They Who Belong to That Position Part 1

– They Who Belong to That Position (Part 1) –

 

Category: NC17, Yadong, Romance, Chapter

Cast:   Cho Kyuhyun, Choi Ji Ah (OC)

Other Cast:
Jung Yonghwa, Kang Soyou, Bang Minsoo (CAP), Bang Minah, Choi Siwon, Cho Mi Rae (OC), Choi Minho, Lee Hyeri, Jeon Hyosung, Hwang Chansung, Lee Hyukjae (cameo), Hyorin (cameo), etc.

Disclaimer:

Tema, lokasi, beberapa plot, situasi sekolah dan latar belakang FF ini terinspirasi dari drama The Heirs / The Inheritors / 왕관을 쓰려는 자, 그 무게를 견뎌라 – 상속자들. FF ini tidak dibuat persis dengan The Heirs. Tokoh dan karakter dalam FF ini juga berbeda. Beberapa karakter Cho Kyuhyun dalam FF ini terinspiraasi dari Christian Grey. Alur cerita FF ini adalah hasil pemikiran dari author. Sebagai peringatan awal, beberapa part di FF chapter ini tidak mengandung cerita NC. Ini adalah FF pertama author. Jadi, mohon maaf jika ada kesamaan nama, tokoh, karakter, cerita, atau apapun dalam FF ini. Author sudah berusaha sebisa author untuk menghindari typo. Tapi, author juga manusia yang bisa salah, jadi mohon dimaklumi. No bash, smart comments and critics always accepted. Selamat membaca…

Personal message bisa langsung ke email author di kadanao21@yahoo.com

 

Intro


Setiap orang memiliki kisah hidupnya masing-masing. Pahit, manis, suka, duka, dengan cinta, atau tanpa cinta. Aku hidup dengan semua hal itu. Merasakan bahagia, lalu menangis sekeras yang aku bisa. Kisah cinta ini sangat biasa, sama seperti yang lainnya. Namun di suatu kesempatan, aku yang membuatnya berbeda.
Jiah’s POV

Bulan September datang terlalu cepat. Rasanya baru kemarin, beberapa hari setelah pesta tahun baru abeoji mengatakan aku harus menyelesaikan pesta dan kembali ke rumah. Aku menganggapnya mabuk dan mengatakan hal konyol. Bagaimana bisa ia memintaku kembali ke rumah, jika di detik ia mengatakan hal itu aku dengan jelas mengatakan padanya bahwa aku sedang berada dirumah. Aku membutuhkan waktu satu jam untuk menyadari itu. Aku akan kembali kesana. Rumah yang dikatakan oleh abeoji.

“Bagaimana kamarnya?” Suara seseorang mengejutkanku. “Kau suka?” tanya eomeoni.

Aku tersenyum padanya seolah menjawab pertanyaannya. Mereka merubah tata letak dan warna kamarku. Suasana ruangan ini sama seperti kamar yang ku tempati selama tiga tahun terakhir. Abeoji dan eomeoni tentu akan melakukan apapun untuk menahanku tetap berada di Seoul.

“Minho-neun?” tanyaku.

“Sebentar lagi pulang. Sangshik sedang bersiap-siap jemput Minho. Kau mau ikut? Kau bisa ikut melihat sekolah barumu.”

Aniyo. Jeon Gwaenchanhayo (Tidak. Aku baik-baik saja). Masih sekolah yang sama”.

“Ya sudah… kau istirahat dulu. Nanti aku siapkan makanan kesukaanmu untuk makan malam”.

Aku mengangguk sambil tersenyum tipis pada eomeoni yang menghilang dibalik pintu. Aku merebahkan tubuhku di tempat tidur kemudian menatap kosong ke langit-langit kamarku. Eomeoni benar-benar ingin menahanku disini. Interior ruangan ini sangat persis dengan kamar yang kutinggalkan. Bahkan bintang-bintang di langit-langitpun eomeoni lukis ditempat ini. Dan semua hal ini bukan hanya memberatkan hatiku, tapi juga mataku.
Cho Kyuhyun’s POV

Akhirnya perjalanan bisnis ini selesai. Aku rasa badanku akan remuk setelah ini. Abeoji dan eomma selalu mengajak aku dan Mirae dalam perjalanan bisnis mereka. Eomma bilang untuk mengenalkan kami. Tapi aku pikir kami tidak perlu sampai ikut mereka hanya untuk belajar.

“Kau ingat yang eomma katakan minggu lalu kan, Kyu?” tanya eomma.

“Ne?”

“Kau tidak ingat?” tanya eomma lagi.

Aku menggeleng pelan menimbang-nimbang apa yang eomma katakan.

“Aku bilang juga apa, anak laki-laki kesayanganmu itu memiliki kepala batu. Kau tidak bisa mengharapkan dia mengingat hal-hal terlalu lama”, sambung abeoji sambil tertawa.

“Jeongmal giyeog anha? (benar tidak ingat?)” tanya Mirae.

“Mwol? (apa?)” aku balik bertanya.

“Aljanha… ah molla. Oppa, baboya! (kau tau kan… ah aku tidak tahu. Kakak, bodoh!)”, kata Mirae.

Mereka bertiga tertawa melihat wajah bingungku. Aku ikut tertawa bersama mereka. Entah karena melihat mereka tertawa atau karena kebodohanku sendiri.
Jiah’s POV

 

Aku hanya seorang Ji Ah. Aku seorang siswa pindahan biasa dari luar Seoul. Aku anak biasa. Aku mengulangi kata-kata itu dalam hati berkali-kali.

Gomawoyo, Jungsoo ahjussi”, kataku ketika sampai di lobby.

Ia berdeham. Aku melihat ke sekelilingku. Banyak yang memperhatikanku. Bagaimana tidak? Ia mengantarku dengan setelan jas all-black nya. Dan aku menyadari baru saja aku memanggilnya ahjussi. Park Jungsoo adalah ayahmu, Jiah

“Hati-hati dijalan”, kataku singkat kemudian berlalu.

Aku berjalan lurus tanpa mempedulikan setiap mata yang menatapku. Seragamku jelek? Aku sekolah disini hanya untuk menuruti kemauan tuan besar. Bukan untuk peragaan busana. Suara hatiku meneriaki tatapan mereka. Lagipula aku puas dengan hasil karyaku merendam seragam ini dengan berbagai cairan agar warnanya pudar. Tapi sial dengan kehebatan semua designer keluarga Choi, seragam ini masih kurang terlihat pudar. Aku menyusuri koridor menuju ruang kelasku. Gedung ini masih sama seperti beberapa tahun yang lalu, hanya cat nya yang berganti setiap tahunnya.

“Astaga… maaf maaf…”

Seseorang menabrak bahuku dan terjatuh. Semua kertas yang dibawanya berserakan. Ia merapikan kertas-kertas yang jatuh sambil terus meminta maaf. Aku mendengar beberapa suara riuh protes dengan sikapku yang tidak membantu orang itu merapikan kertasnya. Aku memang bukan gadis manis yang baik, tapi aku tidak sejahat itu. Aku sangat ingin membantunya, tapi tubuhku membeku. Mataku bertemu dengan mata seseorang tidak jauh dariku. Ia menatapku tenang seperti kebiasaannya sejak dulu. Ada seorang gadis yang mengajaknya bicara tapi ia terus menatapku dalam diam.

Ia disini. Jung Yonghwa.

“Maaf ya aku tidak sengaja”, kata gadis itu menyadarkanku.

“Oh, maaf. Harusnya aku yang minta maaf. Kau tidak apa-apa?” tanyaku.

“Iya, aku baik-baik aja. Apa kau anak baru? Aku belum pernah melihatmu sebelumnya. Aku Lee Hyeri, kelas II-4. Kau?”

“Oh… Aku C….. Ji Ah. Aku juga di II-4”. Hampir saja…

“Kita sekelas? Wah kebetulan….. yuk aku antar ke kelas!”

Aku mengangguk mengiyakan ajakannya. Kami berjalan mengikutinya dari belakang. Sebenarnya aku sudah tahu betul tata letak gedung ini. Aku tidak akan tersesat walaupun harus berjalan sendiri. Tapi untuk menghargai niat baiknya, dan sekaligus permintaan maafku, aku memutuskan untuk berpura-pura tidak tahu dan mengikutinya. Aku melihat arah jalan yang dia pilih. Arah ini kan memutar. Kita bisa menggunakan jalan utama ditengah gedung untuk sampai ke kelas itu. Kenapa dia harus mengambil jalan memutar? Seperti bisa membaca ekspresi bingungku, Hyeri tersenyum padaku.

“Jalan utama bukan untuk seorang penerima dana”, katanya.

Aku mengerutkan keningku bingung. Dan seperti bisa membaca pikiranku, Hyeri menjelaskan semua detilnya padaku. Ah… tradisi itu masih ada disini, kataku dalam hati. Tradisi bodoh yang dibuat bertahun lalu. Hirarki Sosial. Empire School mempunyai tingkatan hirarki untuk setiap siswanya.

  1. Pewaris bisnis tingkat 1: adalah mereka yang akan mewarisi kekayaan keluarga nya turun temurun. Perusahaan milik keluarga mereka biasanya berupa Group Company yang sangat besar, seperti CS Corp.
  2. Pewaris bisnis tingkat 2: mereka juga seorang pewaris langsung dari Group Company milik orang tua mereka. Yang membedakan dengan tingkat 1 adalah peringkat perusahaan mereka di publik.
  3. Pewaris saham: adalah mereka yang sudah memiliki nama sebagai penanam saham di beberapa bisnis. Tapi mereka tidak mewarisi bisnis keluarga mereka, seperti pemilik agency-agency atau TV swasta.
  4. Pewaris kehormatan: mereka adalah anak-anak dari pejabat negeri. Anak hakim, jaksa, menteri, dsb.
  5. Orang kaya baru: kejelasan bisnis yang mereka lakukan tidak atau belum diketahui. Kedudukan mereka dalam hirarki hanya terlihat dari barang-barang yang mereka gunakan. Barang-barang branded yang membuat mereka disebut orang kaya baru.
  6. Penerima dana: Hyeri dan penerima beasiswa lainnya.

 

Menggelikan! Gadis pengacau dalam hatiku berteriak. Aku kira hirarki itu akan hilang. Tapi hirarki itu justru menambahkan 2 kedudukan lain. Pewaris bisnis tingkat 1 dan orang kaya baru. Mungkin wajahku sudah sangat merah karena marah saat ini. Menurut cerita Hyeri, Choi Siwon lah yang menambahkan 2 kedudukan baru itu. Sekarang aku mencoba mengerti sikap Hyeri yang begitu tertutup dan sungkan pada semua orang. Pergaulan sosial di sekolah ini membuatnya tampak begitu kecil. Penerima dana? Kalian bercanda… mereka membuat Hyeri harus berjalan begitu jauh hanya untuk menuju kelasnya karna dia adalah penerima beasiswa. Lelucon ini benar-benar tidak lucu. Kami baru akan melewati lorong sepi dengan beberapa gudang barang disekitarnya sampai kami mendengar suara desahan seorang gadis dari salah satu gudang itu. Kami sontak menghentikan langkah kami.

“Ah… Hyukjae-ya… Joha… Joha… Kiss my neck… Yes, yes…”

Aku mengerutkan keningku mendengar suara gadis itu. Siswa yang disebut bernama Hyukjae itu lebih sering terdengar menggeram dan menghembuskan nafas beratnya. Suara deritan kursi dan hentakan antara meja dan dindingpun ikut terdengar. Aku menoleh menatap Hyeri sekilas, melihat apakah ada keanehan diwajahnya mendengar suara-suara ini. Hyeri hanya menggigit pelan bibirnya, seolah gugup. Aku mencolek bahunya memintanya tetap terus berjalan. Kamipun kembali berjalan, kali ini sedikit berjinjit.

“Aah… Hyukjae-ya… Faster… Aku sampai… Akuh…”

“tunggu aku, Hyorin-ah…”

“Aaahhh!!!”

Kami terkejut dan sontak menghentikan langkah kami lagi. Gadis itu menjerit. Aku tidak tahan lagi harus mendengar suara mereka. Walaupun ini bukan hal yang baru bagiku, tapi rasanya sangat tidak nyaman mendengar suara-suara ini di sekolah baru. Kenangan yang kurang menyenangkan dihari pertama masuk sekolah.

“Hyeri-ya… kita lewat tengah saja ya? Jalan ini terlalu jauh…”

“Tapi, Ji…”

“Ayolah…..”

“Jiah, tapi aku…”

“Lagipula memangnya kau nyaman dengan suara-suara itu?”

“Suara-suara itu lebih baik daripada…..”

“Ssstt… sudahlah. Ayo…”

Aku menarik tangannya untuk lewat jalan utama gedung. Sesekali aku menoleh menatap Hyeri yang menunjukkan wajah khawatir sekaligus takut. Aku tersenyum lebar meyakinkannya tidak akan terjadi apapun padanya. Choi Siwon kan sudah lulus, geng pembasmi bodoh itu sudah tidak ada di sekolah ini. Hyeri menarik-narik tanganku meminta untuk kembali ke arah jalan awal yang dia pilih. Tapi aku tetap menarik pergelangan tangannya. Sampai…

“Jiah awas!”

Tubuhku terdorong sangat keras sampai terjatuh bersama setumpuk kertas yang akhirnya bertebaran disekitarku. Aku menyingkirkan beberapa kertas diwajahku, tapi tiba-tiba air mengenai wajahku dan membasahi kertas-kertas itu sampai menempel dikulitku. Serbuk putih juga berterbangan diatas kepalaku, lalu cairan lengket berwarna hitam mengenai kakiku. Aku terkejut lalu menoleh cepat untuk memeriksa keadaan Hyeri.

“Dasar penerima dana!”

“Dirumah belum mandi kan? Ini air gratis untukmu!”

“Sampo nya juga gratis!”

 

Apa ini? Tanyaku dalam hati. Aku masih terkejut. Aku menatap seorang laki-laki dikejauhan yang berdiri tenang menatap datar seorang siswa di tengah kerumunan yang entah sejak kapan ada disekitarku. Lalu aku tidak bisa mengatakan apapun saat mataku melihat Hyeri.

“Hyeri-ya…..”

Aku terperangah melihat Hyeri yang terduduk menerima lemparan balon-balon air, siraman kecap dan tebaran tepung dari lantai 2. Seluruh badanku lemas melihat kekejaman yang mereka lakukan. Inikah yang Hyeri katakan? Ini salahku… aku seharusnya mendengarkan Hyeri yang mengetahui benar kondisi di sekolah ini. Karena aku menyepelekan peringatan Hyeri, sekarang dia menerima hal yang seharusnya bisa dia hindari. Kau bodoh Jiah!

Lemparan balon-balon air itu masih terus diterima Hyeri tanpa perlawanan. Aku tidak bisa diam saja. Aku harus menghentikan mereka bagaimanapun caranya. Tebaran tepung membuyarkan pandanganku. Aku menoleh sambil mengibas-ngibaskan tanganku menghilangkan tepung itu dari pandanganku. Aku berusaha berdiri untuk menghentikan mereka. Dari kejauhan aku melihat seseorang melipat tangannya di dada sambil menggelengkan kepala ke arahku. Ia mengisyaratkan padaku untuk tidak melakukan apapun dengan hal ini. Yang benar saja… Aku langsung berdiri ke samping Hyeri dan berteriak pada mereka.

“Stop! Stop! Aku bilang stop!”

Berhasil. Mereka menghentikan lemparan mereka. Tidak ada lagi lemparan balon air, kecap dan terigu kearah Hyeri. Nafasku tersengal-sengal setelah berteriak cukup keras. Kemudian enam orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan menghampiri kami. Satu laki-laki menepuk-nepuk tangannya. Aku memperhatikan satu persatu nama mereka. Park Seojin, Bae Suzy yang wajahnya tidak asing untukku, Kim Taeyeon, Kang Soyu, Hwang Chansung dan yang masih bertepuk tangan, Jung Jinwoon. Mereka berjalan mendekatiku dan Hyeri.

“Yah….. nuguya? Saeroun eolguline… (wajah baru…)” kata Jinwoon.

“Pahlawan tidak tahu tempat tepatnya”, sambung Seojin sambil menggeleng.

“Kau anak siapa? Perusahaan mana? Anak CEO? Jawab! Kalau kau anak CEO, kau salah jika bergaul dengan gembel itu, anak baru…” kata Taeyeon.

“Neon nuguya?” tanya Soyu tenang.

“Kalian benar anak SMA? Tanpa aku tanyapun aku tahu nama kalian. Park Seojin, Kim Taeyeon, Bae Suzy, Kang Soyu, Hwang Chansung, Jung Jinwoon”, aku menekan suaraku saat menyebutkan nama Bae Suzy. “…kalian bisa baca sendiri kan namaku di name tag? Menyusahkan…”

Aku berbalik untuk mengangkat Hyeri dan membawanya pergi lalu membersihkan badannya. Tapi tiba-tiba seseorang meraih lenganku keras dan membalikkan lagi tubuhku. Kang Soyu. Dia mencengkram lenganku sangat keras sampai aku mengerutkan keningku karna kesakitan. Dia menatap mataku tajam lalu memperhatikan penampilanku.

“Penerima dana lainnya? Membela sesama penerima dana..… hah! Tidak berguna!”
Soyu menghempaskan tubuhku tidak kalah kerasnya. “Derajatmu disini tidak akan naik hanya karna kau membela teman lemahmu itu, Ji Ah. Kau bangga menjadi penerima dana?” kata Soyu lagi.

Aku tidak bisa lagi menahan ini. Biarkan saja semua terbongkar di hari pertama. “Lalu kau?” tantangku. Soyu menaikkan sebelah alisnya meremehkan. “Aku tanya, kau? Kedudukanmu apa sampai kau sepercaya diri itu merendahkan orang lain?” Hyeri menarik-narik kaos kakiku mengisyaratkan agar aku berhenti dengan ucapanku.

“Hah… aku? Aku anak dari pemilik Golden Group. Kang Soyu. Kau pasti tidak tahu kan apa itu…..”

“Peringkat kedua? Cih…” aku memotong kalimat Soyu. “…segitu bangga nya kau…”

Plak!!! Soyu menamparku. Mataku terbelalak. Ini pertama kalinya ada orang yang berani menamparku. Aku menatap marah padanya. “Apa? Mau lagi?” tanya Soyu sambil mengangkat tangan kanannya.

“Ya!” suara seorang laki-laki dari kejauhan. Itu laki-laki yang aku lihat hanya menatap datar pada Hyeri tadi. Laki-laki tidak berperasaan. Pengecut. “Geumanhae! Yuchihage… (Berhenti! Kekanakan…)

Sekelompok anak-anak penindas itu menatap laki-laki itu selama beberapa saat tanpa mengatakan apapun. Wajah laki-laki itu masih datar, saat ini sedikit mengeras marah. Anak yang bernama Chansung itu berjalan kearahku sambil menyeringai. Ia meletakkan tangan kanannya di bahuku kemudian menoleh ke laki-laki itu lagi.

“Jangan ikut campur, Cho Kyuhyun… kami cuma mau berkenalan dengan anak baru. Ya kan, Jiah?”

“Lepaskan tanganmu, Hwang Chansung!” kata laki-laki yang bernama Cho Kyuhyun itu lagi.

“Hei… tidak usah berteriak, Cho Kyuhyun. Aku lepas. Jangan dibiasakan… Appa ku tidak bekerja di perusahaanmu. Jadi perintahmu tidak berlaku untukku. Ayo guys, kita pergi. Sebelum Cho Kyuhyun menyusahkan Jinwoon…”

Sekelompok anak itu pergi meninggalkan kami. Begitu juga dengan semua anak di lantai dua dan kerumunan tadi. Beberapa anak berlari menghampiri kami dan berusaha mengangkat Hyeri. Aku terdorong pelan karna anak-anak itu sangat terburu-buru dan menunjukkan wajah khawatirnya. Salah seorang dari mereka, Jeon Hyosung menatapku lalu menghela napas panjang.

“Kali ini aku maafkan karena kau anak baru. Daritadi aku mendengar pembicaraamu dengan Hyeri. Hyeri sudah menjelaskan padamu panjang lebar…”

“Hyosung-ah…..” Hyeri mencoba menghentikan temannya Hyosung yang memarahiku.

“Sssttt… Hyeri-ah, dia harus tau. Kau, Jiah. Lain kali coba kau dengarkan kata-kata orang yang bicara padamu. Kami memang penerima beasiswa di sekolah ini. Buat mereka harga diri kami tidak seberapa, tapi kami punya hati. Kami tidak mau mencari masalah. Kau pikir hirarki itu main-main? Diluar sekolah mungkin itu terdengar lucu, tapi disini itu tidak lucu sama sekali. Terutama untuk kami…”

“Aku minta maaf. Aku benar-benar minta maaf…”

Aku sungguh-sungguh saat mengatakan itu. Merekapun pergi meninggalkanku. Hyeri menoleh padaku sebentar kemudian memberikan senyum tipisnya untukku. Aku sangat merasa bersalah padanya. Ini semua terjadi karena kebodohanku tidak mendengarkannya.

“Dia benar. Harusnya kau mendengarkan kata-kata gadis itu”, kata suara berat dibelakangku.

Aku membalikkan tubuhku, menatap laki-laki berperawakan tinggi dengan kulit putih dan rambut hitam ikal yang bernama Cho Kyuhyun.

“Setidaknya aku yang tidak tau apa-apa berusaha menghentikan mereka. Sementara kau, yang tahu soal ini tidak mencoba menghentikannya sama sekali. Pengecut…”

Ia tersenyum. “Dengar, nona kecil. Anak itu tahu benar tradisi di sekolah ini yang tidak bisa dengan mudah dihilangkan. Dia udah berusaha menghindar. Tapi kau dengan senyum bodohmu itu yang justru membawa dia masuk ke sesuatu yang dia hindari. Mungkin kau pikir aku pengecut. Terserah. Tapi untukku, aku hanya menyadari posisiku. Aku bukan orang yang suka ikut campur urusan orang lain. Pesanku, sesekali gunain telinga dan otakmu dengan sebaik-baiknya”, ia tersenyum lagi lalu berbalik untuk meninggalkanku juga.

“Ya! Setidaknya aku tidak hanya berdiri menonton sambil melipat tangan di dada! Dasar pengecut!” seruku pada Cho Kyuhyun.

“Yang melipat tangan di dada itu aku. Bukan si Kyuhyun bodoh itu… Choi Jiah”, kata suara lain di belakangku.

Dia menyebutkan namaku begitu saja. Nama itu tidak boleh disebutkan, setidaknya disekolah ini. Di depan sana Cho Kyuhyun menghentikan langkahnya. Aku melihat sekelilingku memeriksa apakah ada orang lain disini selain kami bertiga. Tidak ada siapapun. Aku langsung berbalik untuk melihat siapa pemilik mulut bocor itu. Jangan Jung Yonghwa. Tidak mungkin Jung Yonghwa. Bukan Jung Yonghwa. Aku mengulang-ulanginya dalam hati.

“Annyeong! Rindu padaku?” katanya dengan senyum lebar.

Bang Minsoo. Oh Tuhan… apalagi ini??? Pertama Jung Yonghwa, sekarang Bang Minsoo temanku sejak kecil. Sebentar. Jika Bang Minsoo juga disini, maka…

“Jiaaaahhhh!!!” Seru seorang gadis memekakkan telinga. Bang Minah kembarannya juga disini. Tolong hilangkan aku dari sini sekarang jugaaaaa. Aku meletakkan telunjukku di depan bibir sambil menggelengkan kepala untuk menghentikan kembar bodoh ini untuk membeberkan semua hal lebih jauh. Aku langsung menarik mereka menjauh untuk menjelaskan semuanya.
Author’s POV

Hari kedua di Empire School. Perasaan Jiah sangat tidak nyaman diperjalanan menuju sekolah pagi ini. Hyosung dan teman-temannya memutuskan untuk berteman dengannya kemarin. Mereka saling bertukar nomor telepon. Dan tadi malam, Hyosung mengirimi Jiah sebuah pesan.

 

Dari: Jeon Hyosung

Saranku, besok kau bawa seragam dua ya? Perasaanku tidak enak…

Jiah mengikuti saran Hyosung dengan membawa seragam cadangan yang kemudian ia taruh di loker. Dan benar saja, di jam istirahat Jiah di guyur susu berkotak-kotak dari lantai dua di tempat yang sama dengan Hyeri kemarin. Jiah hanya menerima nya dan berganti seragam. Dan seperti yang dikatakan Jiah, Bang Minsoo dan Bang Minah tidak lagi menghampirinya di sekolah. Mereka bersikap selayaknya orang asing. Walaupun sebenarnya Minah tidak tahan ingin menolong Jiah.

Hari keempat. Jiah melakukan hal yang sama lagi dan lagi. Hari ini ia membawa dua pasang seragam. Hal itu dia lakukan karna kemarin Jiah mendapatkan kejahilan anak-anak sekolah itu lagi saat jam istirahat kedua. Dan hari ini, giliran kecap, sampo, kuah ikan, dan kimchi yang dilemparkan padanya. Jiah hanya menarik napas panjang menghadapi semua itu. Seperti biasa Jiah hanya menerimanya dan mengganti seragamnya. Dari kejauhan dua orang laki-laki memperhatikannya…

Hari Keenam. Emosi Jiah tersulut saat ia menerima guyuran kuah kare dan jus diseluruh tubuhnya. Jiah mencoba tetap menahannya dan segera mengganti seragam, tapi ia tidak tahan lagi saat melihat lokernya juga dipenuhi kuah kare. Dengan emosi yang membara Jiah akhirnya melemparkan kuah kare ke setiap loker anak-anak geng penguasa itu tempo hari. Dia tidak bisa lagi menahan emosinya.

Tiba-tiba seseorang meraih lengannya menghentikannya. “Geumanhae…” Jiah kenal suara berat dan tenang ini. Cho Kyuhyun. “Geumanharago, Jiah. Kau justru akan mendapatkan hal yang lebih buruk dengan melemparkan kuah kare ini di loker mereka”.

“Lepaskan aku. Biarkan mereka melakukan apa yang mereka mau. Aku juga bisa melakukan itu. Aku mau liat sejauh mana mereka berani padaku. Lepas Cho Kyuhyun…”

Cho Kyuhyun menghiraukan kata-kata Jiah kemudian menyeret Jiah pergi. Dia kemudian menelepon beberapa orang sambil menarik Jiah yang masih memberontak minta dilepaskan. Awalnya Kyuhyun hanya bilang, “Bawakan seragam. Ya… kau tahu ukurannya”. Lalu Kyuhyun menekan nomor lagi dan berkata, “Jiah sangat kuning. Kali ini kau boleh membantu…”

Sampailah Jiah didalam toilet yang dijaga ketat oleh Kyuhyun tepat didepan pintu. Ternyata ia mengubungi Minah untuk membantu Jiah. Minah-pun mengajak Hyeri dan Hyosung untuk membantunya. Kyuhyun juga membelikan seragam baru untuk Jiah karena semua seragam cadangan Jiah sudah basah dengan kare. Kyuhyun juga menyuruh orang-orangnya untuk membersihkan loker Jiah secepatnya. Jiah tidak bisa melawan kali ini. Ia hanya bisa menahan air matanya saat Minah, Hyeri dan Hyosung membantunya membersihkan tubuh dengan ekspresi sedih diwajah mereka. Dan lagi, dua orang dari kejauhan menatap tajam pada Kyuhyun. Jung Yonghwa dan Kang Soyu.

Hari kesembilan. Perlakuan yang Jiah terima semakin parah. Teror-teror yang diterima bukan lagi sekedar air, kecap atau kuah kare. Beberapa hari yang lalu seragam di loker Jiah hangus dibakar. Sepeda yang digunakan Jiah ke sekolah hancur dilindas lalu dibuang, hanya disisakan pedal yang ditaruh di lokernya. Baju olahraga Jiah di gunting habis. Dua hari lalu Jiah di dorong dari atas tangga oleh kerumunan gadis yang ia tahu adalah kakak kelasnya sampai tubuhnya lebam. Seperti hari itu, Cho Kyuhyun selalu datang bersama Minsoo dan Minah untuk menolongnya. Namun Jiah pun selalu menolak bantuan mereka. Hari kesepuluh, loker Jiah dipenuhi coretan yang menyuruhnya pergi dari sekolah atau hidupnya tidak akan pernah tenang.

“Geumanhaja, Jiah-ya…” kata Cho Kyuhyun.

“Mwo? Bukan aku yang memulai ini semua”.

“Ara… Kau tidak lelah seperti ini terus setiap hari? Mau sampai kapan? Mereka tidak akan pernah puas sebelum kau keluar dari sini. Ini semua sangat kekanakan buatku. Kau punya kekuatan itu, tapi kau bertingkah seolah tidak berdaya. Kau mau disebut apa? Stop it, Jiah. Kau kasih tau mereka siapa dirimu sebenernya, oke?”

Jiah tersentak. Ia terdiam beberapa saat kemudian menatap Cho Kyuhyun. Otaknya langsung menemukan jawaban pertanyaannya. Cho Kyuhyun tau rahasianya. Tapi bagaimana? Hanya Bang Minsoo, Bang Minah, dan tentu saja Jung Yonghwa yang tahu. Kyuhyun menatapnya tajam menunggu tanggapan Jiah.

“Aku tidak tahu bagaimana kau tahu, Cho Kyuhyun. Tapi yang jelas, selama aku bisa bertahan, aku tidak akan berhenti”.

“Sampai kapan?” Kyuhyun berteriak. Beberapa anak disekitar mereka memperhatikan sambil berbisik, diantaranya seolah mengirim pesan. “Sampai kapan? Apa sih tujuanmu sebenarnya? Kau tidak lelah seperti ini terus, hah?”

Mata Jiah menangkap tatapan Kang Soyu dan teman-temannya dari jauh. Soyu menunjuk Jiah dari kejauhan. Tiba-tiba Jiah sadar alasan sebenarnya semua perlakuan ini. Hanya akan ada air, kecap dan kuah kare untuk seorang penerima dana. Tapi ini semua… “Dengar. Aku tidak lelah, Cho Kyuhyun. Aku masih bisa bertahan. Kalau kau lelah, jangan urus urusan orang lain! Kau sendiri yang mengatakannya hari itu kalau kau tidak suka ikut campur. Jadi, jangan ikut campur”. Jiah meninggalkan Kyuhyun, namun laki-laki itu lebih cepat dan kuat darinya. Kyuhyun menarik Jiah mendekat padanya.

“Stop it, okay?”

“Lepaskan aku, Cho Kyuhyun!”

“Tidak! Kau akan lebih aman kalau bersamaku. Kapan sih kau mengerti itu?”

“Lepaskan! Lepas! Lepas!!!” Kyuhyun masih mencengkram lengan Jiah tidak mau melepaskannya. “Cho Kyuhyun! Kalau kau terus-terusan ikut campur aku bener-bener bisa mati!”

Kyuhyun melonggarkan cengkramannya. Kata-kata Jiah mengejutkannya. Ini pertama kalinya Jiah berteriak padanya. Apa dia bilang? Dia bisa benar-benar mati karena aku? Tanya Kyuhyun dalam hati. Jadi selama ini aku…

“Aku sadar sekarang. Seorang penerima dana memang selalu dibully. Tapi pasti itu hanya sebatas air, kecap, terigu, dan kuah kare. Sedangkan ini? Murid yang seragamnya dibakar, sepedanya dihancurkan, terror-teror murahan, ini semua susah-susah dibuat untuk mengusir siswa yang tanpa alasan dipedulikan oleh seorang Cho Kyuhyun yang dipuja banyak gadis disekolah ini. Ada disekitarmulah yang membahayakan aku, Cho Kyuhyun. Kau tidak tahu itu kan? Bodohnya aku, aku juga baru menyadari itu hari ini. Aku sadar sekarang. Aku cuma ingin kau tahu, Cho Kyuhyun bukan siapa-siapa untukku, Kang Soyu…”

Jiah melepaskan cengkraman Kyuhyun dan pergi darinya. Kyuhyun menoleh menatap Soyu yang masih berdiri berjauhan lalu berlari berusaha mengejar Jiah. Tapi Jiah sudah menghilang dari pandangannya.

Rooftop Empire School

Jiah berbaring menatap langit luas di rooftop sekolah. Ia memejamkan matanya merasakan angin yang menyentuh kulitnya. Jiah merasa bodoh saat baru menyadari semua perlakuan ini diterimanya karena Cho Kyuhyun yang selalu ada untuk membantunya. Hal yang selalu ia syukuri justru berbalik menjadi bahaya yang harus ia hindari. Pintu rooftop dibuka kasar, kemudian seseorang dengan cepat mengangkat tubuh Jiah. Kang Soyu langsung menamparnya lalu mendorong tubuh Jiah. Soyu maju dengan cepat kemudian menampar Jiah lagi. Seojin dan Taeyeon langsung memegangi kedua tangan Jiah. Soyu kembali menampar dan memukul-mukul tubuh Jiah dengan telapak tangannya. Soyu juga menjambak rambut Jiah.

“Perlu ya kau menyebut namaku didepan Kyuhyun? Kau cari perhatian pada Kyuhyun? Kau pikir Kyuhyun suka padamu karna dia selalu menolongmu? Jangan besar kepala, penerima dana! Kyuhyun melakukan itu hanya karna kasihan! Jangan coba-coba mendekati Kyuhyun lagi. Mengerti?”

“Apa hakmu?” Jiah membuka mulutnya dengan susah payah. “Kau tahu kalau saat ini kau itu sangat lucu, Kang Soyu? Kau marah-marah sampai memukul aku seperti ini karna Kyuhyun. Kau cemburu? Kenapa? Kang Soyu… tunangan dari Jung Yonghwa marah-marah karna Cho Kyuhyun. Apa itu masuk akal?”

“Diam!” Soyu baru akan memukul Jiah lagi tapi Yonghwa menghentikan tangannya. Soyu menoleh kaget dengan keberadaan Yonghwa disana. Taeyeon dan Seojin juga langsung melepaskan genggaman tangan mereka.

“Cukup, Kang Soyu. Kau lupa peringatanku?” tanya Yonghwa.

Yonghwa menatap Jiah lalu membenarkan rambut Jiah yang keluar dari ikatannya.

“Nal sondaejima, Jung Yonghwa. Deoreowonikka…” (Jangan sentuh aku, Yonghwa. Karna kau kotor…) Jiah langsung menepis tangan Yonghwa dan bermaksud pergi dari rooftop.

Tapi Soyu menahan lengan Jiah, “Mworago? Deoreowo? Ya! i-gijibaeya jinjja… Niga deoreowo!!! (apa? Kotor? Ya! kau benar-benar… kau yang kotor!!!) Soyu berteriak pada Jiah.

Yonghwa kembali meraih tangan Soyu, “Geumanhae… Kau sudah benar-benar tidak punya rasa takut rupanya, Kang Soyu”.

Jiah pun memanfaatkan kesempatan itu untuk secepatnnya pergi dari rooftop.

“Kenapa aku harus takut padamu? Perusahaanmu pasti hancur bertahun lalu kalau kita tidak bertunangan. Kau lupa itu? Dan untuk kau tahu aja, kau juga penyebab Jiah menerima semua hal itu. mengerti?”

Soyu, Taeyeon dan Seojin langsung meninggalkan Yonghwa yang masih berdiri menahan amarah di rooftop. Sementara Suzy sudah pergi sejak tadi mengikuti Jiah.

Kyuhyun’s POV

Aku sudah mencari anak itu kemanapun. Kenapa dia tidak muncul juga? Apa dia pulang? Tidak mungkin. Anak itu dengan bodohnya pasti akan tetap bertahan disekolah apapun yang terjadi padanya. Lagipula hari ini dia tidak menerima perlakuan apapun di tubuhnya yang kecil itu. Aku heran. Tubuh yang kecil itu bisa menahan perlakuan buruk selama sepuluh hari. Makanan keluarga Choi pasti mengandung suplemen.

Itu dia Jiah. Akhirnya aku menemukannya. Astaga! Apa yang terjadi dengannya? Seragam berantakan, wajah penuh luka, rambut kusut. Dan… kenapa Bae Suzy mengikutinya? Aku harus mengikuti mereka. Tapi kemana tujuan mereka? Apa? Kamar mandi?

“Agassi… (nona…)” kata Suzy. Agassi? Jadi Suzy sebenarnya…?
Author’s POV

“Agassi…” panggil Suzy. Jiah tidak tahu kapan Suzy mengikutiku dari rooftop. Untunglah kamar mandi ini tidak pernah ada yang menggunakannya selain anak-anak yang mereka sebut penerima dana. Aku harap tidak ada siapapun yang mendengar percakapan ini. kata Jiah dalam hati.

“Bukankah sudah ku bilang, jangan panggil aku seperti itu di sekolah…” kata Jiah sambil membersihkan wajah dan merapikan penampilannya.

“Cho Kyuhyun benar… Agassi lebih baik mengatakan yang sebenarnya siapa jati diri agassi. Kang Soyu dan geng Satan sudah keterlaluan. Agassi tidak pantas menerima semua ini. Agassi tidak melakukan kesalahan apapun”.

“Lalu? Menurutmu siapa yang pantas? Anak-anak itu? Mereka juga tidak melakukan kesalahan apapun, Bae Suzy. Geurae… Katakanlah aku mengungkapkan semuanya. Lalu apa lagi? Haruskah aku juga mengatakan kau anak Bae ahjussi yang setiap pagi mengantarku ke sekolah? Begitu?”

“Soal itu…..” Suzy menghentikan kalimatnya menggantung.

“Aku tidak boleh mengatakannya kan?” tanya Jiah. Suzy mengangguk pelan tidak berani menatap Jiah. “Kalau kau tidak mau semua anak tahu siapa ayahmu, kau juga harus menjaga rahasiaku. Dan… jangan bahas tentang ini semua pada siapapun di rumah”.

“Baik, Agassi…”

Suzy melangkah keluar dari kamar mandi. Tapi ia dikejutkan oleh Kyuhyun yang berdiri di depan pintu kamar mandi dengan wajah mengeras. Kyuhyun langsung masuk dan menarik tangan Jiah dengan paksa. Jiah terus meronta minta dilepaskan oleh Kyuhyun. Suzy yang melihat hal itu langsung memberi tahu teman-temannya. Sementara Kyuhyun ternyata membawa Jiah ke cafeteria. Jiah tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Kyuhyun. Hari ini juga pertama kalinya Jiah menginjakkan kaki di cafeteria.

“Cho Kyuhyun…” kata Jiah.

“Kita hanya akan makan siang, Jiah. Jangan bereaksi berlebihan”.

Kyuhyun menarik Jiah untuk masuk ke antrian makanan. Jiah tidak menanggapi Kyuhyun. Langsung saja Kyuhyun mengambilkan makanan untuk Jiah sebanyak yang ia mau. Kemudian Kyuhyun memberikan piring itu pada Jiah. Mau tidak mau Jiah menerimanya. Lagipula perut Jiah memang sudah lapar. Tapi baru saja Jiah menerimanya, piring itu langsung ditumpahkan dibaju Jiah oleh Chansung. The Satans juga berada di cafeteria itu. Chansung menatap Jiah sambil tersenyum lebar. Jiah hanya menghela napas panjang dan membersihkan kemejanya dengan tisu. Kyuhyun yang melihat hal itu sudah tidak bisa lagi menahan emosinya.

“Hwang Chansung…” kata Kyuhyun sambil meraih kerah baju Chansung.

“Mwo??? Kau akan marah lagi? Kau akan memukulku? Sebenarnya apa yang terjadi padamu, Cho Kyuhyun? Kau seharusnya tidak bergaul dengan anak ini, Tuan Cho. Level kalian sangat tidak sebanding…” kata Chansung sambil melepaskan cengkraman Kyuhyun.

“Benar… seharusnya kau bergaul dengan kami, Cho Kyuhyun. Seorang pewaris seharusnya bergaul dengan seorang pewaris sesuai dengan levelnya. Benar kan, Soyu?” sambung Taeyeon.

“Aaah… geurae?” kata Kyuhyun. Chansung dan the satans yang lain tersenyum sinis pada Kyuhyun. “Aku sudah melakukannya. Kalian pikir bergaul dengan kalian sesuai dengan levelku? Aku rasa semua orang disini sudah tahu itu, jadi aku tidak perlu mengatakannya lagi kan?”

“Hah… kami tahu levelmu sangat tinggi disini, Tuan Cho. Tapi setidaknya kami jauh lebih baik daripada anak ini bukan?” sambung Chansung lagi.

“Kau pikir begitu? Kau bahkan tidak tahu apa yang kau katakan Hwang Chansung. Anak ini…..” Jiah segera menarik seragam Kyuhyun untuk menghentikannya.

Chansung yang melihat itu langsung menatap Jiah tajam. “Kau tidak perlu ikut campur teman kecil… ini urusan para pewaris”.

“Kau seharusnya belajar memanggilnya Agassi dari sekarang, Hwang Chansung…” sambung Kyuhyun.

“Cho Kyuhyun, geumanhae…” kata Jiah.

“Tidak, Jiah. Ini sudah cukup. Kau belum puas bermain-main setelah sepuluh hari menerima ini? Kau tidak muak? Baik, aku yang muak!”

Kyuhyun langsung menarik tangan Jiah menjauh dari antrian makanan ke sebuah ruangan kaca ditengah cafeteria. Pintu ruangan itu terbuat dari tembaga dilapisi LCD dan alat pendeteksi sidik jari untuk membukanya. Jiah belum pernah melihat alat ini sebelumnya. Namun ia ingat Minho pernah memberitahunya tentang ruangan yang hanya bisa dibuka oleh orang tertentu di sekolah. Jiah menimbang-nimbang, jangan-jangan Cho Kyuhyun akan…

Detecting…” Suara mesin itu.

Cho Kyuhyun meletakkan kelima jari tangan kanan Jiah di mesin pendeteksi. Jiah membelalakkan mata pada Kyuhyun, bingung dengan apa yang sedang dilakukannya.

Data ditemukan…

Jantung Jiah berdetak lebih cepat. Suasana cafeteria berubah hening. Semua mata melihat kearah pintu ruangan khusus itu.

Crown Group dul-jjae ai… (anak kedua dari Crown Group…)” foto Jiah dan seluruh datanya muncul di LCD. “Choi Ji Ah Agassi, selamat datang dan senang bertemu kembali dengan anda…

Terdengar suara riuh diseluruh cafeteria saat mengetahui hal itu. Rahasia Jiah selama ini sudah terbongkar. Choi Ji Ah tidak bisa lagi menutupi apapun.

“Kenapa kau melakukan ini padaku, Cho Kyuhyun? Jawab aku!” tanya Jiah pada Kyuhyun.

“Aku tidak suka yang menjadi milikku diperlakukan buruk oleh siapapun. Mengerti?”

“Hentikan omong kosongmu! Aku tidak melakukan kesalahan apapun padamu. Kenapa kau melakukan ini padaku?”

“Karna kau tunanganku, Choi Ji Ah!”

TBC…

 

 

Note:

Rahasia Jiah akhirnya terbongkar hanya dalam 10 hari. Jiah ngga tau kalau dia ditunangkan dengan Kyuhyun. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Jiah mengenal Yonghwa? Apa hubungan Jiah dan Yonghwa? Tunggu part berikutnya. Kana Okada pamit… Komentar, masukan dan kritik cerdas serta sopan dari pembaca selalu author terima dengan senang hati. Annyeong!!!

64 thoughts on “They Who Belong to That Position Part 1

  1. Hi! Gw reader baru yg gak sengaja googling buat cari rekomendasi FF yg bagus. Trus gw tertarik buat ke blog ini, dannn hati gw jatuh buat baca ini hehe. Lemme explore your masterpiece ya! At first impression, thiz ff attracts me so damn hehe
    Salam kenal ya

    Like

Leave a comment