyun pelan.

.

“Aku tidak tahu… Aku akan keluar sepuluh menit lagi. Beritahu mereka… dan tolong nyalakan lampunya…” kata Jiah yang berusaha bangun dari tidurnya.

.

Kyuhyun segera beranjak bangun dan menyalakan lampu seperti yang Jiah katakan. Tidak segera keluar, Kyuhyun pun berbalik menghadap Jiah, bermaksud ingin memastikan kondisi Jiah. Benar saja. Saat Jiah menyibakkan selimutnya, ia memunculkan pemandangan yang cukup membuat Kyuhyun terkejut. Jiah masih menggunakan pakaiannya siang tadi, hanya saja ia sudah menanggalkan sweater dan celana jeans yang digantikan dengan celana pendek. Bukan pakaian Jiah yang mengagetkan Kyuhyun, namun kondisi Jiah lah yang membuatnya membelalakkan mata. Tubuh Jiah dibasahi keringat, seolah ia baru saja melakukan lari marathon berkeliling sungai Han. Wajahnya pucat pasi dan napasnya terlihat berat. Kyuhyun pun melangkah setengah berlari saat melihat Jiah mencoba bangkit berdiri. Kyuhyun menyentuh lengan Jiah yang ternyata terasa sangat panas.

.

“Tubuhmu sangat panas, Kwon Jiah…” kata Kyuhyun dengan nada tenang khas seorang dokternya.

.

“Aku tidak apa-apa. Hanya kelelahan…” kata Jiah masih dengan suara seraknya.

.

“Siapa yang sedang kau coba bohongi, Kwon Jiah? Aku seorang dokter”, kata Kyuhyun.

.

“Aku hanya perlu istirahat. Aku akan baik-baik saja besok…” kata Jiah yang mencoba melangkahkan kakinya.

.

“Kau mau kemana?” tanya Kyuhyun.

.

“Kau bilang eomma dan eonni menungguku… Aku akan ke kamar mandi sebentar, lalu keluar. Aku tidak akan lama… Dan Cho Kyuhyun……” jawab Jiah.

.

“Apa?”

.

“Tidak perlu memberitahukan kondisi ku ini pada mereka. Aku tidak mau membuat mereka khawatir. Sekarang lepaskan aku. Aku bisa berjalan sendiri. Aku benar-benar akan keluar dari kamar setelah ini”, kata Jiah.

.

“Tidak. Kau tidak perlu keluar. Aku akan mengatakan pada mereka kau sedang mengerjakan project mu. Aku akan membawakan makanan untukmu. Kau ingin makan sesuatu?” tanya Kyuhyun.

.

“Tidak perlu. Aku tidak lapar…”jawab Jiah.

.

“Katakan padaku apa yang kau inginkan jika kau tidak mau ku seret ke rumah sakit…” ancam Kyuhyun.

.

“Hhh… Baiklah… Cream sup, roti dan air mineral. Itu saja. Sekarang lepaskan aku. Aku benar-benar harus ke kamar mandi…” kata Jiah sambil mencoba melangkah.

.

“Arasseo. Jika kau ingin mandi, gunakan air hangat. Jangan memaksakan jika tidak kuat berdiri. Berpeganganlah pada sesuatu agar tidak jatuh…” kata Kyuhyun yang ikut berjalan mendampingi Jiah.

.

“Arasseo…… Sekarang lepaskan aku. Aku bisa ke kamar mandi sendiri, Cho Kyuhyun…”

.

“Eo… Hati-hati langkahmu…” kata Kyuhyun yang akhirnya melepaskan lengan Jiah.

.

Kyuhyun tetap berdiri disana, menatap Jiah yang melangkah masuk ke kamar mandi. Setelah memastikan Jiah masuk, akhirnya Kyuhyun berjalan keluar dari kamar Jiah untuk mengambilkan makanan yang Jiah inginkan. Sesampainya diluar, Nyonya Kwon dan Yuri berdiri saat melihat Kyuhyun keluar dari kamar Jiah.

.

“Bagaimana? Apa Jiah baik-baik saja?” tanya Yuri.

.

“Ne, nuna. Jiah baik-baik saja. Dia hanya merasa kelelahan dan tertidur. Sekarang Jiah sedang mandi…” jawab Kyuhyun.

.

“Apa kau bisa membujuknya makan?” tanya Nyonya Kwon.

.

“Ah… Jiah meminta cream sup, roti, dan air mineral”, jawab Kyuhyun.

.

“Arasseo. Aku akan segera membuatkannya…” kata Nyonya Kwon yang segera beranjak menuju dapur.

.

“Apa kalian bertengkar?” tanya Yuri hati-hati.

.

“Ne? Tidak, nuna. Kami sama-sama sedang tidak punya energy untuk bertengkar. Ah… nuna, aku permisi sebentar. Ada yang harus aku ambil di mobil…” kata Kyuhyun meminta ijin.

.

“Eo… Eo… Pergilah…” kata Yuri.

.

.

BGM: Ohyuk – 소녀 (Little Girl) [Reply 1988 OST]

.

.

Setelah Nyonya Kwon selesai membuat makanan yang diinginkan Jiah, Kyuhyun pun membawanya ke dalam kamar Jiah. Kyuhyun juga membawa serta sebuah tas hitam kecil yang tidak diketahui apa isinya. Kyuhyun masuk ke dalam kamar Jiah dengan perlahan, berharap Jiah akan mau memakan makanan yang ia bawakan. Namun ternyata Kyuhyun justru menemukan Jiah yang sudah kembali terlelap dibawa selimut tebalnya. Kyuhyun menghela napas panjang menyaksikan apa yang ada di hadapannya. Jiah memutuskan kembali tidur setelah meminum sebutir obat penurun panas yang ia miliki.

.

“Aku tahu akan jadi seperti ini. Kwon Jiah…… Bagaimana bisa kau minum obat tanpa makan sedikitpun. Percuma saja kau memiliki calon suami seorang dokter…” keluh Kyuhyun.

.

Kyuhyun pun meletakkan nampan yang dibawanya ke atas meja. Lalu berjalan mendekat ke tempat tidur Jiah. Ia membuka tas hitam yang dibawanya. Ternyata tas itu berisikan alat-alat infuse yang dibawa Kyuhyun setiap saat untuk keadaan darurat. Setelah mengeluarkan alat-alat itu dan meletakkan nya di meja kecil tepat disebelah tempat tidur Jiah, ia mengambil sebuah gantungan coat di belakang pintu kamar Jiah. Kyuhyun mulai merangkai satu persatu alat infuse itu, dan menggantungkan botol infuse ke gantungan coat. Kemudian Kyuhyun duduk bersimpuh di sebelah tempat tidur Jiah dan mengambil tangan kiri Jiah dari dalam selimut. Kyuhyun mengikatkan sebuah tourniquet di pergelangan tangan Jiah, kemudian meraba punggung telapak tangan Jiah untuk memeriksa pembuluh darah Jiah yang ternyata sangat jelas terlihat. Ia membuka bungkus alcohol swab dengan giginya, lalu mengambil isi nya dan mengusapkannya ke punggung telapak tangan Jiah. Ia pun mulai menusukkan jarum di pembuluh darah Jiah dan menyambungkannya dengan selang infuse. Kyuhyun mengatur aliran cairan infuse sebelum akhirnya merapikan infuse dengan plester agar tidak terlepas.

.

“Hhh… Ia bahkan tidak merasakan ada selang infuse yang baru saja masuk ditangannya. Kau benar-benar tahu caranya tidur dengan pulas, Kwon Jiah…” kata Kyuhyun sambil tersenyum.

.

Kyuhyun pun beranjak berdiri dan melangkah menuju saklar lampu di dekat pintu. Kyuhyun mematikan pencahayaan seluruh ruangan, dan menggantikannya dengan lampu tidur yang redup tepat di sebelah tempat tidur Jiah. Rasa lelah tiba-tiba kembali ia rasakan. Tubuhnya tidak bisa lagi berpura-pura kuat menahan segala kelelahan yang ia rasakan karena beberapa operasi dan kejadian-kejadian darurat yang terjadi di rumah sakit. Puncak rasa lelahnya baru terasa saat ia kembali duduk di lantai kamar Jiah yang dilapisi karpet, dan menyandarkan tubuhnya di tempat tidur Jiah. Kelopak matanya pun terasa berat, dan Kyuhyun tertidur tidak lama kemudian.

.

.

####################

.

.

Pukul 2 pagi, Jiah tiba-tiba terbangun dengan perasaan mendesak itu lagi. Ia harus segera ke kamar mandi. Obat yang ia minum selalu memberikan efek ingin buang air kecil dengan frekuensi waktu yang cukup sering. Ia pun bangun dan menyibakkan selimutnya. Matanya sontak terbelalak saat menemukan selang infuse di tangan kirinya. Tentu saja… Dia seorang dokter, Kwon Jiah. Kau tidak boleh melupakan itu… keluh Jiah. Ia pun menolehkan kepalanya ke kiri dan menemukan sebuah mangkuk yang masih ditutupi, piring dengan roti diatasnya, dan air mineral. Jiah menoleh ke kanan, lalu terkejut pelan saat menemukan Kyuhyun yang tertidur, duduk dilantai sambil menundukkan kepalanya. Kemudian Jiah mengangkat gantungan coat dan membawanya serta bersamanya ke kamar mandi. Jiah turun dari tempat tidur dari sisi lain tempat tidurnya, agar tidak membangunkan Kyuhyun, lalu masuk ke kamar mandi.

.

Setelah menyelesaikan kepentingannya di kamar mandi, Jiah tidak lantas kembali ke tempat tidur. Ia duduk di bangku tempat nya biasa mengerjakan tugas-tugasnya, lalu membuka penutup mangkuk yang menarik perhatiannya. Sebuah cream sup yang masih terasa hangat terpampang dengan cantiknya, menggugah selera Jiah. Tanpa ragu, Jiah memakan semua makanan yang ada di nampan itu dan menutup makan dini harinya dengan segelas air mineral. Setelah memastikan semua alat makan itu kembali rapi, Jiah akhirnya kembali ke tempat tidurnya. Jiah meletakkan kembali gantungan coat pada tempatnya semula, lalu merebahkan tubuhnya dan mengenakan selimutnya. Jiah menutup matanya untuk kembali mencoba melajutkan tidurnya. Namun sesuatu mengganggu pikirannya. Kyuhyun masih berada di posisi tidur tidak nyamannya. Jiah tidak bisa membohongi dirinya untuk mengacuhkan Kyuhyun begitu saja. Akhirnya Jiah menyerah dan menyentuhkan tangannya di bahu Kyuhyun.

.

“Cho Kyuhyun…” panggil Jiah pelan.

.

Kyuhyun sontak membuka matanya dan menoleh pada Jiah, masih dengan mata sayu nya. Mwoya… Dia langsung membuka matanya saat ku panggil, tapi tidak bereaksi saat aku bangun dengan ributnya. Dia sangat aneh… Kyuhyun mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu meregangkan tubuhnya yang terasa pegal.

.

“Ada apa?” tanya Kyuhyun dengan suara seraknya.

.

“Tidak…… Hanya……” jawab Jiah ragu.

.

“Ada apa? Kau butuh sesuatu? Kau merasa pusing?” tanya Kyuhyun yang sudah menegakkan posisi tubuhnya menghadap pada Jiah.

.

“Hmm… Ini sudah jam 2 pagi…” kata Jiah tidak menjawab pertanyaan Kyuhyun.

.

“Eo… Benarkah? Kenapa kau terbangun?” tanya Kyuhyun.

.

“Aku baru saja ke kamar mandi untuk buang air kecil”, jawab Jiah.

.

Kyuhyun menatap Jiah dengan tatapan kosong selama sepersekian detik, lalu memajukan tubuhnya dan mengambil tangan kiri Jiah dari dalam selimut. Kyuhyun memeriksa keadaan infuse di punggung tangan Jiah.

.

“Aku menghentikan aliran cairan infuse nya saat di kamar mandi. Cairannya sudah hampir habis”, kata Jiah menjelaskan.

.

“Kerja bagus… Aku akan menggantinya…” kata Kyuhyun yang beranjak bangun dari tempatnya duduk.

.

“Aku masih harus di infuse?” tanya Jiah.

.

“Eo… Satu botol lagi. Besok pagi aku akan melepasnya. Kau tidak perlu khawatir”, jawab Kyuhyun.

.

Dengan cekatan Kyuhyun pun mengganti botol infuse dengan yang baru, lalu kembali mengatur aliran cairan infuse itu. Sesekali Kyuhyun menguap dan menggelengkan kepalanya untuk mendapatkan kesadarannya. Setelah memastikan cairan mengalir dengan benar, Kyuhyun kembali duduk di posisi nya semula. Kali ini ia duduk menghadap pada Jiah dan meletakkan kepalanya di tempat tidur Jiah. Ia menggunakan tangannya sebagai bantal, lalu dengan cepat kembali menutup matanya dan terlelap.

.

“Cho Kyuhyun…” panggil Jiah ragu.

.

“Hmm???” Kyuhyun mengangkat kepalanya. Dua detik kemudian ia baru membuka matanya menatap Jiah.

.

“Apakah aku bisa menularkan penyakitku?” tanya Jiah.

.

“Hhh… Tentu saja tidak, Kwon Jiah. Kau demam karena kelelahan, bukan karena terserang virus”, jawab Kyuhyun yang kembali merebahkan kepalanya di tempat tidur dan memejamkan matanya sambil tersenyum. “Kenapa kau bertanya seperti itu? Takut menulariku?” tanya Kyuhyun.

.

“Eo…” jawab Jiah yang membuat Kyuhyun sontak membuka matanya menatap Jiah. “Tidurlah di tempat tidur…” sambung Jiah.

.

Kyuhyun kembali memejamkan matanya. “Gwaenchanha… Kembalilah tidur…”

.

“Lakukan saja saat aku masih mengatakannya dengan baik-baik…” ancam Jiah dengan suara lemahnya.

.

“Hhh… Kau mengancam dengan suara seperti itu? Tidak akan ada yang takut padamu, Kwon Jiah…” goda Kyuhyun.

.

“Ppalli!” paksa Jiah masih dengan suara lemahnya.

.

“Arasseo… Arasseo…” kata Kyuhyun.

.

Kyuhyun pun mengangkat kepalanya dan meregangkan tubuhnya lagi. Ia berdiri dan melepaskan dasi yang sudah tidak berbentuk itu di lehernya, lalu mengeluarkan kemeja putihnya dari dalam celana.

.

“Ouh… Sepertinya aku akan mandi terlebih dahulu. Sangat tidak nyaman jika tidur dalam kondisi seperti ini…” kata Kyuhyun yang segera melepas kancing kemejanya.

.

“Ada sebuah sikat gigi baru di laci dalam kamar mandi. Hmm… Buka laci kanan terbawah lemari itu. Disana ada sebuah T-shit hitam dan celana abu-abu panjang yang bisa kau kenakan untuk tidur…” kata Jiah.

.

“Milik siapa?” tanya Kyuhyun yang berbalik tiba-tiba dengan tatapan dinginnya.

.

“Masih baru…” jawab Jiah.

.

“Baru???” tanya Kyuhyun meningkatkan nada bicaranya.

.

“Milik sepupuku, Jiyong. Dia yang membelinya saat menginap disini. Belum sempat digunakan karena ia harus segera kembali ke Jepang”, kata Jiah menjelaskan. “Hmm… Dia menempati kamar ini saat aku masih berada di New York…” Jiah menambahkan saat menyadari tatapan aneh Kyuhyun.

.

Jiah langsung memiringkan posisi tidurnya ke kiri dan menarik selimutnya sampai separuh wajah untuk menghindari tatapan Kyuhyun. Terdengar suara laci yang terbuka dan kembali ditutup beberapa saat kemudian. Suara pintu yang terbuka dan tertutup juga terdengar sebelum suasana kamar kembali menjadi hening. Jiah menghela napasnya saat menyadari Kyuhyun yang sudah masuk ke dalam kamar mandi.

.

“Michin nom… Kapan dia bisa mengubah sikapnya itu? Selalu saja menaruh curiga padaku. Ah… molla. Aku kembali mengantuk…” kata Jiah dengan berbisik.

.

Rasa kantuk kembali menghampiri Jiah. Hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja, Jiah sudah kembali terlelap dalam tidurnya. Efek obat yang diminumnya benar-benar membuat kelopak mata Jiah tidak bisa bertahan untuk tidak terpejam sebentar saja. Jiah tertidur sangat pulas. Helaan napasnya sayup-sayup terdengar di ruangan sunyi itu. Setelah sepuluh menit, Kyuhyun keluar dari kamar mandi dengan mengenakan baju milik sepupu Jiah. Kyuhyun meletakkan handuk yang baru saja dikenakannya di sebuah kursi kayu dekat pintu kamar mandi. Kyuhyun berjalan perlahan menuju tempat tidur, dimana Jiah sudah terlelap. Kyuhyun pun membuka selimut dan membaringkan tubuh masuk ke dalamnya. Akhirnnya punggung lelah Kyuhyun menemukan tempat untuk mengumpulkan kembali kekuatannya. Kyuhyun memejamkan mata dan mengatur napasnya, menemukan ketenangan untuk segera beranjak tidur.

.

“Apeujima, Kwon Jiah…” bisik Kyuhyun sebelum benar-benar terlelap.

 .

.

Jiah’s POV

 

Aku terbangun karena cahaya matahari yang masuk dari jendela kamarku yang sudah terbuka lebar. Aku mengerjap-ngerjapkan mataku beberapa kali untuk mendapatkan kesadaran sepenuhnya. Sesekali aku kembali memejamkan mata untuk waktu yang cukup lama, lalu kembali membukanya. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk benar-benar bangun dan beranjak dari tempat tidurku. Masih banyak hal yang harus aku kerjakan hari ini. Project yang hampir selesai, pengaturan lokasi pameran, dan tentu saja kembali berdebat dengan Cho Kyuhyun untuk mengatur ulang jadwal fitting baju pengantin. Ah benar… Dimana laki-laki itu? Dia sudah pergi? Akupun bangun dari posisiku dan menyibakkan selimutku. Ternyata Cho Kyuhyun benar-benar melakukan seperti yang dikatakannya. Selang infuse di punggung tanganku sudah digantikan dengan plester bening untuk menutupi bekasnya. Tiba-tiba sebuah ingatan terbersit di pikiranku. Aku merasa mendengar suara Cho Kyuhyun yang mengatakan tentang darah. Jangan-jangan… Benar saja. Ada sebuah plester lain di lipatan siku ku. Ia mengambil sample darahku yang sepertinya akan digunakan untuk pemeriksaan lebih lanjut. Tidak masalah.

.

Aku bangkit dari tempat tidur dan mencoba berdiri dengan tegak saat tiba-tiba aku merasa kehilangan keseimbanganku. Sepertinya aku tidur terlalu lama… Aku menunggu beberapa saat sebelum akhirnya melangkah menuju lemari dengan rolling door, tempat aku menggantung baju-baju semi formal hingga formalku. Aku mengambil sebuah kemeja putih satin body fit dan sebuah celana panjang berwarna biru langit untuk ku gunakan ke kampus hari ini. Kemudian aku melangkah menuju kamar mandi. Tiba-tiba kakiku seperti menendang sebuah benda yang terpental hingga ke tembok. Aku berjalan ke arah benda itu dan mengambilnya. Sebuah dompet berwarna cokelat tua dengan brand luar negeri aku temukan di kamarku. Mungkinkah ini milik Cho Kyuhyun? Tidak. Bukan mungkin, ini pasti milik Cho Kyuhyun.

.

Aku berbalik kembali menuju tempat tidurku untuk mengambil ponselku. Segera ku cari nomer Kyuhyun dalam daftar kontak di ponselku, lalu menekan panel hijau untuk meneleponnya. Nada sambungnya menunjukkan hubungan teleponku masuk ke ponselnya, namun ia tidak mengangkatnya. Aku coba sekali lagi menghubunginya. Di nada ketiga ia mengangkatnya.

.

“Eo… Kwon Jiah, ada apa? Kau masih sakit?” tanya Kyuhyun di seberang telepon.

.

“Ani… Aku hanya……”

.

Saem, siapa itu Kwon Jiah? Kekasih saem?” tanya suara seorang anak kecil yang terdengar olehku. Ternyata Kyuhyun sedang melakukan visite di bangsal anak-anak.

.

Eo… Dia sedang sakit sepertimu, Kim No Ah. Aku akan bicara padanya sebentar…” jawab Kyuhyun

.

Ne… Semoga cepat sembuh, Kwon Jiah nuna…” kata anak yang bernama Kim No Ah itu setengah berteriak. Lalu aku mendengar suara tawa kecil Kyuhyun menyertai pesan dari anak itu.

.

“Apa aku menganggumu?” tanyaku.

.

Tidak. Aku hanya sedang mengunjungi No Ah. Kenapa meneleponku?” tanya Kyuhyun.

.

“Eum… Itu…… Dompetmu sepertinya terjatuh dikamarku…” jawabku.

.

Benarkah?” tanya Kyuhyun yang menghentikan kalimatnya. Sepertinya ia sedang memeriksa saku celananya. “Ah benar… Sepertinya aku menjatuhkannya saat mengganti pakaian…

.

“Aku bisa mengantarnya padamu. Jika kau mau…” kataku.

.

Tidak. Tidak perlu. Hari ini aku hanya akan bertugas selama satu shift. Aku akan kembali jam dua siang. Aku akan mengambilnya nanti siang”, kata Kyuhyun.

.

“Ani… Bagaimana kau mengambilnya? Akan sangat berbahaya berkendara tanpa surat ijin, bukan?” tanyaku.

.

Aku akan naik taksi. Lagipula mobilku masih terparkir dirumahmu”, jawab Kyuhyun.

.

“Benarkah? Kau tidak membawa mobilmu?”

.

Tidak. Tadi pagi aku mendapatkan panggilan dari Rumah Sakit lebih awal. Matahari pun belum benar-benar terbit. Terlalu berbahaya jika aku berkendara dalam keadaan masih sangat mengantuk” kata Kyuhyun menjelaskan.

.

“Begitu rupanya… Hmm…” Aku menghentikan kalimatku untuk berpikir sejenak. “Bagaimana jika aku mengantarkan mobilmu juga?” tanyaku.

.

Tidak perlu, Kwon Jiah… Aku akan langsung ke rumahmu untuk mengambilnya. Aku juga masih perlu memeriksa keadaanmu”, jawab Kyuhyun menentang.

.

“Bukan begitu… Hanya saja……” aku ragu untuk melanjutkan kalimatku. “Hanya saja aku harus memeriksa beberapa hal di kampus hari ini. Jadi……”

.

Apa katamu??? Andwae! Jangan bercanda, Kwon Jiah. Kau tetap ingin ke kampus dengan keadaan seperti itu? Tidak. Tidak. Kau tidak boleh kemanapun. Ini perintah dari seorang dokter!” sergahnya dengan menggunakan hak seorang dokternya.

.

“Aku tidak akan lama. Saat ini sudah pukul sepuluh, aku akan sampai di kampus pukul sebelas. Hanya sekitar tiga jam sampai kau datang. Aku hanya akan memeriksa kelengkapan persiapan pameran saja. Lagipula jarak dari Rumah Sakit ke kampus lebih dekat daripada ke rumahku, bukan? Kita bertemu di kampus. Lalu kita bisa ke boutique untuk melakukan fitting. Bagaimana?” tanyaku lagi.

.

Kwon Jiah… Bisakah kau menurutiku sekali saja?” tanya Kyuhyun dengan nada frustrasinya.

.

“Aku tahu bagaimana keadaanku. Tapi, aku juga tidak ingin menyusahkan orang lain, Cho Kyuhyun. Beberapa orang dalam tim ku sudah bekerja keras semalaman. Walaupun mereka juga melarangku untuk datang dan mengatakan mereka baik-baik saja dengan ketidakhadiranku, tapi tetap saja aku tidak bisa membiarkan mereka mengerjakan seluruh tanggung jawabku. Dan… kita juga tidak boleh terus menunda untuk datang ke boutique. Jika terjadi perbedaan yang terlalu besar dari terakhir kali kita kesana, bukankah akan menyusahkan mereka juga? Cho Kyuhyun……” bujukku masih dengan nada datar dalam setiap kata yang ku ucapkan.

.

Hhhh…… Baiklah… Baiklah… Tapi kau harus diantar Bae ahjussi”, kata Kyuhyun menyerah.

.

“Andwae!!! Ya! Kita akan ke boutique siang ini. Kau pikir Bae ahjussi tidak punya pekerjaan lain untuk dilakukan? Andwae… Aku akan mengendarai mobilmu. Eo?”

.

Ya!!! Keadaanmu belum benar-benar pulih, Kwon Jiah…

.

“Aku sudah merasa lebih baik, Cho Kyuhyun. Lagipula siang ini aku akan bertemu dengan seorang dokter. Apa ada hal lain yang perlu aku khawatirkan? Aku rasa tidak ada. Hhh… Aku akan tetap ke kampus dengan mobilmu. Kita bertemu disana setelah kau selesai. Terserah kau setuju atau tidak”, kataku.

.

Ya! Kwon Jiah!” seru Kyuhyun yang masih terdengar saat aku mematikan sambungan teleponnya.

.

Aku langsung meletakkan ponselku di meja dan bergegas masuk ke kamar mandi. Aku melakukan semua hal dengan kecepatan dua kali lebih cepat dari biasanya. Aku mandi, mengeringkan rambutku, mengenakan pakaianku, memasukkan segala keperluanku di tas, lalu keluar dari kamar dan mengisi perutku dengan semangkuk sup dan nasi yang dibuat eomma. Aku pun tidak lupa meminum obat-obatan yang ditinggalkan Kyuhyun di kamarku. Setelah aku yakin semua hal sudah ku lakukan dan sudah siap, aku segera menginjak pedal gas SUV hitam milik Kyuhyun menuju kampusku.

.

Aku tidak bisa mempercayai hal ini… Laki-laki berhawa dingin itu sedang berdiri di depan pintu kaca galeri fakultasku. Pakaiannya terlihat jauh lebih santai hari ini. Ia mengenakan kemeja bermotif kotak-kotak berwarna biru dengan lengan yang tergulung. Ia juga mengenakan jeans hitam yang senada dengan warna backpack dan jam tangannya. Cho Kyuhyun berdiri disana menatapku dengan tatapan dingin dan datar. Ia memasukkan kedua tangannya di saku celana, seperti kebiasaan yang sering dilakukannya semasa sekolah dulu. Hhh… bagaimana bisa dia tiba di kampus tepat pukul dua siang? Jika otakku masih bekerja dengan baik dalam mengingat, perjalanan dari Rumah Sakit ke kampus akan memakan waktu 1 jam dengan berjalan kaki, 30 sampai 40 menit dengan bus atau taksi, dan 20 menit dengan mobil pribadi. Seingatku tadi pagi dia mengatakan shift nya selesai pukul dua…

.

“Mwoya? Bukankah itu Cho Kyuhyun???” tanya seorang teman kelasku yang bernama Im Yoona dengan nada excited nya.

.

“Benar! Benar! Apa yang dia lakukan disini? Bukankah seharusnya dia berada di rumah sakit untuk internship???” tanya seorang yang lain, bernama Yoon Bora.

.

Kau benar… Aku juga berpikir begitu. Apa yang hantu itu lakukan disini? Akupun kembali melanjutkan pemeriksaan kelengkapan kebutuhanku untuk pameran. Dari 5 lukisan, aku hanya perlu menyelesaikan sebuah lukisan dan arrangement lagu yang sudah ku kerjakan kira-kira 80%. Waktu yang tersisa selama 1 minggu sepertinya masih bisa ku kejar walau dengan beberapa persiapan pernikahan yang juga harus aku lakukan.

.

“Hari ini penampilannya sangat berbeda. Dia terlihat lebih tampan dengan pakaian seperti itu. Terlihat lebih muda…” seorang pemuja lain baru saja terpesona, Shin Jimin. Lagi??? Topik pembicaraan ini sudah benar-benar dimulai??? Auh…

.

“Kalian lihat caranya berdiri dan bersandar di dinding itu? Aku rasa aku bisa pingsan jika menatapnya terus seperti ini…” kata pemuja berikutnya bernama Yerin.

.

Ch… Mereka buang-buang waktu saja memperhatikan seorang Cho Kyuhyun…

.

“Jiah-ya, apakah warna ini yang kau maksud?” tanya Soo Jung yang baru saja kembali dari ruangan sebelah dengan membawa cat yang aku butuhkan.

.

“Eo… Eo… Benar, Soo Jung-ah…” jawabku sambil menerima cat yang ia julurkan padaku.

.

“Apa yang gadis-gadis ini lakukan? Mereka berkumpul seolah sedang memperhatikan seseorang…” tanya Soo Jung.

.

“Kau benar. Itu. Disana. Cho Kyuhyun.” jawabku.

.

“Heee??? Mwoya… Teman-teman, jangan membuang waktu kalian dengan memandang Cho Kyuhyun”, kata Soo Jung pada mereka. Itulah yang aku pikirkan, Soo Jung-ah.

.

“Ya, Jung Soo Jung, kau tidak tahu? Cho Kyuhyun disukai banyak gadis di kampus ini. Bukan hanya mahasiswi kedokteran saja, tapi bahkan mahasiswi sastra yang letak kampusnya jauh dari sini saja mengetahui Cho Kyuhyun dan menyukainya…” kata Jimin menjelaskan.

.

“Mwoya… Apakah di gedung mereka tidak ada laki-laki lain untuk diperhatikan? Dari semua laki-laki, kenapa Cho Kyuhyun?” tanya Soo Jung. Pertanyaan yang sama selalu Soo Jung katakan disaat seperti ini. “Ah… Kalian sudah mendengarnya? Cho Kyuhyun akan segera menikah…” Aku menoleh cepat pada Soo Jung. JUNG SOO JUNG!!!

.

“Aku sudah dengar…” jawab Yerin dengan nada kecewa yang menurutnya mengandung aegyo itu. Ah mwoya… Aku ingin sekali melemparkan sebuah kanvas ke wajahnya…

.

“Aku juga… Banyak orang yang mengatakan bahwa calon isterinya memiliki kriteria yang sulit dikalahkan. Bahkan oleh mahasiswi kedokteran”, sambung Yoona. Tentang itu… Mwo… Aku tidak akan menyangkalnya…

.

“Gadis itu kurang ajar…” sambung Jimin kali ini. MWO??? Aish… Sepertinya aku harus memukulnya… “Yang ku dengar, gadis itu baru saja datang ke kehidupan Kyuhyun. Bagaimana bisa? Ini tidak adil! Dia datang tiba-tiba dan merebut Kyuhyun begitu saja?” Ya… Ya… Tolong katakan hal itu pada orang tua kami. Mungkin mereka akan mendengarkan seruan hati kalian…

.

“Michin nyeon!” kata Yerin yang menyambung dengan caciannya.

.

Ah… Aku bisa gila. Kenapa aku harus mengalami hal ini lagi? Belum cukupkah persediaan cacian yang aku kumpulkan saat SMA dulu? Hhh… Sementara Soo Jung hanya menatapku dengan senyum dan tawa yang sedang ia coba sembunyikan. Ia menatapku dengan tatapan mengejek puasnya. Hubungan persahabatan kami yang sudah sangat dekat ini membuatnya mendapatkan free pass dari kemarahanku. Kau selamat dariku, Jung Soo Jung!

.

Tiba-tiba suasana ruangan menjadi sangat hening. Pintu kaca terbuka, menimbulkan suara deritan pelan gesekan bingkai pintu dan lantai keramik. Aku masih mengabaikan situasi apapun yang terjadi disekitarku saat terdengar suara derapan langkah seseorang memasuki ruangan ini. Sebuah helaan napas panjang yang lebih terdengar seperti napas tercekat, menjadi suara pertama yang terdengar di ruangan berisikan 11 mahasiswi dan 6 mahasiswa ini. Lalu aku merasakan bahuku diketuk oleh sebuah jari sebanyak tiga kali. Aku menoleh beberapa saat kemudian. Omo! Michin nom…

.

Cho Kyuhyun masuk ke ruangan ini begitu saja. Memang tidak masalah mahasiswa program studi lain berada disini, karena Soo Jung pun bukanlah mahasiswi seni rupa, melainkan seni pertunjukan. Tapi dalam keadaan atmosfer berbunga-bunga yang sejak tadi mengisi ruangan ini, keberadaan Kyuhyun disini sangat tidak tepat dan membahayakan mood seisi kelas. Tentu saja Kyuhyun tidak mempedulikan hal itu. Karena ia baru saja melangkahkan kakinya mendekat padaku, lalu menyentuhkan telapak tangannya di keningku. Ia diam beberapa saat kemudian diikuti dengan anggukan pelan kepalanya. Ia membuka mulutnya tanpa suara, seolah memintaku melakukan hal yang sama. Akupun melakukannya dan ia memeriksa kondisi lidahku. Kyuhyun mengangguk lagi.

.

“Ayo kita ke rumah sakit…” kata Kyuhyun akhirnya.

.

“Apa? Kenapa?” tanyaku tidak mengerti.

.

“Suhu tubuhmu masih sekitar 38°, lidahmu masih putih, dan wajahmu juga masih pucat. Hmm… Memang lebih baik dari semalam, dan tadi pagi saat aku memeriksanya. Tapi kita akan tetap ke rumah sakit. Dengan begitu kau tidak akan melarikan diri kemanapun. Aku bisa mengambil jadwal shift 24 jam selama kau disana. Jadi ka……”

.

“Kau gila???” tanyaku memotong ucapannya.

.

“Apa? Aku tidak mengatakan hal yang salah, Jiah-ya…” Aish… Dia mengatakannya lagi. Jangan memanggilku ‘Jiah-ya’!!!

.

Aku menoleh dan menemukan tatapan terkejut, sedih, kecewa, patah hati dari beberapa gadis di ruangan itu. Ya, keempat gadis yang memuja Kyuhyun secara terus terang dan beberapa gadis lainnya. Aku rasa nasibku memang buruk, karena aku harus berada di kelas dengan populasi pemuja Kyuhyun 100%. Aku tidak bisa melakukan apapun selain bertahan dengan bahan pembicaraan mereka yang selalu berakhir dengan pembicaraan mengenai kegiatan Cho Kyuhyun. Beruntung, karena semester depan aku bisa mengajukan kelas lain. Hhh… Untuk sekarang, sepertinya aku harus membaca sang sumber kekacauan ini keluar dari ruangan ini sebelum hal buruk terjadi.

.

“Ya! Ayo kita pergi… Jangan lupakan janjimu…” kataku sambil melepas pelindung pakaianku.

.

“Janji apa? Aku berubah pikiran di detik yang sama saat tanganku merasakan suhu tubuhmu. Rumah sakit!” kata Kyuhyun.

.

“Cho Kyuhyun, ada apa denganmu? Janji harus ditepati, eo? Ayo cepat… Ayo…” kataku sambil menarik lengan Kyuhyun. “Jung Soo Jung! Apa yang kau lakukan? Ayo!” seruku pada Soo Jung.

.

“Eo… Aku menyusul…” kata Soo Jung dengan tawa kecilnya.

.

.

Kyuhyun’s POV

Gadis ini benar-benar tidak bisa dipercaya. Sudah jelas kondisi tubuhnya masih belum membaik sepenuhnya, ia tetap saja memaksaku pergi ke boutique untuk melakukan fitting. Setelah keluar dari ruangan yang mereka sebut galeri itu, ia berjalan dengan sangat cepat. Ia dan sahabatnya, Jung Soo Jung, bicara satu sama lain selama beberapa menit sampai akhirnya ia datang menghampiriku yang masih saja mau menunggunya dengan sabar di sebelah mobilku. Ia menyerahkan kunci mobil padaku setelah menekan tombol pembuka pintu mobil, lalu ia masuk begitu saja ke kursi samping pengemudi.

.

Dan lihatlah sekarang, Kwon Jiah tertidur hanya beberapa saat setelah mesin dinyalakan dan pedal gak diinjak. Tidurnya semakin lelap saat perjalanan kami sudah memakan waktu hampir 15 menit. Aku menginjak pedal rem ku saat lampu merah menyala. Aku menoleh padanya, memperhatikan posisi tidurnya. Hhh… Dengan posisi itu, leher dan punggungnya akan terasa sakit setelah bangun nanti. Penghitung mundur lampu merah masih menunjukkan waktu 2 menit yang tersisa. Aku pun melepas seatbelt ku, lalu bergerak mendekat pada Jiah. Wajahnya tepat berada di depan wajahku saat aku sedang mencoba menarik tuas pengatur jok mobil. Aku mengaturnya agar posisi tubuhnya menjadi lebih nyaman dengan berbaring. Aku juga mengambil sebuah bantal yang sempat ditinggalkan keponakanku, Daeho, di jok belakang mobilku lalu aku letakkan di dekat pintu, agar kepala Jiah tidak terbentur pintu sewaktu-waktu.

.

Tiba-tiba sebuah ingatan terbersit di pikiranku. Aroma tubuh gadis ini selalu memunculkan reaksi aneh dalam diriku. Satu persatu ingatan itu muncul bagai roll film yang sedang diputar perlahan. Tanpa ku sadari, tanganku bergerak menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajahnya. Napasnya seteratur yang ku ingat. Wajahnya sedamai yang pernah ku lihat. Ia begitu mudah terlelap hingga tidak merasakan sentuhan, bahkan tusukan jarum ditangannya. Kini ingatan itu semakin jelas tergambar di pikiranku.

.

Flashback

Kemarin malam…

.

Aku memiringkan tubuhku menghadap Jiah yang tidur memunggungiku. Mataku terbuka dengan perlahan. Aku menatap sosok lembut di depanku dengan kondisi mataku yang sayu hampir terpejam. Aku tidak bisa mengekspresikan apa yang sedang terjadi dalam diriku. Akupun bergerak maju mendekati tubuh Jiah. Seolah tubuh ini bergerak secara otomatis, aku mengangkat tubuhku masih dengan posisi miring dengan menopangkannya menggunakan siku kiriku. Perlahan aku mencoba mengangkat kepala Jiah dengan tangan kananku, lalu memasukkan lengan kiriku kebawah kepala Jiah. Aku kembali berbaring, lalu menyelubungi tubuh Jiah dengan tangan kananku. Menarik pelan tubuhnya agar merapat ke tubuhku, hingga punggung Jiah menyentuh dadaku. Aku merengkuhnya dalam pelukanku. Aku menyentuh lengan hingga telapak tangannya yang tidak terpasang infuse dengan tangan kananku. Sementara kepala Jiah terasa pas berada dibawah daguku, aku menggerakan kepalaku mundur, lalu menunduk dan mengecup pelan puncak kepala Jiah. Mataku terpejam sebagai refleks otomatis atas tindakan yang baru saja ku lakukan, dan pada posisi semula. Keheningan ruangan itu semakin menenggelamkanku ke tidur yang lebih lelap dari sebelumnya.

.

“Apeujima, Kwon Jiah…” bisikku ditengah rasa kantuk yang begitu memenuhi diriku.

.

.

.

TBC…

56 thoughts on “Since I (have) met you : Part 3

  1. kyuhyun keknya suka sama jiah, cuman dia blm menyadari hal itu.. butuh org agar menyadarkan kyu kejalan yg benar(?) :v #plak maksudnya menyadarkan kalo kyu ittu suka/cinta sama jiah 😆😆

    Like

  2. benerkan kyu ga bisa ditebak aku rasa kyu tu cinta ma jiah cuma ga tau gimana ngungkapinya makin gregetan deh lanjut….

    Like

Leave a comment